Cerpen
Doa si Hakam
Apero Fublic.- Ketika
kita telah berusaha, berupaya, dalam melakukan sesuatu dalam
kehidupan ini. Sekuat tenaga kita berjuang menaklukkan banyak tantangan dan
cobaan. Untuk mendapatkan materi maupun non materi. Maka kita harus lengkapi
perjuangan itu dengan berdoa pada Allah. Usaha tanpa do’a itu adalah sombong.
Begitupun dengan berdoa tanpa usaha adalah sia-sia dan sama saja dengan
kebohongan. Oleh karena itu, usaha yang keras diiringi dengan doa. Insyaa Allah
doa-doa kita dan di jawabnya pada suatu saat waktu yang tepat.
Seringkali kita berharap akan apa yang kita harapkan (keberhasilan atau
kesuksesan). Kadang, apa yang kita harapkan, mimpikan terlalu besar dan jauh
dari kemampuan kita. Sehingga membuat kita bingung untuk merealisasikan dan
memprioritaskan keinginan kita. Berharap, bercita-cita itu boleh. Asal jangan
kita lupa diri dan meninggalkan iman. Karena semuanya telah ditakdirkan oleh
Allah.
Maka gantungkan harapan itu hanya pada Allah. Sehingga kita dapat ikhlas
menerima ketentuannya. Saat harapan kita, cita-cita kita tidak tersampaikan,
kita tidak jatuh dalam jurang penderitaan. Agar kita tidak berputus asa dan
berpantang menyerah. Karena Allah adalah penguasa kehidupan makhluknya.
Kisah
ini hadir di tengah masyarakat Melayu Kabupaten Lahat. Sebuah kawasan tanah yang
yang indah di kaki Bukit Salero. Orang-orang Melayu Lahat mendiami kawasan yang
subur. Dialiri Sungai Lematang yang berbatu dan berair jerni. Dengan panorama
alam yang sangat indah, dan terdapat banyak air terjun dan peniggalan
kebudayaan manusia purba.
Di sebuah desa, hiduplah sebuah keluarga sederhana
dan bahagia. Keluarga Pak Umar, dan Ibu Zulaiha. Mereka memiliki seorang anak
lelaki yang masih kecil, berumur lima tahun. Berkulit putih, dengan tubuh
sedikit kurus. Rambutnya dipotong pendek mirip rambut tentatara. Cerdas, lincah
dan punya rasa ingin tahu yang tinggi. Bermata sipit bak orang jepang. Namanya
Muhammad Hakam. Maka dia dipanggil Hakam.
Suatu hari Hakam dibawa ayahnya pergi ke kebun kopi yang terletak tidak
jauh dari desanya. Hakam memperhatikan ayahnya memetik kopi. Kemudian Hakam
juga ikut membantu memetik kopi. Hakam menganggap semua itu hanyalah permainan
saja. Sehingga dia begitu semangat membantu ayahnya. Tidak ada buah kopi yang
jatuh berserakan di tanah, segerah Hakam pungut. Sambil membantu ayahnya Hakam
selalu bernyanyi-nyanyi lagu yang dia ingat. Yang dia pelajari di sekolah.
Kadang Hakam membaca ayat-ayat pendek yang dia hafal karena Hakam sudah belajar
mengaji di TPA.
Hakam si periang diselah-selah aktivitasnya, berkata pada ayahnya.
“ayah, suatu saat nanti Hakam ingin pergi ke Jogja, seperti di televisi itu.
Hakam suka tengok candi-candi.” Saat berkata Hakam tersenyum penuh keyakinan.
Matanya menatap tajam ke langit biru. Mendengar kalimat putranya yang masih
anak-anak.
Ayah Hakam hanya tersenyum saja. Dia tahu kalau anaknya masih kecil
dan pemikiranya adalah berhayal. Pak Umar berhenti sejenak memetik buah kopi.
Dia memasukkan buah kopi berwarna merah kedalam keranjangnya. Bekerja sudah
beberapa jam itu, membuat tubuh Pak Umar lelah dan haus. Air putih menjadi
penyejuk kerongkongannya.
Kemudian Pak Umar mendekati putranya sambil
menawarkan minum. Hakam minum dan duduk disisi ayah tercintanya. Tempat duduk
mereka yang dapat melihat kelembah kebun dan melihat langit ddengan leluasa.
Angin berhembus menyejukkan tubuh yang gerah. Sambil terseyum Pak Umar bertanya
pada Hakam. Tentu saja pertanyaannya juga tidak serius karena ini adalah dunia
anak-anak.
“Apakah
Hakam tahu Jogja itu dimana?. Tanya Pak Umar pada Hakam. Senyum simpul menahan
tawa, sambil melirik wajah berseri putranya. “tahulah Bak, itu disana.” Kata
Hakam menunjuk awan yang membentuk awan sirius lebar seraya tersenyum lebar.
Jawaban Hakam membuat Pak Umar tertawa geli.
Tapi Pak Umar mengerti maksud
Hakam menunjuk langit dan awan itu berarti jauh. Kemudian Hakam mendekat manja
dan duduk dipangkuan ayahnya. “Hahahaha. Dari manak anak bujang Bak, tahu
tentang Jogjakarta?. Hakam menjawab kalau dia tahu itu dari siaran radio.
Disana banyak candi-candi dan alamnya yang indah. Pak Umar mengerti sekarang.
Pak Umar menjelaskan kalau Jogjakarta itu nama awalnya adalah Adyokarta dari
bahasa Sanskerta. Namun seiring waktu bergeser menjadi Jogjakarta. Tapi
dibaca Yogyakarta. Karena hurup J didalam ejaan lama adalah hurup Y. Jogjakarta
adalah salah satu provinsi di negara Indonesia. Kemudian Pak Umar melanjutkan.
“Masyaa
Allah, anak Bak pendengar yang baik dan punya daya ingat yang kuat. Radio kita
yang sudah tua itu sangat bermanfaat untuk menambah wawasan ternyata. Anak Bak
memang hebat, masih kecil dah banyak tahu.
Mendengar
pujian ayahnya, Hakam menjadi gembira. Ada semacam kekuatan baru didalam
jiwanya yang bersih itu. Motivasi yang sangat baik untuk perkembangan
psikologis anak. Terpancar sinar harapan dari wajah Hakam. Kemudian Hakam
bertanya pada Pak Umar. “Bak, bagaimana kalau nak pergi Yogyakarta, tu?.
“Pertama
berdoalah, Hakam pada Allah SWT. Nanti Allah akan memberikan jalanya.
“Baiklah
Hakam akan berdoa. Bak, doakan Hakam juga ya, Bak. Semoga suatu saat nanti
Hakam benar-benar dapat pergi ke Jogja.” Pinta Hakam kepada ayahnya. Mendengar
permintaan anaknya yang masih balita itu, Pak Umar mengiyakan. Lalu berkata.
“Hakam, Bak dan Umakmu akan selalu mendoakan yang terbaik untukmu. Jangankan
sekarang, kau belum lahirpun kami sudah mendoakan kebaikan untukmu. Perkataan
Pak Umar yang lembut, bersahabat dan penuh kasih sayang membuat jiwa
Hakam tentram dan damai. Sehingga semua kalimat yang ayahnya ucapkan itu,
membuat semangat Hakam semakin besar, untuk mengejar impian dan cita-cita.
Bagi
Pak Umar itu hanyalah percakapan biasa, yang menganggap Hakam masih terlalu
kecil. Hakam mengucap terimah kasih pada ayahnya. Kemudian dia memeluk ayahnya
dengan manja seperti anak-anak lainnya. Hakam diumur empat tahun sudah pandai
membaca. Walau diajarkan oleh ibunya sekadarnya, tetapi Hakam mampu mengerti
dan mulai pandai membaca. Kedua orang tua Hakam selalu mendoakan Hakam setiap
selesai shalat.
Setahun kemudian, Hakam si anak petani kopi itu masuk sekolah dasar di
Kota Lahat. Waktu itu sekolah dasar Hakam bernama SD Negeri 15 Lahat. Dengan
pendidikan dan bertambahnya usia membuat Hakam semakin cerdas. Rasa ingin
tahunya dengan sesuatu semakin besar. Kalau tidak mengerti dia tidak segam
bertanya pada gurunya atau orang-orang tua.
Waktu kelas dua Sekolah Dasar, pada
semester pertama Hakam belum mendapatkan juara di kelas. Disemester
kedua, kepandaian Hakam meningkat dan mendapat peringkat kedua. Setelah itu
peringkat kelas selalu disandang oleh Hakam. Dari kelas tiga sampai kelas enam
Hakam selalu mendapat peringkat pertama. Hakam menjadi kebanggaan Pak Umar dan
istrinya.
Menyadari kemampuan Hakam dalam belajar. Pak Umar mendukung penuh. Maka
saat kelas empat, Hakam dimasukkan ayahnya ke kursus bahasa Inggris yang ada di
Kota Lahat. Walaupun Pak Umar tidak tahu akan mendapatkan uang darimana untuk
biayanya. Namun tetap dia berusaha sebaiknya untuk pendidikan Hakam. Uang dapat
dicari pikir Pak Umar.
Sehingga selain mengusahakan kopinya. Pak Umar mulai
mencari pekerjaan sampingan untuk membiayai pendidikan Hakam. Pak Umar
menyadari pendidikan sangat penting dan berguna untuk kebaikan masa depan
putranya. Dengan pendidikan yang baik setidaknya Hakam mempunyai bekal untuk
masa depanya. Berguna bagi negara dan agama.
Tentu akan membuat bangga Pak Umar
dan istrinya. Hakam belajar dengan giat dan tidak banyak bermain. Setiap ada
tugas belajar dari guru lessnya, guru mengaji atau guru sekolah. Hakam selalu
mengerjakannya dengan semangat. Apabila dia menemui kesulitan Hakam akan
bertanya kepada orang yang dia anggap mengerti. Sehingga Hakam mampu menjadi
anak yang berprestasi.
Singkat cerita Hakam sudah pandai bahasa Inggris. Di akhir semester
kelas enam Hakam fokus belajar untuk mengikuti Ujian Nasional. Walaupun Hakam
pintar, tetapi dia tetap harus belajar, berdoa, kata ibu dan ayahnya. Allah
yang maha membolak balikkan hati dan keadaan. Manusia tidak boleh takabur.
“Iya
ayah, Hakam akan akan selalu berusaha dan berdoa. Begitupun doa Bak dan Umak
akan menghantarkan kebaikan Allah.
“Masyaa
Allah, anak Umak. Semoga selalu dalam lindungan Allah. Jadi anak yang soleh dan
taat beribadah. Kata ibu Hakam menyemangati. “Aamiin Yarobbal ‘alamiin. Jawab
Hakam sembari memeluk ibunya.
Tidak lama lagi sepertinya Hakam akan segerah
punya adik. Ibu Hakam sekarang sedang mengandung. Hakam lulus, kemudian dia
masuk Sekolah Menengah Pertama Unggulan di Kota Lahat. Hakam masuk tanpa tes,
melalui jalur undangan. Hakam dan keluarganya sangat bersyukur atas rahmat
Allah. Jerih payah dan doa kedua orang tuanya terbayarkan.
Di SMP, lingkungan Hakam tidak seperti disaat dia SD. Sekarang banyak
pengaruh yang kurang baik. Kehidupannya yang dulu penuh dengan kata rajin dan
semangat. Sekarang berganti dengan kehidupan yang penuh dengan ego. Hakam mulai
memukan hal-hal baru yang belum pernah dia ketahui selama ini.
Yaitu, suatu
keadaan yang lebih mengenal pertemanan, sifat gengsi yang disertai ego yang
tinggi. Bahkan sampai mengenal yang namanya cinta monyet. Sekarang dunia lebih
luas, ternyata dalam belajar banyak yang lebih cerdas darinya. Anak-anak yang
beranjak remaja itu, sekarang mengenal pergaulan lain.
Seperti pemakaian sepeda
motor dan handpone. Semua itu, mempengaruhi gengsi Hakam dan meminta dibelikan
sepeda motor dan handpone. Benda-benda yang seharusnya belum sesuai dimiliki
anak beranjak remaja. Pak Umar yang bijaksana itu, mengerti pemikiran anak
seusia Hakam. Maka dia mulai menasihati putra sulungnya itu dengan lemah lembut.
“Hakam,
duduk disini sebentar, Bak mau bicara.“ Pinta Pak Umar sambil menepuk-nepuk
kursi. Hakam yang sedang membaca komik konan segera keluar kamar menuju ruang
tengah rumah panggung. Televis sedang menyiarkan breking news. Pak Umar mengecilkan
suara televisinya. Banyak basah basih Pak Umar agar suasana santai terbentuk.
Kemudian barulah Pak Umar menasihati Hakam.
“Hakam
masih ingatkah kamu dengan kisah seorang anak kecil yang dipinta mengelilingi
masjid dengan membawa gelas berisi air penuh di dalamnya. Hakam mengiyakan.
“Kalau begitu apa hikma dari cerita itu?.
“Seseorang
harus fokus dalam mengerjakan sesuatu ayah. Tidak perlu tergesah-gesah, jangan
memikirkan hal lain. Perhatikan langkah dan tindakan. Hakam mencoba menerangkan
pemahamannya tentang cerita yang dimaksud.
“Bak
bertanya?. Apakah sepeda motor, handpone, berkumpul-kumpul riah dengan
teman-teman tanpa mengenal waktu. Kemudian tidak mau belajar, tidak patuh pada
guru dan orang tua. Apakah itu suatu kefokusan seorang siswa yang ditugaskan
belajar oleh kedua orang tuanya. Kau memasuki masah remaja yang memiliki
pemikiran labil.
Jangan sekali-kali kau masuk kedalam pergaulan yang memberi
pengaruh buruk. Karena akan mempengaruhi semua cita-citamu. Lalu berdampak pada
masa depanmu. Menyesal tidak pernah diawal, Hakam. Masih ingatkah dirimu dengan
cita-citamu seaktu kecil dulu. Hakam tertunduk mendengar kata-kata ayahnya.
Hakam sadar kalau dia sudah tidak fokus lagi dengan cita-citanya. Dia mulai
larut kedalam kenakalan yang tidak berguna. Hakam mengiyakan kata-kata ayahnya.
Sejak saat itu Hakam memikirkan perbuatannya selama ini. Dari semester
dua kelas tujuh SMP, dia sangat bermalas-malasan. Waktunya banyak habis
bermain-main. Sadar dengan perubahan sikapnya. Suatu hari Hakam meminta maaf
pada kedua orang tuanya. Dengan berkaca-kaca Hakam berjanji tidak akan nakal
lagi.
Membuat ibu Hakam terharu dan meneteskan air mata. Rasa sayang bertambah
sayang dengan putra sulung mereka. Saat shalat Hakam berdoa memohon ampunan
atas kekhilafannya selama ini. Sejak itu, Hakam mulai membagi waktu dengan
teratur. Ada waktu bermain dan belajar. Ada waktu kemesjid dan membatu kedua
orang tuanya. Hakam kembali menjadi Hakam yang dulu.
Di waktu senggang Hakam
banyak membaca buku-buku. Berada di perpustakaan dan belajar dengan giat. Suatu
ketika Hakam pernah mewakili sekolahnya mengikuti olimpiade sains di tingkat
kabupaten dan masuk sepuluh besar. Sekolah, teman-temannya, dan kedua orang
tuanya bangga dengan Hakam. Bukan juara dan tropi yang mereka harapkan. Tetapi
semangat dan usaha Hakamlah yang mereka hargai.
Waktu berlalu, Hakam kemudian masuk ke Sekolah Menengah Atas di Kota
Lahat. Hakam tetap menjadi pelajar yang baik. Rajin belajar, membaca buku dan
bertambah taat beribadah. Saat berdoa, Hakam tidak hanya mendoakan kebaikan
dirinya saja. Tetapi dia juga mendoakan kebaikan orang lain. Dari orag tuanya,
keluarganya, sahabatnya, dan lainnya.
Semasa SMA, Hakam juga mengikuti
Olimpiade Sains Tingkat Nasional pada Bidang Kebumian. Pada kelas sepuluh Hakam
sampai pada tingkat provinsi. Kemudian pada kelas sebelas Hakam masuk ketingkat
Nasional. Semua orang tidak menyangka. Sampai ayah Hakam merasa tidak percaya.
“Anakku, benarkah itu?. Pikir ayah Hakam sambil terharu.
Hakam sering menulis kalimat doa di buku-buku sahabatnya. Terkadang pada
buku gurnya. “Ya Allah, semoga Hakam menjadi anak yang bermanfaat untuk
semua orang. Serta dikabulkan semua doa-doa Hakam. Aaammminnnn. Benarlah,
tidak ada kata-kata seindah doa. Dan tidak ada ucapan seajaib doa. Kebiasaan
Hakam mendoakan orang lain. Tanpa sepengetahuan orangnya. Membuat doa-doa Hakam
cepat dijawab oleh Allah SWT.
Sekarang, Hakam sudah kuliah di Kota Pelajar, Yogyakarta. Persis
apa yang dia cita-citakan waktu kecil. Dimana doa yang selalu dia panjatkan.
Apabila melihat keadaannya dahulu, tidak ada yang menyangkah Hakam akan kulia
di Kota Pelajar. Hanya ibu dan Ayahnya yang selalu mendoakan dan tahu. Hakam
lulus masuk perguruan tinggi negeri melalui jalur SMBMPTN. Salah satu jalur
kuliah penerimaan BIDIKMISI.
Bidikmisi adalah program pemerinta dalam membantu
biaya kuliah anak-anak kurang mampu. Hakam kini menjadi mahasiswa di
Universitas Negeri Yogyakarta. Kota yang pernah dia datangi saat mengikuti
olimpiade tingkat nasional. Di kampus pun Hakam menjadi salah-satu mahasiswa
aktif, yang sering mengikuti lomba kepenulisan, dan penelitian.
Lewat uang
lomba yang dia menangkan, Hakam tidak lagi meminta keperluan perkuliahan kepada
orangtuanya. Kecuali uang kontrakan setiap tahun. Ditambah dengan uang
keuntungan bisnis pakaian. Hakam dapat memenuhi keperluan hidupnya. Dengan
memanfaatkan internet, Hakam memulai bisnis online. Pasar menyediakan semua
keperluan pasokan barang-barang yang dapat dia jual secara online.
Saat merenung Hakam berpikir, kehidupan adalah misteri. Tidak terduga
apa yang akan terjadi dengan pasti. Begitu banyak hal yang Allah sembunyikan.
Ya Allah, sangat luar biasa kehidupan ini. Sebuah takdir yang dibentuk dan
digariskan dari doa-doa. Sehingga terus berjalan dan mengalir menuju harapan
dan impian. Memang diibaratkan seperti roda yang berputar, yang kita tidak tahu
kapan isinya akan tertumpah akibat goncangan.
Bahkan kita tidak pernah tahu
juga kapan akan terjadi sebuah goncangan. Maka dari itulah, Hakam selalu berdoa
dan mendoakan. Apalagi saat dia mengingat ayat Al-Quran yang berbunyi. “Dan
apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang aku, maka sesungguhnya aku
adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia
(benar-benar) berdoa kepada-Ku. Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala
perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada
dalam kebenaran.” (QS Al-Baqarah: 186).
Sebagai makhluk ciptaan Allah SWT, tentu kita manusia tidak luput dari
masalah. Ketika kita dalam kondisi seperti ini, seringkali manusia mengandalkan
sesamanya. Padahal, jika mau meminta kepada zhat Maha Pengasih dan Maha
Pemberi. Semua hajat atau permintaan insyaa Allah akan terpenuhi. Tetapi juga
harus disertai dengan usaha, keyakinan, ketulusan, dan doa.
“Berdoa,
Keajaiban Aakan Datang Kepadamu” –aisy-
Roda
Berputar: Tatkalah Matahari Terbit, Munculnya Fajar, Lalu Pagi Tiba, Kemudian
Siang dan Malam, Hngga pada Akhirnya ia Terbit Kembali.” -Syukri
Albabatani.
Oleh.
Nur Aisyah.
Palembang,
26 Mei 2019.
Sumber
foto. https://i.ytimg.com/vi/NLTQR8wRjE/maxresdefault.jpg.
Editor.
Joni Apero.
Catatan: Yang mau belajar menulis: mari belajar bersama-sama: Bagi
teman-teman yang ingin mengirim atau menyumbangkan karya tulis seperti puisi,
pantun, cerpen, cerita pengalaman hidup seperti cerita cinta, catatan mantera,
biografi diri sendiri, resep obat tradisional, quote, artikel, kata-kata
mutiara dan sebagainya.
Kirim saja ke Apero Fublic. Dengan syarat
karya kirimannya hasil tulisan sendiri, dan belum di publikasi di media lain.
Seandainya sudah dipublikasikan diharapkan menyebut sumber. Jangan khawatir hak
cipta akan ditulis sesuai nama pengirim. Sertakan nama lengkap, tempat menulis,
tanggal dan waktu penulisan, alamat penulis.
Jumlah karya tulis tidak terbatas,
bebas. Kirimkan lewat email: joni_apero@yahoo.com. idline: Apero
Fublic. Messenger. Apero fublic. Karya
kiriman tanggung jawab sepenuhnya dari pengirim.
By. Apero Fublic
Via
Cerpen
Post a Comment