Legenda Gajah Tua dan Ayam Beruge
*****
Waktu itu musim kemarau, sehingga
hewan-hewan sangat kesulitan mencari air minum. Siang itu, cuaca
sangat panas dari biasanya. Seekor anak tikus menemukan air di lubang bambu
yang terbelah. Anak tikus begitu gembira lalu minum dengan rakus karena
kehausan. Tanpa disadarinya seekor ayam beruge jantan telah berdiri di
belakangnya. Tiba-tiba cakar ayam menerkam kearahnya. Leher terjepit di selah
cakar ayam beruge.
“Dapat minum dan dapat makanan.
Ha..ha..ha..ha...ha.” Kata Beruge seraya membentak. Anak tikus terkejut dan
ketakutan, berteriak memanggil ibunya. Dari jauh ibu tikus mendengar dan
berlari menghampiri. Ibu tikus melihat anaknya sudah tertangkap oleh Beruge.
Ibu tikus berusaha tenang menghadapi si Beruge, untuk menyelamatkan anaknya.
Ibu tikus tau kalau Beruge hewan yang sangat suka dipuji, dan membanggakan diri. Ibu tikus berkata
pelan dan lembut. Dia tidak mau mengambil resiko, karena ayam beruge bukan
lawannya. Salah sedikit, sekali patuk daging anaknya bisa terkoyak oleh paru
beruge.
“Baginda raja unggas, Puyang yang
merdu suaranya.
Unggas
terindah di hutan. Sebab apa kiranya anak hamba ditangkap paduka." Kata si ibu tikus memelas sambil memuji. Diam-diam si ayam beruge merasa
tersanjung. Saat dipanggil dengan sebutan baginda, puyang, dan
paduka.
"Oh, kau ibunya. Apa kesalahannya.
Dia telah mencuri air minumku, dan gantinya dia akan Aku makan." Kata ayam
beruge dengan nada mengancam.
“Adu, ampun
Puyang Baruge.
Kiranya Puyang Raja Unggas berbaik hati
pada hamba dan anak hamba. Ampun beribu ampun. Baginda yang bersuara nan merdu. Dapatlah memberi ampun dan belas kasih pada
kami yang hina dan lemah ini. Mohon dimaafkan atas kesalahan anak hamba. Yang
telah lancang mencuri air minum paduka puyang yang muliah." Ujar ibu tikur sambil berlutut.
"Tidak, sebaiknya engkau pergi.
Atau kau, Aku makan juga.” Kata si Beruge keras. Tapi beruge
mulai tersanjung oleh kata-kata Ibu tikus.
“Baginda, puyangku yang
mulia, tidakkah
baginda sadari betapa indah diri paduka itu. Berbulu emas dan berbulu perak.
Bersuara merdu, lagi bijaksana. Hamba pikir kenapa bukan baginda yang menjadi
raja, di hutan kita ini. Tuan juga selalu membangunkan seisi hutan dengan suara
tuan yang merdu. Bukan hamba bermaksud menyanjung puyang, bukankah itu memang kenyataannya.
Kenapa bukan puyang yang menjadi raja hutan.” Kata ibu tikus.
"Ibu tikus, jangan bermimpi
dirimu, bagaimana pula Aku bisa menjadi raja hutan, hah." Jawab ayam beruge sambil menghardik. Ayam beruge
tampak menjulurkan leher dan mengepak-ngepakkan sayapnya. Tanda dia mulai
termakan pujian ibu tikus.
"Begini baginda yang mulia, saya
punya usul. Ada baiknya baginda menantang bertanding lomba makan dengan raja
hutan kita, si gajah tua. Apabila baginda menang, maka baginda akan menjadi
raja di hutan kita ini. Tuan akan memiliki kekuasaan dan hidup senang, banyak
pelayan, dan kehormatan.” Kata ibu tikus. Si beruge berpikir sejenak, sambil
manggut-manggut.
"Bagaimana caranya aku bisa
mengalahkan si gajah tua itu.” Tanya si ayam Beruge.
“Baginda, sifat gajah kalau makan dia
rakus. Lalu dia akan makan cepat dan perutnya cepat
kenyang. Sedangkan baginda makannya lama. Karena memakan butir-butir
padi atau biji-bijian. Jadi aturan perlombaannya. Siapa yang paling tahan
lama makan, dia pemenangnya. Pertaruhannya, apabila baginda menang, maka
baginda meminta kedudukan sebagai raja hutan.” Saran si ibu tikus.
"Heemmmm!!!. Benar juga ide
engkau, ibu tikus. Akhirnya ayam beruge termakan juga oleh bujuk dan
puji-puji ibu tikus.
"Baiklah, karena kau telah baik
padaku. Mengakui kehebatanku dan kesempurnaanku. Aku akan memaafkan anakmu, yang nakal
ini.” Kata Beruge. Setelah kaki ayam Beruge diangkat. Anak tikus berlari dan
memeluk ibunya, sambil menangis.
"Baginda, puyang kami yang muliah
izinkan kami pamit. Sekali lagi, kami ucapkan terima kasih atas
kemurahan hati baginda. Puyang Baruge akan menjadi raja kami.” Ibu tikus dan
anaknya pergi, lalu menghilang di balik semak-semak.
*****
Waktu berlalu, ayam beruge mencari gajah si raja hutan untuk menantang pertandingan lomba makan paling lama. Gajah Tua, dia dipilih rakyat hutan menjadi raja hutan. Karena dia sangat bijaksana, jujur dan amanah.
Suatu sore, pertemuan Beruge dengan Gajah si Raja Hutan pun terjadi. Melihat gajah tua itu, mata si Beruge bersinar. Dia tampak meremehkan Gajah Tua itu.
"Pucuk dicinta ulam pun tiba.
Bertemu juga yang Aku cari-cari.” Kata Beruge. Beruge
mengepak-ngpakkankan sayapnya dan berkokok panjang. Dia berdiri di tengah jalan
menghadang si gajah. Gajah Tua berhenti memperhatikan beruge dengan penuh tanda
tanya. Lagaknya tidak sopan dan angkuh sekali.
Gajah Tua menarik nafas dalam melihat kelakuan Beruge.
“Kuku-kruuuuyyuuuukkkkk-kuku-kruyuuukkkkkkkkkkk.” Kokok Beruge berulang-ulang.
"Ada
apa denganmu, ayam Beruge. Kenapa kau menghalangi jalanku!. Nanti terinjak!,
patah kakimu.” Kata Gajah Tua.
Beruge tidak langsung menjawab, dia malah mengngepakkan bulu-bulu dan sayapnya.
Seakan tidak mengindakan kata-kata sang gajah.
Kemudian mengais-ngais tanah, dan mematuk-matuk makanan yang dia
dapat. Hal ini, terus dilakukan si ayam beruge, yang juga diselingi
dengan berkokok menantang. Betapa gusar Gajah Tua itu.
“Beruge, kalau tidak ada suatu hal,
maka tolong jangan menghalangi jalanku. Aku ada urusan penting di atas Bukit Pendape.” Kata Gajah Tue.
“Baiklah gajah yang besar, langsung
saja pada intinya. Aku hendak menantangmu untuk bertanding makan. Tubuh besarmu
atau tubuh kecilku yang akan menang. Kalau Aku menang, kau harus menyerahkan
kedudukanmu sebagai raja hutan padaku.” Kata Beruge.
“Sudahlah Beruge, banyak hal yang dapat
dilakukan. Memimpin bukan perkara mudah atau perkara kedudukan, tapi masalah
tanggung jawab.” Kata Gajah Tua.
“Apakah kau takut, Gajah Tua.” Kata
Beruge. Gajah tidak menjawab, dia menganggap beruge seperti anak kecil dan
tidak mau meladeninya. Gajah bergerak untuk pergi. Dari tadi, tanpa disadari
Gajah Tua dan Beruge percakapan mereka didengar oleh beberapa hewan lainnya.
Seekor burung Lamukan, dua ekor kadal, empat ekor tupai, ular daun dan tiga
ekor monyet. Berita tantangan pertandingan dari si Beruge menyebar dengan
cepat. Seantero hutan geger dan membicarakan keberanian ayam beruge menantang
gajah raja hutan.
“Baginda Raja, benarkah baginda takut pada beruge. Bagaimana baginda nantinya melindungi kami kalau dengan beruge saja kalah.” Kata beruang. Gajah benar-benar terdesak oleh rakyatnya.
Gajah pemimpin bijaksana itu menarik napas dalam. Dia tidak tahu bagaimana lagi. Semuanya mendesak untuk menyambut tantangan Beruge.
"Bukan masalah takut atau berani,
wahai Beruang. Kalian adalah rakyatku, tidak pantas dan tidak boleh seorang
raja bertarung, mengadu kekuatan, dengan rakyatnya sendiri. Apa artinya
menjadi raja kalian kalau Aku bertikai dengan kalian.” Kata si gajah dengan berwibawa.
“Tapi baginda puyang kami, tidak ada salahnya apabila baginda
bertanding secara adil dan jujur. Dengan rakyat baginda sendiri. Pertandingan
ini juga hanya sebatas makan-makan. Tidak juga berperang atau mengadu otot.”
Jelas monyet sambil makan pisang dan duduk santai di akar yang menjuntai.
“Betul baginda, apa kata rakyat baginda
apabila baginda menolak bertanding dengan Beruge kecil begitu.” Kata burung
Lamukan. Akhirnya, karena banyak desakan, dengan berat hati gajah yang
bijaksana itu, terpaksa menyetujui tantangan beruge. Selanjutnya, ditentukanlah
hari dan waktu pertandingan. Bertempat di tanah terbuka dan bersih.
Pertandingan diumumkan ke seluruh pelosok hutan.
*****
Begitupun persiapan juga dimulai.
Ribuan burung pipit ditugaskan mencari bulir padi atau biji-bijian. Untuk
makanan ayam beruge saat pertandingan. Ratusan rusa dan kijang juga mencari
rumput-rumputan untuk makanan Gajah Tua saat bertanding. Semua hewan membantu
untuk hari pertandingan itu. Tibalah hari pertandingan, ribuan hewan penghuni
hutan datang untuk menyaksikan pertandingan antara si Beruge dan Gajah
tua si raja hutan. Seekor orang hutan berdiri di tengah lapangan pertandingan,
dan berkata.
"Hadirin semua, penghuni hutan di
Dataran Pedatuan Bukit Pendape. Hari ini adalah hari pertandingan besar dalam
sejarah para hewan-hewan. Yaitu, pertandingan antara baginda raja hutan kita,
Gajah Tua. Melawan Si ayam hutan, Beruge.” Katanya, disambut meriah tepuk
tangan.
“Dialah si Berugeeeee yang pemberani.”
Teriak orang hutan menyambut kedatangan Beruge. Beruge berkokok nyaring dan
mengepak-ngepakkan sayapnya di arena pertandingan.
“Aturan pertandingannya, siapa yang
paling lama makan. Maka dialah pemenang dan menjadi menjadi raja hutan kita.
Apa kalian semua sepakat.” Orang Hutan berkata setengah berteriak. Semua
sepakat dengan tepukan tangan riuh dan sorakan. Gajah datang perlahan memasuki
arena pertandingan. Dia berdiri di dekat tumpukan rumput dan beruge berdiri di
dekat tumpukan biji-bijian.
*****
Pertandingan dimulai, kebiasaan semua gajah makan cepat sesuai prediksi ibu tikus. Dalam waktu cepat setengah rumput habis dan perut gajah mulai tidak muat. Gajah memaksa dan perutnya kekenyangan, sampai terasa sakit. Gajah beristirahat dan tertidur nyenyak.
Sementara ayam terus makan dan makan. Dia tersenyum penuh kemenangan melihat gajah telah tertidur. Sorakan dan pujian diberikan pada Beruge yang pemberani. Beruge yang bersifat suka dipuji dan sombong, menjadi lupa diri. Puji dan sanjungan membuat dia melayang tinggi.
Beruge terus makan dan makan diiringin teriakan sorakan pendukungnya. Seekor katak tua yang lemah melompat mendekatinya.
“Berugeee. Berugee. Berugee.” Teriak
pendukung Beruge.
“Cucuku Beruge, sudah cukup makannya.
Ingat, kau tidak bisa makan terlalu banyak bijian, berbhaya.” Katak tua yang
lemah mengingatkan. Beruge marah dan berkata padanya penuh keangkuhan.
“Pergi kau katak tua, atau kau Aku makan juga. Lihat gajah saja akan
kalah olehku apalagi dirimu yang hanya katak yang rendah.” Kata Beruge tidak
mau menerima nasihat dan saran katak. Beruge merasa dirinya sangat hebat, kuat
dan pintar sekali. Katak pergi meninggalkan beruge sambil menarik
nafas dalam. Dia
langsung pulang ke sarangnya.
"Ayo Beruge yang berbulu
indah, bersuara merdu. Makan terus, ayo kalakan Gajah Tua dan jadilah
Raja Hutan." Teriak kijang.
“Puyang Beruge.
Puyang Beruge” Teriak hewan-hewan tak henti-henti. Mereka telah memberikan
gelar bangsawan padanya.
*****
Gajah akhirnya menyerah dan kembali duduk di bawa pohon karena kekenyangan. Semua pendukungnya kecewa dan sedih. Sedangkan pendukung ayam beruge terus bersorak. Sebab ayam terus makan dan makan, calon pemenang. Ayam Beruge begitu bangga karena sorakan pendukungnya.
Orang hutan maju ke arena pertandingan lagi. Dia akan mengumumkan pemenang lomba makan terlama. Beruge dinilai telah menang sedangkan gajah telah tertidur lagi. Semua bertepuk tangan menyambut kemenangan Beruge.
“Inilah dia, Raja Hutan yang baruuu.”
Kata Orang Hutan keras, yang disambut pekikan seru. Orang Hutan memegang sayap
Beruge, dan menuntun berjalan.
“Baginda Puyang
Baruge.” Teriak orang hutan, diikuti riuh tepuk tangan dan sorakan. Tiba-tiba.
“Akkkk, hueeekkkk.” Berkali-kali suara
tercekik dari tenggorokan ayam beruge, lalu dia roboh ke tanah. Semua
terkejut dan terdiam. Ternyata biji-biji yang dimakan beruge terlalu banyak. Karena panas tubu
dan pengolahan makan oleh tubuhnya membuat biji-biji mengembang. Maka lambung
dan wadah makanan tidak kuat menahan. Beruge tercekik terus dan akhirnya dia
tidak dapat bernafas, dan tubuhnya kejang-kejang beberapa saat lalu dia mati.
Oleh. Joni Apero.
Editor. Desti. S. Sos.
Fotografer. Dadang Saputra.
Sungai Keruh, 19 Juli 2018.
Catatan: Yang mau belajar menulis: mari belajar bersama-sama: Bagi teman-teman yang ingin mengirim atau menyumbangkan karya tulis seperti puisi, pantun, cerpen, cerita pengalaman hidup seperti cerita cinta, catatan mantera, biografi diri sendiri, resep obat tradisional, quote, artikel, kata-kata mutiara dan sebagainya.
Kirim saja ke Apero Fublic. Dengan syarat karya kirimannya hasil tulisan sendiri, dan belum di publikasi di media lain. Seandainya sudah dipublikasikan diharapkan menyebut sumber. Jangan khawatir hak cipta akan ditulis sesuai nama pengirim.
Sertakan nama lengkap, tempat menulis, tanggal dan waktu penulisan, alamat penulis. Jumlah karya tulis tidak terbatas, bebas. Kirimkan lewat email: fublicapero@gmail.com atau duniasastra54@gmail.com. idline: Apero Fublic. Messenger. Apero fublic. Karya kiriman tanggung jawab sepenuhnya dari pengirim.
Cerita rakyat..dari Sungai Keruh Musi Banyuasin
ReplyDelete