Syarce
Cinta Di Ujung Musim
Apero Fublic.- Syarce. Cinta
di Ujung Musim adalah cerita cinta yang menjebak hati. Dimana perangkap yang
akan melukai sudah bersembunyi di balik tirai persahabatan. Kisah ini,
bercerita tentang seorang yang jatuh cinta pada seorang yang dia kagumi. Yaitu
sahabatnya sendiri. Kedekatan yang terus terjalin, dengan alasan persahabatan,
pertemanan, kesetiakawanan.
Tetapi yang namanya hati itu, adalah egois. Hati tidak mengenal apa namanya persahabatan. Hati menggunakan rasa yang dihasilkan dari budi yang baik, sifat halus dan lembut, yang dipupuk oleh kebersamaan. Hari demi hari, bulan demi bulan, maka rasa itu muncul perlahan-lahan, dan saat sadar, rasa itu besar memenuhi jiwanya.
Namun orang yang dicintai telah memiliki seseorang yang dia cintai dan telah memiliki rencana masa depan. Mungkin keajaiban yang dapat menyatukan mereka. Harapan cinta terbenam dalam sanubari yang paling dalam. Tangis dan penderitaan yang tersembunyi menekan dalam jiwanya. Kemudian saat telah tiba, maka undangan pernikahan datang.
Cinta-nya di ujung musim. Ibarat musim hujan yang menyejukkan, menyirami bumi, lalu menumbuhkan tumbuhan, dan memekarkan bunga-bunga. Tetapi musim sudah mulai berakhir. Angin telah berbalik arah kini. Kemudian berproses berubah menjadi musim kemarau yang terus kering dan kering..
Musim telah berganti, waktu telah berlalu, maka kesempatan telah usai. Maka tinggallah musim hujan, lalu berganti musim kemarau. Terpaksa cinta tersimpan selamanya. Hati menjerit dan bertanya, “Apakah kita terlambat berkenalan?, apakah kita ditakdirkan sebatas saling mengenal?. Mengapa takdir begitu kejam?. Musim telah berganti, maka semuanya pun berganti.
Tidak dapat kembali atau mengulang. Maka yang dilakukan, hanyalah mengembara di musim kemarau. Mencari tempat berteduh di bawah pohon-pohon rindang. Di hutan-hutan yang bersemak lebat. Hanyalah untuk menyimpan kesepian, kelelahan, kesendirian, dan kepedihan. Cinta di ujung musim, maka bersiaplah kecewa dan terluka.
Tetapi yang namanya hati itu, adalah egois. Hati tidak mengenal apa namanya persahabatan. Hati menggunakan rasa yang dihasilkan dari budi yang baik, sifat halus dan lembut, yang dipupuk oleh kebersamaan. Hari demi hari, bulan demi bulan, maka rasa itu muncul perlahan-lahan, dan saat sadar, rasa itu besar memenuhi jiwanya.
Namun orang yang dicintai telah memiliki seseorang yang dia cintai dan telah memiliki rencana masa depan. Mungkin keajaiban yang dapat menyatukan mereka. Harapan cinta terbenam dalam sanubari yang paling dalam. Tangis dan penderitaan yang tersembunyi menekan dalam jiwanya. Kemudian saat telah tiba, maka undangan pernikahan datang.
Cinta-nya di ujung musim. Ibarat musim hujan yang menyejukkan, menyirami bumi, lalu menumbuhkan tumbuhan, dan memekarkan bunga-bunga. Tetapi musim sudah mulai berakhir. Angin telah berbalik arah kini. Kemudian berproses berubah menjadi musim kemarau yang terus kering dan kering..
Musim telah berganti, waktu telah berlalu, maka kesempatan telah usai. Maka tinggallah musim hujan, lalu berganti musim kemarau. Terpaksa cinta tersimpan selamanya. Hati menjerit dan bertanya, “Apakah kita terlambat berkenalan?, apakah kita ditakdirkan sebatas saling mengenal?. Mengapa takdir begitu kejam?. Musim telah berganti, maka semuanya pun berganti.
Tidak dapat kembali atau mengulang. Maka yang dilakukan, hanyalah mengembara di musim kemarau. Mencari tempat berteduh di bawah pohon-pohon rindang. Di hutan-hutan yang bersemak lebat. Hanyalah untuk menyimpan kesepian, kelelahan, kesendirian, dan kepedihan. Cinta di ujung musim, maka bersiaplah kecewa dan terluka.
CINTA
DI UJUNG MUSIM
Malam ini begitu indah.
Bulan dan bintang bercahaya cemerlang.
Puas menikmati pemandangan malam.
Dari balik tirai jiwaku.
Gemerlip cahaya bintang aku tangkap.
Aku memikirkan-nya.
Mata ku memejam menjemput mimpi.
Bermimpi bertemu dengan bidadari syurga.
Betapa bahagia duhai pangeran.
Pangeran berujar.
Jiwaku untukmu bulan, hatiku untuk bulan.
Belum perna aku merasa sebahagia ini.
Di setiap detik mimpi, begitu berati.
Mimpi bersama dengan mu, raga.
Aku berharap tak perna terjaga.
Tapi pajar telah menyinsing.
Mimpi seakan nyata.
Saat mata ku terbuka, semuah nya berahir.
Perpisahan tanpa sebap, tampa luka, tak pula marah.
Karena ini, hanyalah mimpiku.
Cerah awal malam.
Badai, hujan, dan gulita.
Menghancurkan purnama ku.
Angin berhembus, berbalik arah.
Pertanda musim segerah berganti.
Menerpa aku dalam selimut malam.
Terjaga jua, Kan.
Mimpi itu akan pergi saat bangun.
Sedih kututupi, tangis kubungkus dengan senyum.
Luka tak berdara, sakit tak berasa.
Memang musim sudah saatnya beralih.
Dan aku berada di dunia nyata ku.
Kisah ini bukan salah ku, wahai dunia.
Hatilah yang tak mengerti.
Sedangkan logikaku tau.
Dia.
Malam ini begitu indah.
Bulan dan bintang bercahaya cemerlang.
Puas menikmati pemandangan malam.
Dari balik tirai jiwaku.
Gemerlip cahaya bintang aku tangkap.
Aku memikirkan-nya.
Mata ku memejam menjemput mimpi.
Bermimpi bertemu dengan bidadari syurga.
Betapa bahagia duhai pangeran.
Pangeran berujar.
Jiwaku untukmu bulan, hatiku untuk bulan.
Belum perna aku merasa sebahagia ini.
Di setiap detik mimpi, begitu berati.
Mimpi bersama dengan mu, raga.
Aku berharap tak perna terjaga.
Tapi pajar telah menyinsing.
Mimpi seakan nyata.
Saat mata ku terbuka, semuah nya berahir.
Perpisahan tanpa sebap, tampa luka, tak pula marah.
Karena ini, hanyalah mimpiku.
Cerah awal malam.
Badai, hujan, dan gulita.
Menghancurkan purnama ku.
Angin berhembus, berbalik arah.
Pertanda musim segerah berganti.
Menerpa aku dalam selimut malam.
Terjaga jua, Kan.
Mimpi itu akan pergi saat bangun.
Sedih kututupi, tangis kubungkus dengan senyum.
Luka tak berdara, sakit tak berasa.
Memang musim sudah saatnya beralih.
Dan aku berada di dunia nyata ku.
Kisah ini bukan salah ku, wahai dunia.
Hatilah yang tak mengerti.
Sedangkan logikaku tau.
Dia.
Oleh: Joni Apero.
Palembang, 17 Agustus 2018.
Kategori. Syarce fiktif.
Palembang, 17 Agustus 2018.
Kategori. Syarce fiktif.
Catatan:
Yang mau belajar menulis: mari belajar bersama-sama: Bagi
teman-teman yang ingin mengirim atau menyumbangkan karya tulis seperti puisi,
pantun, cerpen, cerita pengalaman hidup seperti cerita cinta, catatan mantera,
biografi diri sendiri, resep obat tradisional, quote, artikel, kata-kata
mutiara dan sebagainya.
Kirim saja ke Apero Fublic. Dengan syarat
karya kirimannya hasil tulisan sendiri, dan belum di publikasi di media lain.
Seandainya sudah dipublikasikan diharapkan menyebut sumber. Jangan khawatir hak
cipta akan ditulis sesuai nama pengirim.
Sertakan nama lengkap, tempat menulis,
tanggal dan waktu penulisan, alamat penulis. Jumlah karya tulis tidak terbatas,
bebas. Kirimkan lewat email: fublicapero@gmail.com atau duniasastra54@gmail.com. idline: Apero
Fublic. Messenger. Apero fublic. Karya kiriman tanggung jawab sepenuhnya
dari pengirim.
Sy. Apero Fublic.
Via
Syarce
Post a Comment