Pertanian dan Alam
Lebah, Bunga dan Pertanian: Kelangsungan Hidup Manusia
Lebah
adalah sekelompok serangga terbang yang menghasilkan madu. Mereka memproduksi
dan menyimpan madu yang di hasilkan dari nektar bunga. Nektar atau dikenal
dengan sari bunga adalah cairan manis sewaktu bungah mekar, guna cairan untuk
menarik kedatangan serangga saat penyerbukan. Lebah memiliki 20 ribu spesies,
saat ini dikenal 44 subspesies. Pada kaki lebah yang sedang menghisap nektar
atau sari bunga akan menjadikan perkawinan bunga-bunga, saat ia berpindah ke
bunga lainnya, proses ini disebut penyerbukan. Lebah berperan 80% dalam
penyerbukan bungah pepohonan, bunga-bunga, padi dan sebagainya. Maka lebah juga
menjadi bagian dari perkembangan buah dan tumbuh-tumbuhan. Dapat di bayangkan
apabila lebah musnah dari kehidupan bumi, akan berdampak pada keseimbangan
perkembangan buah-buahan, tentu manusia akan kekurangan makanan. Lebah adalah
hewan yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia dan mahluk bumi lainnya.
Lebah datang tidak meninggalkan hama seperti serangga lain pada buah-buahan.
Salah satu kelemahan lebah adalah, ia hanya dapat satu kali menyengat, dan saat
sengatnya lepas, kemudian ia akan mati.
Di
Indonesia ada dua jenis lebah yang sering di ambil madunya oleh masyarakat, di
hutan liar. Lebah-lebah liar tersebut bersarang di pepohonan tinggi dan lebat.
Mereka membangun sarang, dan menyimpan madu. Madu yang banyak manfaat dengan
harganya jual yang tinggi, menjadi buruan masyarakat. Sesunggunya banyak jenis
lebah di Indonesia sebagai wilayah hutan tropis. Namun, yang memiliki maduh
yang berarti hanya ada dua jenis lebah dengan koloni besar. Pada masyarakat di
Sumatra Selatan ada jenis sarang lebah tunggal, yang di istilahkan
penduduk dengan nama medu repe. Medu berarti lebah
dalam bahasa Indonesia. Kata medu adalah bahasa Melayu turunan dari kata
madu. Untuk penamaan madu masyarakat dengan sebutan manes (manis). Penamaan
manes untuk madu, dikarenakan rasa madu yang manis. Lebah repe adalah
jenis lebah madu bersarang tunggal, yang bersarang di rerimbunan pepohonan.
Jenis lebah ini tidak suka sekeling sarangnnya rapi atau terbuka. Sehingga
mereka memilih rerimbunan yang lebat, yang berguna untuk kamuplase dari
pemangsa, seperti beruang dan elang. Bentuk sarang lebah madu ini memanjang,
atau bulat bulan separuh. Ukuran lebah tunggal juga lebih besar dari
ukuran lebah sialang.
Jenis
lebah kedua adalah lebah sialang. Lebah sialang terdapat di hutan-hutan rimbun
dan lebat. Sialang adalah penamaan pohon tempat lebah bersarang. Pada pohon
sialang terdapat puluhan sarang dan bahkan ratusan sarang. Tergantung besar dan
bagusnya dahan serta banyaknya pohon berbunga. Ada banyak jenis pohon yang
sering dibuat sialang, seperti pohon rengas, kiara beringin, dan
sebaginya. Jenis pohon yang penting tinggi dan besar memiliki dahan-dahan
dengan cabang-cabang landai mendatar.
Di
Sumatra pohon sialang biasanya dibuat oleh penduduk. Jarang pohon sialang
tercipta sendiri. Penduduk yang ahli menata, memangkas, membersihkan
dahan-dahan pohon besar, kemudian mereka memasang sarang tiruan dari ijuk, di
dahan pohon tersebut. Saat lebah melihat sarang palsu tersebut, mereka tertarik
membuat sarang juga.
Dalam
memanen madu lebah liar, penduduk menggunakan bara api. Penduduk membuat
sejenis ikatan, alat pengusir lebah dari sarangnya. Biasanya sebesar betis
orang dewasa, dari tangkai buah aren kering, dari sabut kelapa kering, atau
dari jenis tumbuhan akar (tumbuhan merambat) yang di cerai dan dikeringkan.
Nama alat ini disebut kuting. Setelah itu, dibakar dan di pukulkan
ke sarang lebah, sehingga induk lebah pergi dari sarang. Terbang mengikuti bara
api yang berterbangan jatuh kebawa. Karena lebah termasuk serangga siang dan
mencari sinar sebai panduan terbang.
Untuk
naik pohon sialang yang tinggi, penduduk membuat tangga dari kayu, yang
dinamakan lantak. Lantak terbuat dari kayu
pilihan, panjangnya sekitar 40 cm, di runcingkan berbentuk pipih, lalu
dikeringkan dengan cara di asap. Saat hendak naik lantak di
tancapkan seperti memasang paku. Tetapi tidak sampai tembus, hanya seperempat
dari panjang lantak, Cukup saat terasa kuat tancapanya.
Setalah itu diikatkan kayu melintang untuk menyatukan lantak-lantak tersebut.
Pemasangan lantak setidaknya satu setiap setengah meter, dan
memanjang ke atas. Tidak memakai paku atau membuat lantak daru besi untuk
menjaga batang tidak infeksi. Untuk mengambil madu juga disiapkan tali tambang
yang panjang. Penduduk bekerja sama dalam memanen madu. Mereka membagi tugas
masing-masing, terdiri seorang ahli panjat, penarik tambang, pengakut madu, dan
pemeras madu, kemudian penduduk yang ikut biasa. Pembagian hasil madu terdiri
dari empat bagian, pemanjat, pemilik pohon sialang, pekerja, pembano. Pembano
diambil dari nama Bano. Bano istilah menyebut akar pohon yang
besar diantara permukaan tanah yang terlihat. Mereka ini hanya duduk di bawah
pohon saja sehingga disitilahkan demikian. Panen madu lebah juga ditentukan
oleh ahli, sebab apabila habis waktunya madu akan kering, karena dimakan oleh
larva-larva lebah yang siap menjadi lebah muda. Hal yang paling disesalkan
adalah ketika masyarakat memanen madu, mereka mengambil habis madu, dan
larva-larva lebah. Larva lebah tersebut juga dimakan oleh penduduk dengan
dimasak, seperti di pepes, atau dimakan dengan dicampur madu itu sendiri.
Dijadikan umpan memancing ikan.
Dua
Faktor Kepunahan Lebah Liar
Pertama,
pemanenan lebah dengan tanpa memikirkan perkembangbiakan lebah akan mengancam
regenerasi lebah itu sendiri. Kebiasaan penduduk mengambil semua lebah pada
satu sarang, dan juga mengambil larva lebah. Tentu cara ini sangat tidak baik
bagi keseimbangan populasi lebah. Apabila setiap kali pemanenan demikian maka
dipastikan lebah akan berkurang populasinya.
Faktor
kedua adalah rusaknya hutan dengan sistem pertanian detruktif. Pertanian
destruktif adalah bentuk pertanian yang membumihanguskan vegetasi hutan alami
dengan pestisida. Petani atau perusahaan pertanian hanya membiarkan tumbuh
hanya tanaman yang mereka inginkan. Seumpama petani sawit dan karet. Mereka
hanya membiarkan pohon karet atau sawit saja yang tumbuh. Tentu, kalau semua
petani dan perusahaan membuat pertanian demikian tentu populasi vegetasi
tumbuhan berbunga di hutan akan punah. Punahnya pohon berbunga akan diikuti
oleh hilangnya sumber makanan lebah, terutama larva lebah.
Apabila
sistem pertanian tidak mengidahkan kelestarian pepohonan yang berbunga, maka
lebah-lebah akan punah. Pepohonan yang besar juga habis ditebang untuk
keperluan penduduk membangun rumah. Manusia akan menujuh kepunahan
perlahan-lahan mengikuti punahnya lebah dan tumbuhan berbunga. Mari kita mulai
bijak dalam memanen madu lebah, terutama tidak mengambil semua madu lebah, dan
larvanya. Begitupun dengan pertanian harus memperhatikan dan menjaga
keseimbangan alam. Dalam berkebun karet agar kembali menanam jenis karet yang
dapat tumbuh bersama-sama pepohonan seperti zaman dulu. Selamatkan lebah,
selamatkan pepohonan, dan selamatlah manusia.
Catatan,
masyarakat harus dididik dan diberi tahu tentang permasalahan ini, agar mereka
mengerti, kemudian di sekolah-sekolah juga dibekali dengan wawasan lingkungan
hidup.
Oleh:
Joni Apero.
Palembang,
28 Juni 2019.
By. Apero Fublic
Post a Comment