Kata Mutiara
Janah Sutia. Teruntukmu
Apero Fublic.- Assalamuallaikum
warrohmatullahi wabbarokatu. Aku
menyapa di senyap malam, Di antara belayan angin yang
dingin. Beku dibalik keangkuhan jiwa-jiwa.Yang membuat aku menari
dalam rentang panjang hidup ku. Selalu ada celah aku mengingat
mu. Seperti lobang kosong yang mengintip dari dinding hati
ku. Apabila angin menerpa lobang kosong itu. Dia berbunyi, seperti
bernyanyi tentang rindu. Rindu yang merajalelah di hatiku.
Teruntuk mu,
Nan
jauh, kah. Sehingga jarak begitu sulit ditempu oleh rasa ini. Atau begitu
tinggi seperti mega-mega merah, disenjah kala. Senjah yang sayup di upuk barat
dan merindu. Melamuri mata ku, kemudian cairan bening yang mencuci kotoran masa
silam, namun menuntun pada kenangan yang tidak terlupakan. Adu, apa aku tidak
sadar, kalau hari mulai gelap. Mentari sudah mulai terbenam.
Aku berlari pulang,
sebab azan telah bergema. Hijab dan gamis ku, berkibar terterpa angin. Seakan
ia marah dan cemburu meminta aku tetap disini. Angin ingin menyejukkan bara
asmara ini, yang telah lama membakar dada ku. Aduh, jerit ku, seakan ada
sayatan sembilu. Aku sedih dan pilu, menangis.
Tidak jerit kalbu ku. Aku tidak
secengeng itu. Aku hanya terharu oleh rontahan hati ini. Namun mengapa air mata
tetap mengalir saja tanpa aku minta. Aku tau, aku rindu, maka di sajadalah
kiranya akan mengobati itu. Kadang aku merasa begitu bodoh, tetapi begitulah
kata hati yang tak dapat diingkari.
Seseorang yang jauh dari mata, namun tak pernah luput dari do’a. Untukmu
seseorang yang sederhana dengan sejuta pesona. Maafkan jika kali ini aku
kembali gagal untuk menyerah, karena pada hakikatnya cinta adalah anugerah.
Maafkan jika hingga saat ini, aku masih saja menyebut namamu didalam do’a, dan
aku kembali gagal melupakan mu.
Namun tenanglah kali ini, aku ingin mencintaimu
dengan cara yang jauh lebih indah, dengan cara yang jauh lebih disukai-Nya,
cara yang bisa mendatangkan kecintaan-Nya dan keberkahan-Nya, cara yang benar.
Karena bersamamu kuingin tinggal seatap menetap, bersamamu kuingin semakin
taat, dan bersamamu kuinginkan surga terasa menjadi lebih dekat.
Wahai engaku yang jauh, nan terjauh, namun sangat dekat. Tiadalah harap
selain keridhoan Allah. Dahulu aku mengejarmu, sekarang aku relah dalam
menerima keputusan-Nya. Dulu aku khilaf sebab aku tertutup oleh hayalan semu.
Dimana ego yang masih menguasai diri ku. Hai, seseorang yang pernah singga itu,
memang kadang aku nantikan di pondok ini.
Pondok selubung yang bernaung hati
lemah seorang gadis, dengan pengharapannya yang panjang. Namun, kini tinggal
seuntai keajaiban doa ia nanti, entah dirimu, entah orang lain yang akan menemani
perjalanan ini. Aku hanya dapat menunggu dan menunggu dari keputusan takdir
kehidupan. Keputusan sang maha bijaksana. Wassalam,
dari aku yang pernah untuk mu.
Oleh:
Janah Sutia.
Editor.
Desti. S.Sos.
Palembang,
24 November 2018.
Sumber
foto. Janah Sutia.
Sumber
foto sungai. Zulkifli Adi Putra.
Catatan: Yang
mau belajar menulis: mari belajar bersama-sama: Bagi teman-teman
yang ingin mengirim atau menyumbangkan karya tulis seperti puisi, pantun,
cerpen, cerita pengalaman hidup seperti cerita cinta, catatan mantera, biografi
diri sendiri, resep obat tradisional, quote, artikel, kata-kata mutiara
dan sebagainya.
Kirim
saja ke Apero Fublic. Dengan syarat karya kirimannya hasil tulisan
sendiri, dan belum di publikasi di media lain. Seandainya sudah dipublikasikan
diharapkan menyebut sumber. Jangan khawatir hak cipta akan ditulis sesuai nama
pengirim.
Sertakan
nama lengkap, tempat menulis, tanggal dan waktu penulisan, alamat penulis.
Jumlah karya tulis tidak terbatas, bebas. Kirimkan lewat email: www.fublicapero@gmail.com
idline: Apero Fublic. Messenger. Apero fublic. Karya kiriman tanggung
jawab sepenuhnya dari pengirim.
Sy. Apero Fublic
Via
Kata Mutiara
Post a Comment