Sastra Kita
Futhri Mardhatillah. Kembalikan Aku Waktu
Apero Fublic.- Aku
duduk merenung di sekitar senja, bertetangga dengan segumpal awan, dan
bercengkrama dengan elusan angin. Daun kelapa memanggil kalbuku, dengan
melambai tiada henti bersama angin. Sudah dua musim aku duduk di sini, kemarau
dan musim hujan. Telah cukup lama melewati masa-masa yang lalu.
Sedangkan angin musim juga selalu berhembus membawa putaran waktu. Menerpaku, lalu aku seakan mengulang putaran waktu itu. Masih ingatkah disana, sahabat, tentang cerita kita. Kau bertanya banyak tentang sesuatu, yang aku juga tidak tahu. Tetapi aku menjawab, dengan jawaban yang tidak kau mengerti.
Sehingga kita saling bertengkar dan saling memarahi. Tetapi aneh, aku tertawa dan kau tertawa. Waktu itu, tidak pernah kita bersedih. Sebab dunia milik kita. Kita jelajahi tempat-tempat yang belum kita datangi. Kita makan apa yang belum kita makan. Kau tahu kekuranganku, aku pun mengerti kekuranganmu.
Sedangkan angin musim juga selalu berhembus membawa putaran waktu. Menerpaku, lalu aku seakan mengulang putaran waktu itu. Masih ingatkah disana, sahabat, tentang cerita kita. Kau bertanya banyak tentang sesuatu, yang aku juga tidak tahu. Tetapi aku menjawab, dengan jawaban yang tidak kau mengerti.
Sehingga kita saling bertengkar dan saling memarahi. Tetapi aneh, aku tertawa dan kau tertawa. Waktu itu, tidak pernah kita bersedih. Sebab dunia milik kita. Kita jelajahi tempat-tempat yang belum kita datangi. Kita makan apa yang belum kita makan. Kau tahu kekuranganku, aku pun mengerti kekuranganmu.
Aku memiliki kebiasaan buruk, kau memberi nasihat. Lalu aku
meninggalkannya, dan menjadi lebih baik. Begitupun denganmu yang memiliki
kebiasaan yang aneh, kemudian aku memberi penjelasan itu tidak baik. Kau
menjadi saudaraku, saat jauh dari keluarga. Makan seadanya itu adalah hal
biasa.
Tidak canggung untuk berekspresi dan tidak malu untuk mengadu. Kita
bercerita tentang masa lalu, dan kita bersama-sama menggantungkan harapan untuk
masa depan. Kau mengaminkan doaku. Akupun mengaminkan doa-doamu. Kita bersama-sama
berjuang dan saling menguatkan.
Kita melangkah melintasi padang gurun, kita
lalui berbukit terjal. Kemudian kita arungi lautan luas, menghadapi gelombang,
menghadapi badai. Terkadang kita saling menjerit dan menangis. Terasa menderita
sekali perjalan itu. Kita berkata tidak ingin mengulangi lagi perjalanan ini.
Perlahan, pantai pun mendekat dan kita sampai di seberang.
Sahabat, masih ingat saat kita berlari-lari di bawa langit biru. Air
danau yang terbentang luas. Kupu-kupu yang menari. Kita tertawa lepas, tanpa
beban, tanpa ratap, tanpa sedih. Waktu itu, walau sedang terluka tetap kuat.
Bila aku ingat saat pertama memulai semua ini, aku merasa tidak akan kuat
tinggal bertahun-tahun.
Namun, waktu berlalu singkat, jalan yang panjang
menjadi pendek, masa yang lama terasa sebentar. Kau tahu sahabat, karena kau
disisiku. Kau telah memberi kekuatan, sehingga dapat aku lewati masa sulit itu.
Pahit menjadi manis, asam menjadi manis, tawar menjadi manis. Sekarang, kita
telah berpisah oleh aturan waktu. Kita terpisah oleh jalan kita masing-masing.
Terpisah oleh doa kita yang kita amini dulu. Sekarang berjalan sendiri-sendiri.
Ada amplok-amplok dan serabutan mimpi. Kita mencari kehidupan lain, yang kita
namakan impian. Hanyalah pesan singkat, dan rencana-rencana bertemu. Sedikit
bertanya kabar, sedikit berkata tentang rindu.
Tetapi itu sudah menjadi cerita
yang usang. Jauh di lubuk hati memendam kerinduan masa lalu. Sekarang hidup
kita sudah dirampas oleh takdir. Di sini, nanjauh aku termenung.
Sesungguhnya kalian adalah kado terindah di dalam hidupku. Aku tidak dapat
memungkiri, aku rindu kalian sahabatku. Dapatkah kita mengulang sekali lagi.?
SAHABAT AKU RINDU
Kau
takkan melihat senyum, sang bulan.
Kalau
tak ada bintang-bintang.
Bintang-bintangpun
akan kegelapan,
Kalaulah
tak ada sang rembulan.
Bagaimana
memiliki kenangan.
Kalau
tidak ada yang kulihat.
Untuk
apa kita melihat,
Kalau
tidak ada yang terlihat.
Sahabat,
kau bulan dalam hidup ku.
Yang
hadir dan terang benderang.
Kau
bintang dilangit ku.
Bagaimana
aku melewati hari-hari tanpamu.
Ranting
boleh patah, dedaunan boleh gugur.
Hendaklah
kisah kita tetap abadi.
Sahabat,
kau hadia terindah kehidupan
Kau
menjadikan dunia terasa indah.
Dunia
pun menjadi milik kita.
Sekarang,
seperti ombak yang berbalik.
Meninggalkan
buih di pantai.
Meninggalkan
batu dan pasir-pasirnya.
Kini
kita tenggelam oleh laut kita sendiri.
Lautan
mimpi kita, dulu.
Kita
terpisah oleh jalan yang berbeda.
Sahabat,
kau hadia terindah.
Lalu
kita terpisah.
Oleh
kubangan hidup nestapa.
Sekarang
dunia tak lagi milik kita.
Karena
kita tersandera kodrat kita.
Mengejar
mimpi, yang tak tahu apa.
Andai
watu diputar, aku ingin mengulangi masa itu.
Dan
aku, takkan mau kesini.
Sahabat,
aku rindu.
Penyair cantik ini, lahir di Kota Palembang pada 11 Juli 1996. Gadis
yang menyukai warna biru pink, dan hitam ini, adalah lulusan Universitas
Sriwijaya pada bidang studi Pendidikan Luar Sekolah, pada Fakultas Keguruan
Ilmu Pendidikan (FKIP).
Dia menyukai makanan apa saja yang penting enak, asal
rasanya tidak pahit, tidak terlalu asin, dan masam. Sedangkan film favoritnya,
yaitu film horor, atau thriller, film Naruto, Tokyo Ghoul. Untuk motto
hidupnya, "don't give up without fighter.
Dia berpesan, jadilah
pribadi yang baik dan mampu memperbaiki diri sendiri, disetiap waktu. Perbaiki
dari kekurangan kita, dan perbaiki juga kelebihan kita, agar tidak sombong dan
terus berprestasi. Sampai ketemu lagi pada karya saya yang lainnya. Salam
sastra kita.
Oleh.
Futhri Mardhatillah.
Editor. Selita. S.Pd.
Palembang, 26 Januari
2019.
Sumber
foto. Futhri Mardhatillah.
Fotografer. Dadang Saputra.
Kategori.
Syarce fantasi.
Catatan: Yang
mau belajar menulis: mari belajar bersama-sama: Bagi teman-teman
yang ingin mengirim atau menyumbangkan karya tulis seperti puisi, pantun,
cerpen, cerita pengalaman hidup seperti cerita cinta, catatan mantera, biografi
diri sendiri, resep obat tradisional, quote, artikel, kata-kata mutiara
dan sebagainya.
Kirim
saja ke Apero Fublic. Dengan syarat karya kirimannya hasil tulisan
sendiri, dan belum di publikasi di media lain. Seandainya sudah dipublikasikan
diharapkan menyebut sumber. Jangan khawatir hak cipta akan ditulis sesuai nama
pengirim.
Sertakan
nama lengkap, tempat menulis, tanggal dan waktu penulisan, alamat penulis. Jumlah
karya tulis tidak terbatas, bebas. Kirimkan lewat
email: fublicapero@gmail.com idline: Apero Fublic. Messenger. Apero fublic. Karya kiriman tanggung jawab sepenuhnya dari pengirim.
Sy. Apero Fublic
Via
Sastra Kita
Post a Comment