Pariwisata
Praktek Kerja Lapangan (PKL). FKIP. Universitas
Sriwijaya.
Kisahku. Di Bumi Sangkurian
APERO FUBLIC.- Waktu
itu, adalah hari ke-10 dari perjalanan kami. Tepatnya pada tanggal 11 Maret
2017. Aku bersama teman-teman PKL (Praktek Kerja Lapangan), dari Fakultas
Keguruan Ilmu Pendidikan, pada bidang studi Pendidikan Biologi, Universitas
Sriwijaya. Hari itu, kami menyempatkan berkunjung ke tempat wisata
Gunung Tangkuban Perahu, di Bandung, Provinsi Jawa Barat.
Walau badan sedah terasa lelah dan capek sekali, tetapi tidak mengurangi semangatku, dan teman-teman untuk menikmati alam yang indah itu. Rasa penasaran dan gembira bercampur aduk, sebab Gunung Tangkuban Perahu memiliki legenda yang populer sekali, yaitu legenda Sangkuriang.
Di dalam hati kami bertanya-tanya,“kayak apa si bentuk Gunung Tangkuban Parahu itu??. Apa benar mirip perahu gunungnya??. Cuaca yang dingin sebagaimana keadaan di pegunungan. Selain itu, mendung juga menggantung di langit. Aku dan teman-teman mulai menapakkan kaki di wilayah yang bernama, Bandung.
Walau badan sedah terasa lelah dan capek sekali, tetapi tidak mengurangi semangatku, dan teman-teman untuk menikmati alam yang indah itu. Rasa penasaran dan gembira bercampur aduk, sebab Gunung Tangkuban Perahu memiliki legenda yang populer sekali, yaitu legenda Sangkuriang.
Di dalam hati kami bertanya-tanya,“kayak apa si bentuk Gunung Tangkuban Parahu itu??. Apa benar mirip perahu gunungnya??. Cuaca yang dingin sebagaimana keadaan di pegunungan. Selain itu, mendung juga menggantung di langit. Aku dan teman-teman mulai menapakkan kaki di wilayah yang bernama, Bandung.
Saat turun dari bus, yang paling dicari adalah cerita legenda
Sangkuriang. Pokoknya kata hati, harus tahu tentang cerita dan tempatnya. Kami
mengendarai mobil, menyusuri jalan-jalan yang berliku-liku, dan berkelok-kelok
tajam. Saat naik mobil tersebut, aku ingat sebuah acara televisi yang
menayangkan acara My Trip My Advanture. Aku juga merasa ngeri,
melihat di kanan dan kiri jalan yang terdapat jurang-jurang terjal
dan dalam.
Namun dibayar dengan pemandangan yang sangat indah. Pepohonan yang
rindang menghijauh juga memperindah perjalanan kami. Hari itu, kami berkeliling
di tanah dimana terjadinya sebuah legenda Sangkuriang, yang diceritakan sebagai
bentuk asal usul terbentuknya Gunung Tangkuban Perahu. Antara percaya dan tidak
tentang legenda tersebut, kami mulai menikmati panorama alam yang indah.
Apero
Fublic.- Aku dengar legenda itu bermulah dari, dari dikutuknya seorang
dewa dan seorang dewi karena suatu kesalahan yang fatal. Sang Dewa dikutuk
menjadi seekor anjing. Sedangkan sang Dewi dikutuk menjadi seekor babi.
Kisah
bermulah, pada zaman dahulukalah. dikisahkan hiduplah seorang putri cantik yang
bernama Dayang Sumbi. Dia adalah anak seorang raja yang bernama Sungging
Perbangkara dari sebuah kerajaan besar yang berada di Jawa Barat. Karena
kecantikanya, Dayang Sumbi menjadi rebutan raja-raja atau para pangeran
kerajaan lain.
Banyak raja-raja yang datang meminang Dayang Sumbi
untuk dijadikan istri. Sehingga banyak perseteruan diantara mereka. Dayang
Sumbi merasa dirinya menjadi bahan rebutan, dan menyebabkan peperangan.
Maka akhirnya Dayang Sumbi, memutuskan untuk pergi mengasingkan diri kehutan,
dan hidup disana dengan tenang.
Suatu ketika Dayang Sumbi sedang menenun, pitalan benang yang dia
gunakan jatuh. Karena malas untuk mengambil pintalannya, Dayang Sumbi pun
berkata, “siapapun yang mengambilkan pitalan benang tenunku, kalau dia
laki-laki akan menjadi suamiku, dan apabila dia wanita akan menjadi saudaraku.”
Kemudian, tiba-tiba seekor anjing mengambil pitalan tersebut, lalu
memberikannya kepada Dayang Sumbi.
Karena dia sudah berkata-kata demikian, maka
Dayang Sumbi harus menepati janjinya. Akhirnya Dayang Sumbi pun menikah dengan
anjing tersebut. Tidak lama kemudian, dia memiliki anak laki-laki yang bernama
Sangkuriang.
Seiring waktu berjalan, Sangkuriang pun tumbuh menjadi seorang
pemuda yang tampan, gagah perkasa, dan sakti. Setiap hari, Sangkuriang selalu
ditemani oleh anjing peliharaannya, yang bernama si Tumang. Sangkurian
menganggap anjingnya hanya seekor anjing peliharaan, yang setia. Sangkuriang tidak
tahu bahwa si Tumang adalah ayahnya.
Suatu hari, Sangkuriang dimintai oleh ibu-nya, Dayang Sumbi untuk
berburu rusa. Karena Dayang Sumbi ingin makan dendeng hati rusa. denga. Sebelum
berangkat berburu, Sangkurinag berkata pada ibunya. “Baiklah, aku akan bawakan
ibu sebuah hati rusa untuk.” Janji Sangkuriang.
Sangkuriang dan si Tumang pun
pergi berburu ke hutan. Mulailah mereka berburu mencari rusa. Tetapi
sayang sudah seharian mereka berburu, namun tidak mendapatkan hasil
apa pun. Jangkan hati rusa, bertemu dengan rusa pun tidak. Saat dalam putus
asa, lewatlah seekor babi hutan besar. Sangkuriang meminta si Tumang mengejar
babi tersebut.
Namun si Tumang tidak mau. Karena dia tahu, babi yang lewat tadi
adalah jelmaan seorang Dewi. Si Tumang sesungguhnya juga jelmaan seorang Dewa
yang di kutuk menjadi anjing. Dewi tersebut memiliki hubungan dengan si Tumang
di kehidupan kayangan. Karena suatu kesalahan keduanya di kutuk. Si Tumang
menjadi anjing dan sang Dewi menjadi babi. Sangkuriang marah melihat tingkah si
Tumang yang aneh, dan tidak bergerak sedikitpun.
Sangkuriang mengacungkan panahnya menghardik si Tumang, agar mau
mengejar babi tersebut. Sangkuriang terus menakut-nakuti si Tumang dengan
panahnya. Tetapi hal tidak terduga terjadi. Tanpa sengaja Sangkuriang
kelepasan, dan anak panah melesat mengenai si Tumang. Sangkuriang sangat
menyesal dan sedih.
Sangkuriang khawatir sekali, hati rusa tak dapat, si Tumang
mati. Sangkuriang kawatir akan mengecewakan ibu-nya. Haripun sudah sore dan
sebentar lagi malam. Maka sangkuriang memutuskan mengambil hati si Tumang yang
telah mati. Hati si Tumang kemudian dia bawa pulang dan diberikannya pada
ibu-nya, Dayang Sumbi. Dayang Sumbi mengirah itu adalah hati rusa.
Sehingga dia
memasaknya dengan enak sekali. Setelah di tunggu beberapa saat si Tumang juga
tidak muncul. Sampai keesokan harinya si Tumang juga tidak pulang. Kemudian
Dayang Sumbi menanyakan si Tumang pada Sangkuriang. Dengan perasaan takut,
Sangkuriang menceritakan semuanya pada Dayang Sumbi. Bahwa si Tumang telah
mati, tak sengaja terkenah panahnya.
Mendengar cerita Sangkuriang bahwa si
Tumang telah mati terpana oleh Sangkuriang, membuat Dayang Sumbi kalap dan
marah besar. Tanpa sadar Dayang Sumbi memukul Sangkuriang dengan sendo besar,
di kepalanya dan terluka dan meninggalkan bekas luka yang besar. Sangkuriang
juga terjatuh, dan kepalanya membentur tempat penyimpanan air di dekat tangga
yang terbuat dari batu. Sehingga Sangkuriang menderita amnesia, lupa ingatan.
Tanpa sadar Sangkuriang pergi meninggalkan rumah. Kemudian pergi
mengembara berkeliling dunia. Banyak ilmu kesaktian yang dia peroleh.
Sangkuriang pun menaklukkan negeri jin, dan Raja Jin tunduk pada Sangkuriang.
Dalam perjalanan itu juga, Sangkuriang meruntuhkan negeri raja-raja yang pernah
memaksa menikah dengan Dayang Sumbi. Kemudian Sangkuriang sampai di hutan
dimana dia tinggal dahulu.
Sangkuriang telah lupa dan tidak
mengingat lagi karena sudah lama tidak kembali. Di hutan itu dia bertemu dengan
seorang wanita muda dan sangat cantik. Membuat Sangkuriang jatuh cinta dan
berniat menikahi wanita tersebut. Sangkuriang tidak sadar bahwa wanita tersebut
adalah ibu-nya, Dayang Sumbi. Dayang Sumbi di anugerahi yang maha kuasa
kelebihan, yaitu awet muda.
Dayang Sumbi juga menjaga kecantikannya dengan
banyak memakan dedaunan muda. Dalam perkenalan dan cerita, akhirnya
Dayang Sumbi mengingat bahwa si Pemuda tersebut adalah anak kandungnya. Dayang
Sumbi juga mengenal ada bekas luka di kepala si anak muda itu. Karena
Sangkuriang mengidap amnesia, dia lupa-lupa ingat dalam bercerita.
Dia kurang
ingat tentang luka di kepalanya. Luka di pukul atau luka terjatuh menmbentur
tempat air pencuci kaki di dekat tangga. Mendengar cerita tersebut semakin
yakin Dayang Sumbi adalah anak kandungnya, Sangkuriang. Tetapi Dayang Sumbi
tidak dapat menjelaskan dengan masuk akan, bahwa dia adalah ibu Sangkuriang.
Karena menurut hitungan umur normal manusia biasa dia sudah tua, dan kulitnya
haruslah sudah keriput, begitupun dengan rambutnya pasti sudah ubanan. Hal yang
dikhawatirkan juga Dayang Sumbi takut membuat kecewa Sangkuriang yang sakti
tentu dia dapat berbuat apapun sekehendaknya.
Maka Dayang Sumbi memikirkan caranya untuk menolak secara halus. Dayang
Sumbi akan menikah dengan Sangkuriang asalkan dia mampu memenuhi syaratnya.
Yaitu membuat sebuah danau dengan membendung Sungai Citarum, dan sekaligus
sebuah perahu dalam waktu semalam, sebelum ayam berkokok. Sangkuriang
menyanggupi permintaan Dayang Sumbi.
Sangkuriang memanggil para jin yang pernah
dia taklukkan dahulu. Dia memerintahkan ribuan pasukan jin bekerja cepat. Ada
yang membuat perahu, dan banyak yang membendung Sungai Citarum. Dayang Sumbi
khawatir sekali melihat hal tersebut. Dia tidak mungkin menikah dengan anak
kandungnya sendiri. Maka dia kembali berpikir bagaimana membuat semua itu,
tidak terjadi.
Kemudian Dayang Sumbi berdoa pada yang Maha Kuasa agar
membantunya mengatasi kesulitannya. Kemudian Dayang Sumbi mengambil alu dan
menumbuk padi. Ayam yang mendengar alu bertalu-talu, berpikir bahwa hari sudah
hampir siang. Membuat ayam-ayam berkokok dan para jin pembuat perahu dan sedang
membendung Sungai Citarum ketakutan, mendengar ayam
berkokok, pertanda hari akan siang.
Maka para jin berlari
meninggalkan pekerjaan mereka. Tidak seberapa lama haripun siang, dan pekerjaan
belum selesai. Melihat semua itu, Sangkuriang sangat marah dan kemudian
menendang perahu yang dibuat para jin tersebut, hingga melayang jauh. Jatuh
tertelungkup di bumi. Ajaib, waktu demi waktu perahu tersebut kemudian menjadi
gunung seperti sekarang ini, yaitu Gunung Tangkuban Perahu.
Aku sangat terkesan mengetahui legenda Sangkuriang. Membuat perjalanan
ini terasa begitu berarti. Terima kasih ya Allah, aku sudah sampai di sini.
Dapat menyaksikan sebuah gunung yang memiliki legenda yang luar biasa. Memang
legenda Sangkuriang menjadi daya tarik wisata dan menjadi kekayaan tak benda
bangsa Indonesia. Aku sangat bahagia bersama teman-teman.
Kenangan ini akan
menjadi kenangan yang tak terlupakan sampai kapanpun. Buat teman-teman semua, terima
kasih sudah menjadi bagian dalam perjalanan hidupku. Dalam legenda tersebut ada
beberapa hal yang dapat aku jadikan pelajaran. Pertama jangan suka berkata-kata
yang menentang kekuasaan tuhan seperti sesumbar akan sesuatu sebagaimana yang
Dayang Sumbi lakukan.
Kedua, kita juga di ajarkan menepati janji dan kata-kata
kita. Ketiga, kita harus memutuskan perkara dengan keputusan yang baik.
Keempat, menjaga norma-norma susilah dan kesucian sebagai wanita. Kelima,
hadapi sesuatu dengan bijak dan berpikir cerdik. Semoga, suatau saat nanti aku
masih punya kesempatan untuk datang lagi ke bumi Sangkuriang. Wassalam.
Oleh.
Ulandari.
Editor.
Selita. S.Pd.
Ogan
Ilir, 11 Mei 2017.
Sumber
foto. Ulandari.
Catatan: Yang
mau belajar menulis: mari belajar bersama-sama: Bagi teman-teman yang
ingin mengirim atau menyumbangkan karya tulis seperti puisi, pantun, cerpen,
cerita pengalaman hidup seperti cerita cinta, catatan mantera, biografi diri
sendiri, resep obat tradisional, quote, artikel, kata-kata mutiara dan
sebagainya.
Kirim saja ke Apero Fublic. Dengan syarat karya kirimannya
hasil tulisan sendiri, dan belum di publikasi di media lain. Seandainya sudah
dipublikasikan diharapkan menyebut sumber. Jangan khawatir hak cipta akan
ditulis sesuai nama pengirim.
Sertakan nama lengkap, tempat menulis, tanggal
dan waktu penulisan, alamat penulis. Jumlah karya tulis tidak terbatas, bebas.
Kirimkan lewat email: fublicapero@gmail.com. idline: Apero Fublic.
Messenger. Apero fublic. Karya kiriman tanggung jawab sepenuhnya dari pengirim.
Sy. Apero Fublic
Via
Pariwisata
Post a Comment