Syarce
Sy. Apero Fublic
Animo Penantian Rembulan Untuk Surya
Apero
Fublic.- Syarce. Jalan di bagian barat adalah jalan berpasir dan tandus.
Banyak bebatuan dan tumbuhan gersang. Sedikit sekali hujan turun disini. Tidak
banyak pepohonan seperti daerah tropis di negara kita, Indonesia. Banyak orang
yang tidak mau melangkah pergi ke barat. Itu wajar dan lumrah sekali.
Burung-burung, serangga, dan kupu-kupu tidak ada yang hendak pergi kesana.
Semua menjauh dan mencari dunia yang lain. Dunia dengan taman dan bunga-bunga.
Namun ada yang aneh untuk diriku yang masih polos saat itu. Aku pikir
perjalanan itu adalah petualangan yang keras dan nantinya berakhir indah seperti
di film-film dan dongeng-dongeng.
Sehingga aku bertekad menapaki jalan yang
sulit itu. Angan bermain di dalam hayal dan mimpi. Begitu indah dan begitu
menakjubkan. Melangkahlah aku ke barat melalui jalan yang tandus dan berpasir
itu.
Sepajang jalan aku tapaki dengan sabar. Kadang menahan haus dan lapar.
Menyusuri debu yang berterbangan diterpa angin ribut atau angin puyuh. Keringat
dan capek adalah rasa yang wajib aku lalui dan aku nikmati. Aku sendiri dalam
perjalanan ini. Sepi dan bisu dikala malam. Dingin menusuk dikalah pagi.
Panas
membakar dikalah siang. Aku mencoba kuat, terus kuat, dan kuat. Menagis aku,
menjerit aku, namun aku terus bersabar. Lamah perjalanan yang jauh ini. Aku
hanya mendapati gersangnya bumi, dan suhu ekstrim. Aku manusia biasa, dan mulai
lemah. Semakin lemah, dan lemah.
Tibalah aku di sebongkah batu yang terletak di
pinggir jalan itu. Aku duduk dan menunggu mungkin ada yang lewat, atau
berpapasan. Namun tidak seorangpun yang berlalu di sana. Hatiku gunda, dan
mulai menyadari. Perjalanan ini adalah sia-sia. Akhirnya dengan terseok-seok
aku mencoba kembali.
Aku melangkah dengan lecet dan luka di kakiku. Aku
mengerti suatu yang tidak pasti telah membawa aku tesesat kesini. Aku mengerti,
dan aku sadar. Menunggu dengan harapan, lebih sering kecewa dan patah. Lebih
baik aku kembali sendiri dan menapaki jalan baru. Untuk kamu yang tak pernah
berlalu dimana aku telah berhenti, dan menanti.
Animo
Penantian Rembulan Untuk Surya
Bingar-bingar
terseret arus asmara.
Menyelimuti
pelabuhan rasa terbelenggu.
Pun
kini mengingat surya yang jauh di seberang.
Mengiginkan
suryapun menghuni di relung.
Apalah
daya diri rembulan.
Hanya
mendengar berita gemuru lonceng bersorak.
Berpadu
derasnya hujan membasahi bumi.
Pun
disertai animo rasa terpenjara.
Kini
daunpun silih berganti berguguran.
Kini
bibit pohonpun sudah menjadi semak belukar.
Hari,
bulan dan tahunpun ikut berganti.
Namun,
rasa ini selalu mengharap.
Surya
yang jauh disana, namun selalu dekat di hati.
Mengiginkan,
suryapun kan kembali.
Menghapuskan
animo penantian rembulan.
Perkenalkan, nama saya Hamriani. Lahir di Latowu, 19 Januari 1995 Sulawesi Tenggara. Aku adalah seorang gadis penyuka warna biru. Sedangkan hobiku adalah menulis dan bermain tenis meja. Mahasiswi di Institut Agama Islam Negeri Palopo, dengan bidang studi manajemen pendidikan.
Perkenalkan, nama saya Hamriani. Lahir di Latowu, 19 Januari 1995 Sulawesi Tenggara. Aku adalah seorang gadis penyuka warna biru. Sedangkan hobiku adalah menulis dan bermain tenis meja. Mahasiswi di Institut Agama Islam Negeri Palopo, dengan bidang studi manajemen pendidikan.
Untuk motto hidupku, “sarukan tekad, ikhtiar
dan berusaha terus tak kenal lelah. Tentunya berdoa juga disertai dengan ibadah.
Pesanku, “janganlah kita mengeluarkan sebuah perkataan, ucapan, kalimat,
tanggapan, bagaikan membuat balon hijau meletus dor dan hinggap di jendela,
akan tetapi mengeluarkan ucapan bagai memandang sejuknya angin di pagi hari dan
membuat bunga matahari mekar bersinar.
Untuk makanan favoritku adalah
semua olahan mie. Puisi ini, aku persembahkan untuk seseorang yang kini telah
jauh dan mungkin tidak akan pernah kembali lagi. Semoga kau bahagia dan sehat
selalu. Aaammiiinnnn.
Oleh. Hamriani
Palopo, 09 November 2018.
Editor. Desti. S.Sos.
Editor. Desti. S.Sos.
Sumber foto. Hamriani.
Catatan:
Yang mau belajar menulis: mari belajar bersama-sama: Bagi
teman-teman yang ingin mengirim atau menyumbangkan karya tulis seperti puisi,
pantun, cerpen, cerita pengalaman hidup seperti cerita cinta, catatan mantera,
biografi diri sendiri, resep obat tradisional, quote, artikel, kata-kata
mutiara dan sebagainya.
Kirim saja ke Apero Fublic. Dengan syarat
karya kirimannya hasil tulisan sendiri, dan belum di publikasi di media lain.
Seandainya sudah dipublikasikan diharapkan menyebut sumber. Jangan khawatir hak
cipta akan ditulis sesuai nama pengirim.
Sertakan nama lengkap, tempat menulis,
tanggal dan waktu penulisan, alamat penulis. Jumlah karya tulis tidak terbatas,
bebas. Kirimkan lewat email: fublicapero@gmail.com atau duniasastra54@gmail.com. idline: Apero
Fublic. Messenger. Apero fublic. Karya kiriman tanggung jawab sepenuhnya
dari pengirim.
Via
Syarce
Post a Comment