Sastra Klasik
Kelong. Dalam Sastra Makasar
Apero Fublic.- Indonesia memiliki banyak kepulauan dan
bermacam suku bangsa. Setiap suku selalu memiliki jenis sastra yang
berbeda-beda dari satu sama lain. Misalnya seperti kelong dalam sastra Makasar.
Kelong adalah bentuk sastra lisan tradisional dari daerah Makasar, Sulawesi
Selatan. Kelong bercirikan, ditulis dengan ritme pantun, terdiri dari empat
baris syair dalam satu bait.
Menurut Sahabuddin Nappu kelong adalah hasil karya sastra lisan dalam sastra Makasar berbentuk puisi, yang identik dengan pantun dalam sastra Indonesia. Sama seperti sastra-sastra klasik lainnya, kelong berisikan bermacam-macam nasihat, dan pengajaran untuk masyarakat tergantung tema yang ditulis oleh si penulis.
Semoga menjadi acuan bagi kita semua agar membuat dan menulis sastra-sastra yang bermanfaat dan baik, sebagaimana yang telah dilakukan dan diwariskan oleh para tetua negeri kita dahulu.
Oleh: Joni Apero.
Editor. Desti. S. Sos.
Fotografer. Dadang Saputra.
Palembang, 26 Juni 2019.
Sumber dan Hak Cipta: Sahabuddin Nappu. Kelong Dalam Sastra Makasar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1986.
Menurut Sahabuddin Nappu kelong adalah hasil karya sastra lisan dalam sastra Makasar berbentuk puisi, yang identik dengan pantun dalam sastra Indonesia. Sama seperti sastra-sastra klasik lainnya, kelong berisikan bermacam-macam nasihat, dan pengajaran untuk masyarakat tergantung tema yang ditulis oleh si penulis.
Naskah buku kelong yang
ditulis Oleh Sahabuddin Nappu yang berjudul “Kelong Dalam Sastra Makasar”
bercerita tentang ajaran agama Islam yang penuh petuah-petuah mengajak mematuhi
ajaran agama Islam, ibadah, kesalehan. Buku ini diterbitkan oleh Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan di Jakarta tahun 1986. Buku terdiri dari 160 halaman
dengan dua bagian isi, yaitu bagian pertama ditulis dengan Bahasa Indonesia,
dan bagian kedua ditulis dalam bahasa daerah Makasar.
Bagian pertama berisi
kelong berjumlah 637 bait dalam Bahasa Indonesia. Bagian kedua berisi kelong dalam
bahasa daerah Makasar, berjumlah 638 bait kelong. Sastra kelong apabila
dibandingkan dengan sastra melayu klasik tidak jauh berbeda, seperti terdiri
dari empat baris syair dalam satu bait, bernada pantun, nasihat-nasihat.
Apabila ditinjau ke Riau, di mana adanya sastra Melayu klasik yang dilahirkan
oleh orang-orang keturunan Bugis (Makasar), seperti Raja Ali Haji, Aisyah
Sulaiman dalam karyanya Syair Khadamuddin, tentulah bukan hal aneh ketika
mereka menulis dalam sastra Melayu, karena telah ada kesamaan sastra antara
Melayu di Riau-Lingga, dan Makasar (Bugis). Berikut adalah cuplikan naskah
kelong dari Makasar.
Kelong Dalam Bahasa Indonesia
dahulu aku merah muda,
berkas digenggamkan juga,.
Tapi sekarang,
Berkas disentak saja.
Dahulu aku juga gula,
Kelapa manisan juga,
Tapi sekarang,
Pahitnya bagai peria.
Aku sudah dari Mekkah,
Lahir di tanah suci,
Bukanlah aku,
Pintu kebahagiaan.
Aduhai cucunya adam,
Sangat jauh berlayar,
Mengeluh modal,
Pokokpun tak ada.
Bagaimana caranya,
Hati yang pernah kecewa,
Agar kembali,
Seperti sedia kala.
Mengapa kamu sangat bodoh,
Tak melaksanakan perintah,
Nabi sendiri,
Melaksanakan sembahyang.
Mudah-mudahan anakku terikut juga,
Lahir di bulan suci,
dibakarkan,
Pelita sinar emas.[1]
Kelong Dalam Bahasa Daerah Makasar
Anne mae bakko tonja
Basse ni parekak tonja
Anne alloa
Basse ni paruntuk mami
Anne mae golla tonja
Kaluku manisang tonja
Anne alloa
Paria jumpai mamak
Anak battumak ri Makka
Lassuk ri butta lompoa
Sungkeang tomak
Timunggana mateknea
Aule cucunna Adam
Bella dudu sombalakna
Kunraring pokok
Nataena modalakna
Ante kamma parekanna
Pakmaik lekbak panrak
Tamomoterang
Kontu pole ri batena
Anjo nomadongok kamma
Tanggaukang passuroang
Nakbita ‘njo
Nanggaukanja sambayang
Anakku lalo naturuki
Lassuka ri bulang bajik
Ni pattunuang
Kanjolik buta bulaeng.[2]
.........................................
Tulisan ini hanya bersifat
menginformasikan tentang sastra klasik Makasar dan adanya buku yang diterbitkan
tentang sastra KELONG asli daerah Makasar, Sulawesi. Tentu info ini akan
berguna bagi pencita dan pemerhati sastra asli Indonesia.
Sastra lama sangat sarat dengat pendidikan. Berbeda dengan sastra sekarang yang bersifat komersil, asal jadi, dan banyak sastra yang cenderung merusak moral atau dikenal dengan istilah sastra destruktif atau sastra hitam.
Sastra lama sangat sarat dengat pendidikan. Berbeda dengan sastra sekarang yang bersifat komersil, asal jadi, dan banyak sastra yang cenderung merusak moral atau dikenal dengan istilah sastra destruktif atau sastra hitam.
Semoga menjadi acuan bagi kita semua agar membuat dan menulis sastra-sastra yang bermanfaat dan baik, sebagaimana yang telah dilakukan dan diwariskan oleh para tetua negeri kita dahulu.
Oleh: Joni Apero.
Editor. Desti. S. Sos.
Fotografer. Dadang Saputra.
Palembang, 26 Juni 2019.
Sumber dan Hak Cipta: Sahabuddin Nappu. Kelong Dalam Sastra Makasar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1986.
[1]Sahabuddin Nappu, Kelong
Dalam Sastra Makasar, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
1986), h. 7.
[2]Sahabuddin Nappu, Kelong
Dalam Sastra Makasar, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
1986), h. 85.
Sy.
Apero Fiblic
Via
Sastra Klasik
Post a Comment