Himpunan Muslim
Empat Golongan Kaum Muslimin Indonesia Menyikapi Tahun Baru Masehi
Apero Fublic.- Kalender
Masehi atau Anno Domini (AD). Anno Domini (AD)
yang berarti Tahun Tuhan. Sedangkan kata Masehi berasal dari bahasa
Arab, dan bahasa Ibrani Mesias. Tahun baru Masehi menjadi polemik
sosial keagamaan di dalam kehidupan masyarakat Islam. Tahun baru Masehi menjadi
kalender dunia dalam perhitungan kebudayaan manusia sekarang.
Sehingga mau
tidak mau kaum Muslimin masuk dalam perhitungan waktu ini. Memang pada awalnya
kalender apapun yang hadir dalam suatu kebudayaan biasanya selalu dimotori oleh
kepercayaan. Kalender selalu dihitung untuk menentukan jadwal-jadwal keagamaan.
Bangkitnya kebudayaan latin yang mengusung agama Kristianiti menjadikan
kalender masehi sebagai penanggalan kebudayaan dunia. Di abad ke-15 Masehi
pengaruh Eropa meningkat di dunia. Kemudian dengan menjajah dunia Timur,
kemudian mereka menyebarkan agama kristen dan kebudayaan mereka.
Lalu disusul dengan bangkitnya berbagai bidang kebudayaan Barat, dari
ekonomi, teknologi, ilmu pengetahuan membuat kebudayaan Eropa mendunia. Ketika
kemajuan terjadi di dunia Barat, maka dunia Timur mengikuti kemajuan tersebut.
Mau tidak mau dunia Timur terutama dunia Islam juga terseret. Maka dengan perlahan,
penyerapan kebudayaan terjadi, termasuk dalam penggunaan penanggalan. Namun,
kalender masehi yang menjadi kalender dunia, atau kalaender umum tetap pada
hitungan keagamaan Nasrani. Dalam sejarah kalender Masehi di mulai dari satu
Januari tepat kelahiran Yesus, atau Nabi Isa dalam Islam.
Karena permasalahan
dimulainya hitungan kalender dari kelahiran Yesus, menjadikan kaum Muslimin
tidak dapat menerima kalender Masehi secara keimanan. Maka timbuk polemik,
terbaginya berbagai kelompok umat Islam dalam menyikapi tahun baru Masehi atau
Tahun Anno Domini yang berarti Tahun Tuhan.
1.
Kelompok Petahana.
Kelompok
muslim petahana adalah kelompok paling atas dalam menyerukan tidak merayakan
tahun baru Masehi. Kelompok muslim petahana adalah kelompok yang mempertahankan
kebudayaan Islam, dan memikirkan akibat buruk dari perayaan tahun baru Masehi.
Kelompok petahana berusaha keras bagaimana kehidupan Islamis di tengah
masyarakat Islam terjaga.
Mereka adalah kelompok-kelompok dakwa atau
muslim-muslim yang memperjuangkan hadirnya keislaman di muka umum. Muslim
petahana melawan pengaruh barat dan pengaruh kebudayaan non muslim. Karena
mereka mempertahankan dan berusaha membangkitkan keislaman di tengah umat maka
diistilahkan dengan muslim petahana.
2.
Kelompok Netralisme.
Kelompok
muslim netralisme ini yang tidak memperdulikan tentang boleh atau tidaknya
merayakan tahun baru Masehi. Kelompok muslim netralisme menganggap libur tahun
baru Masehi, dan perayaan tahun baru masehi sebagai libur tahunan dalam dunia
kerja.
Libur dan perayaan tahun baru Masehi tidak di kaitkan dengan agama.
Tetapi kalender Masehi dianggap kalender kebudayaan umum sebagai pengatur
jadwal rutinitas kehidupan umum. Sehingga dalam kelompok netralisme ini tidak
ada suara menentang atau mengikuti.
Kelompok ini biasanya mereka yang memiliki
pemahaman yang cukup tentang keislaman. Kelompok netralisme berpendidikan dari
sekolah Islam negeri, pesantern-pesantren, atau lulusan dari
universitas-universitas Islam. Tidak merayakan dan tidak memperdulikan. Seandainya
mereka liburan itu dianggap sebatas hari libur biasa.
3.
Kelompok Sekularisme.
Kelompok
muslim sekularisme ini adalah kelompok yang memang mengaggap bahwa pengucapan
natal, ikut perayaan tahun baru, adalah sesuatu yang tidak melanggar syariat.
Kelompok ini tidak memberikan larangan, tetapi bahkan mengajurkan untuk
mengucapkan dan ikut perayaan tahun baru Masehi.
Kelompok muslim sekularisme
ini berdalih selagi tidak merusak akidah, dan sebagai ungkapan toleransi.
Karena memandang tahun baru Masehi sebagai budaya bukan sebagai ajaran agama.
Kelompok sekularisme ini terlalu terburu-buru dalam menyikapi permasalahan
tahun baru Masehi ini.
Sehingga kelompok ini nyaris tidak ada pembelaan
terhadap kebudayaan Islam dan akidah Islam secara menyeluruh. Mereka cenderung
tidak memperdulikan dakwa sosial dalam pendidikan umum kaum muslimin. Kelompok
ini tidak memikirkan tingkat keimanan kelompok Muslim awam.
Mereka
lebih meyamaratakan pemahaman mereka dengan semua orang. Padahal tingkat
pemahaman dikalangan Muslim awam tidak dapat disetarakan dengan pemahaman
mereka. Kelompok sekularisme ini biasanya orang-orang berpendidikan tinggi.
Seandainya mereka taat beribadah, mereka hanya taat sendiri, tidak
memperdulikan pembangunan sosial keislaman.
4.
Kelompok Awam.
Kelompok
Muslim ini adalah kelompok yang tidak mengerti sama sekali. Mereka tidak tahu
tentang tahun masehi dan tentang faham keislaman. Kelompok ini mengikuti
perayaan tahun baru hanya karena ikut-ikutan. Mereka sangat awam dengan
pengetahuan umum dan pengetahuan keislaman.
Dalam perayaan kelompok ini justru
sangat beragam. Mereka mengagendakan acara sesuai kemampuan mereka. Terkadang
mereka berbuat sesuatu yang amoral, yang sangat tidak pantas dilakukan sebagai
muslim. Mereka hanya tahu kalau tahun baru adalah pergantian tahun. Mereka juga
menganggap tahun Masehi sebagai tahun umum bukan tahun keagamaan. Tanpa
terpikirkan di kepala mereka tentang agama, baik Islam atau non Muslim.
Kelompok ini adalah kelompok paling rendah tingkat keimanan dan pengetahuan keislaman.
Mereka berpendidikan yang tidak mengajarkan keislaman secara cukup. Kemudian
kulia di perguruan tinggi yang sekuler. Mereka jauh dari kehidupan keagaaman,
dan hidup sesuai aturan umum yang berlaku.
Dalam permasalahan kalender ini tentu menguras banyak energi kaum
Muslimin. Antara mengikuti atau menentang. Sehingga dua pilihan yang sulit,
sebab godaan keduniaan sangat kuat dalam perayaan tahun baru Masehi. Masyarakat
merasa lebih bebas, lebih leluasa meluapkan kegembiraan.
Bertolak belakang dengan
tahun baru Hijriyah. Mengapa masyarakat Islam kurang antusias dalam perayaan
tahun baru Hijriyah. Ada dua penyebab umum, Pertama dalam pemikiran umat Islam
Indonesia, setiap aktivitas Islam adalah ritual ibadah: karena dari Islam yang
selalu dipikirkan adalah ibadah, tidak ada celah kebersahajaan.
Islam adalah ibadah, sehingga yang merayakan yang pandai dalam
beribadah. Maka perayaannya hanya membaca Al-Quran, yasinan, tahlilan, pakai
jubah, pakai peci, dimasjid, ceramah, dan tidak boleh bergembiraria. Pemikiran
seperti inilah yang menyebabkan kaum muslimin tidak antusias dalam perayaan
tahun baru Hijriyah. Sebab dalam ritual ibadah sudah biasa.
Kedua, tahun baru
Hijriyah tidak bersamaan dengan kalender umum, sehingga tidak ada libur panjang
atau tidak berakhir tahun. Kalau kalender masehi digunakan perusahaan untuk
libur, tutup buku, evaluasi dan sebagainya, atau berakhir tahun. Oleh karena
itu, maka tahun baru Masehi dijadikan momen liburan, jalan-jalan, tamasya, dan
bersantai.
Oleh.
Joni Apero
Palembang, 2 Januari 2019.
Catatan: Yang mau belajar menulis: mari belajar bersama-sama: Bagi
teman-teman yang ingin mengirim atau menyumbangkan karya tulis seperti puisi,
pantun, cerpen, cerita pengalaman hidup seperti cerita cinta, catatan mantera,
biografi diri sendiri, resep obat tradisional, quote, artikel, kata-kata
mutiara dan sebagainya.
Kirim saja ke Apero Fublic. Dengan syarat
karya kirimannya hasil tulisan sendiri, dan belum di publikasi di media lain.
Seandainya sudah dipublikasikan diharapkan menyebut sumber. Jangan khawatir hak
cipta akan ditulis sesuai nama pengirim. Sertakan nama lengkap, tempat menulis,
tanggal dan waktu penulisan, alamat penulis.
Jumlah karya tulis tidak terbatas,
bebas. Kirimkan lewat email: joni_apero@yahoo.com. idline: Apero
Fublic. whatsApp: 081367739872. Messenger. Apero fublic. Karya
kiriman tanggung jawab sepenuhnya dari pengirim.
Sy. Apero Fublic
Via
Himpunan Muslim
Post a Comment