Legenda Katak dan Semut Anai-Anai
"Ular lidi, marilah kiranya kita
berjalan-jalan di senja hari ini, bermain di pinggiran benca.” Ajak katak.
“Maaf katak bukan Aku tidak mau menemanimu sore ini. Sebab
beberapa hari ini telurku terus bergerak-gerak, tanda dia akan menetas. Aku
ingin menjaga telurku. Takut nanti terjadi sesuatu saat telurku menetas."
Jawab ular lidi.
"Oh. Selamat untukmu, sahabatku, semoga telurmu cepat menetas, dan anak-anakmu sehat." Katak pamit pergi.
Kembali katak melompat-lompat seraya bernyanyi-nyanyi riang. Kemudian katak mengetuk sarang lipan, dan mengajak lipan untuk bejalan-jalan sore juga. Tetapi lipan juga tidak bisa menemani katak, karena lipan sedang tidak enak badan, tidak semangat keluar sarangnya. Beberapa kali katak mengetuk sarang sahabatnya, seperti sarang kaki seribu, kadal, lipas, semunya sedang sibuk. Akhirnya katak pergi sendiri di sore itu. Dia bernyanyi riang melompat di pinggiran aliran benca yang bening dan sejuk. Kadang dia berenang dan melompat-lompat di atas akar pohon dan rerumputan. Sampailah katak di hulu benca di mana dia melihat ribuan semut anai-anai sedang berjalan, berbaris. Katak menyapa salah satu semut.
"Hai, semut anai-anai, mau ke mana
kiranya kalian?. Bolelah tau kalau tidak keberatan?. Tanya katak bersahaja.
Seekor prajurit semut anai-anai berhenti dan menjawab.
"Wahai katak yang ramah, kami
tidak kemana-mana, hanya saja ratu memerintahkan kami untuk membangun istana
yang baru." Katanya.
“Oh. begitu, iya sudah selamat bekerja kawan.
Aku pikir kalian akan pindah." Katak dan prajurit semut anai-anai itu
berkenalan lalu berbincang-bincang santai.
Akhirnya keduanya menjadi akrab dan bersahabat. Semut naik ke atas daun rumput. Katak duduk santai di atas akar pohon. Dari tempat duduk, mereka menyaksikan barisan semut pekerja memajang menghitam berjalan berbaris membawa material bangunan istana baru mereka.
Sebuah ranting pohon kering melintang di atas benca dijadikan jembatan oleh para semut. Katak dan prajurit semut anai-anai, dikejutkan dengan suara lari menerobos semak-semak. Tiba-tiba, memecah keheningan hutan terdengar pekikan suara rusa dan auman harimau. Suara gemuruh itu terus mendekat. Katak dan prajurit semut anai-anai itu bersiap-siap antisipasi untuk hal yang tidak diinginkan. Derap kaki hewan berlari terus mendekat, Lalu.
"Brusssss, Brusss." Seekor rusa dan seekor harimau melintas melewati benca. Kaki rusa yang melompati benca menerabas ranting dimana semut anai-anai menyemberang.
Tidak ampun lagi, ranting bergeser dan jatuh kedalam benca. Semut-semut itu terpekik dan berpegang erat-erat. Suda ada puluhan yang terjatu kepermukaan air benca yang jernih itu. Tanpa ampun ikan kecil-kecil langsung menyambar yang terjatu itu. Dalam suasana yang genting itu. Kata melompat dengan sigap. Ujung ranting hampir menyentuh air. Katak membuka mulutnya, dan lidahnya yang panjang menyambar ujung ranting.
"Hupppp.” Semua semut menarik napas lega dan
tersenyum lebar. Mereka berterima kasih sekali pada katak yang baik hati itu.
Katak kembali meletakkan ranting di tepian benca seperti semula.
"Terima kasih katak.” Ujar mereka
hampir bersamaan membuat suasana menjadi ramai. Katak hebat dan baik sekali
kata semut-semut itu. Semua kejadian itu diceritakan semut anai-anai kepada sang
ratu semut dan teman-teman mereka.
"Baginda ratu anai-anai yang mulia, begitulah kiranya kisah sore tadi. Kalau tidak dibantu katak, mungkin ribuan teman-teman kami jatuh ke air benca. Itupun sudah ada puluhan yang terjatu. Kami tidak dapat menolong. Sebab langsung di sambar oleh ikan-ikan. Kemungkinan juga pembangunan kita akan terhambat. Sebab penyemberangan tidak ada. Tapi katak membantu dan mengembalikan penyemberangan seperti semulah." Jelas kepala prajurit semut anak-anai itu.
Ratu semut terharu sekali mendengar kisah itu. Berita itu populer di tengah semut anai-anai. Sang katak adalah pahlawan mereka, dan ratu semut ingin memberi penghargaan buat si katak. Maka diutuslah prajurit semut anai-anai yang siang itu berbincang-bincang dengan katak. Surat undangan resmi kerajaan semut sampai juga ke tangan si katak yang tinggal di bawah pohon kiara beringin. Katak datang ke istana semut anai-anai. Menerima jamuan makan kerajaan. Semua kemeriahan dihadirkan dalam menyambut kedatangan sang katak. Disambut bak tamu kenegaraan yang penting. Membuat sang katak terharu sekali.
"Katak, terima kasih telah
membantu para rakyatku soreh kemarin. Jasamu tidak dapat kami balas. Walau emas
satu gunung kami berikan padamu.” Kata ratu anai-anai.
"Sama-sama Ratu, sudah kewajiban
kita sesama mahkluk hidup untuk saling membantu.” Ujar kata berkata sederhana.
Ratu semut dan katak terus berbincang-bincang banyak hal. Mereka kini menjadi
sahabat layaknya saudara.
"Katak, kami ingin memberimu sedikit hadiah. Sebagai kenangan walau tidak seberapa." Lalu ratu memberikan sebuah kotak indah yang tertutup lalu di letakkan di atas telapak tangan katak. Katak terkejut dan tidak menyangka akan diberikan hadiah. Katak tidak langsung menolak. Tetapi dia menerima dahulu karena menghormati sang ratu.
Lalu katak membuka kotak, ternyata di dalamnya ada permata yang indah sekali. Mengedip mata katak karena silau cahaya permata memantul ke bolah matanya. Lalu kembali dia tutup kotak permata itu. Kemudian, katak berkata.
"Ratu, bukan saya tidak menghargai
hadiah dari ratu. Atau hadiah dari ratu tidak menarik hati saya. Saya membantu
dengan ikhlas dan rasa kasih sayang saya akan sesama.” Kata katak. “Dengan
berat hati saya menerima hadia indah ini. Sebaiknya ratu menggunakan harta
berharga ini, untuk keperluan negara dan rakyat ratu. Apalagi sekarang ratu
sedang membangun istana baru. Tentu memerlukan dana yang tidak sedikit.” Kata
katak dengan lembut.
"Wahai sungguh mulia hatimu katak.
Alangkah indahnya bumi kita ini apabila semua makhluk sepertimu, membantu dan
menjaga sesama dengan ikhlas.” Ujar ratu, tampak air
matanya menetes.
*****
Tanpa terasa hari sudah sore. Mereka lupa waktu dan hampir semua sudut istana ratu semut sudah dikelilingi sambil berbincang-bincang. Maka tibalah katak berpamitan untuk pulang. Sebelum pulang katak mengundang ratu untuk datang ke rumahnya. Ratu semut mengiyakan dan berjanji akan datang ke rumah katak.
Mereka berjabat tangan dan saling melambai tangan. Dari jauh ratu menyaksikan katak melompat-lompat riang di selah-selah rerumputan. Lalu menghilang di balik semak-semak hutan yang lebat. Seminggu kemudian katak mengirim surat undangan untuk ratu ke rumahnya. Surat sampai ke tangan ratu. Berita tersebar di seluruh kerajaan semut anai-anai. Kalau katak mengundang ratu ke rumanya untuk acara pestanya. Rakyat semut anai-anai semuanya ingin juga datang kerumah katak yang baik hati.
Katak adalah pahlawan mereka dan mereka semuanya sayang pada katak. Maka diumumkanlah kalau ratu besok pagi akan pergi memenuhi undangan katak. Dalam pemikiran rakyat semut katak akan merayakan pertemuan dengan ratu sama seperti di istana mereka. Mereka bilang, kapan lagi waktunya berpesta bersama katak kalau tidak saat ini. Demikianlah, ratu semut anai-anai dan semua rakyatnya datang bersama-sama menuju rumah katak. Semua semut bergembira dan tidak sabar datang kerumah katak. Iringan semut anai-anai berbaris menghitam memanjang menuju rumah katak. Maka sampailah rombongan ratu dan rakyatnya di depan rumah katak. Seekor prajurit semut mengetuk rumah katak.
"Katak sahabatku sahabat kami semua, apa engkau di dalam rumahmu. Baginda ratu sudah sampai. Beliau menunggu di halaman rumahmu. Kami sudah tidak sabar bergembira di pestamu. Hari ini adalah hari yang sangat meriah.” Kata si prajurit dari depan pintu rumah katak. Katak buru-buru keluar mendengar ratu semut sudah tiba. Saat dia membuka pintu rumahnya. Katak terkejut setengah mati. Matanya melotot besar seperti mau melompat dari rongga matanya. Tubuhnya gemetar, dan rasa malu juga serta serba salah bercampur aduk. Kemudian katak berkata pada prajurit semut itu. Prajurit semut, katakan pada baginda ratu dan rakyatnya agar sabar dahulu, karena Aku sedang bersiap.
Kemudian si prajurit menyampaikannya kepada ratu semut anai-anai, untuk menunggu. Maka mereka semua menunggu sampai katak memanggil. Ratu semut duduk di kereta kebesarannya sambil berbincang-bincang dengan dayang-dayangannya. Mereka memperkirakan apa yang akan dihidangkan oleh katak. Begitupun dengan rakyat kerajaan semut anai-anai. Mereka memperkirakan apa yang akan dihidangkan katak. Tarian apa yang akan katat persembahkan ujar mereka mengira-ngira.
Sementara itu, di dalam rumah katak kebingungan setengah mati. Dia berpikir kalau yang datang hanya ratu semut dan puluhan pengawal saja. Tapi yang datang ternyata rakyat satu kerajaan semut. Bagaimana dia menjamu tamu sebanyak itu. Sedangkan katak hanya memiliki sedikit makanan. Satu biji buah salak, satu biji buah duku, dan dua kuntum bunga yang di dalamnya terdapat air yang manis untuk minum serangga. Berkali-kali dia menepuk keningnya dan berjalan mondar mandir. Sementara matanya tetap melotot belum kembali normal seperti semulah.
Waktu berlalu, pagi berganti siang, siang berlanjut ke sore. Namun katak tidak kunjung datang dan keluar dari rumahnya. Menjelang malam semua semut sudah sangat kelaparan dan terasa sakit di perut mereka. Begitu pun juga perut sang ratu. Kemudian ratu memerintahkan parjurit yang menemui katak pagi tadi untuk menemui katak di dalam rumahnya untuk mencari tahu. Saat prajurit semut itu masuk ke dalam rumah. Dia tidak menemukan katak di dalam rumah. Hanya sepucuk surat di atas meja. Kemudian surat itu diberikannya kepada ratu.
“ratu yang mulia sahabat ku, maaf Aku tidak dapat menjamu baginda ratu, dan rakyat ratu. Hendaklah baginda memaafkan saya yang tidak sopan dan bersalah ini.
“Katak”
Baginda ratu pun sadar dengan kesalahannya. Katak telah pergi dari pintu belakang. Ratu juga merasa bersalah, dia baru sadar bahwa katak hanya seorang diri, mana mungkin dia dapat menjamu banyak rakyatnya. Kemudian ratu semut juga menulis surat.
“Sahabatku, katak yang berhati baik
dan mulia. Seharusnya akulah yang meminta maaf atas kehilafan ini. Aku lupa
bahwa engkau seorang diri, sedangkan undanganmu hanya untukku. Hendaklah
dikemudian hari engkau mau mengundang Aku lagi, dan kita mengulang dari awal
silatuhrahmi kita. Aku tunggu. Aku telah membuatmu malu. Maafkan Aku, sahabat. Tetaplah kita menjadi
sabat selamanya. Saling memaafkan dan saling menjaga.”
“Ratu Anai-anai”
Surat balasan diletakkan di atas meja katak. Perut semut sudah sakit karena kelaparan. Sehingga mereka tidak dapat bergerak lagi karena laparnya. Ratu bingung, karena tidak ada makanan, apabila mereka minum langsung di air benca keselamatan terancam, karena arus deras atau ikan. Seekor semut tabib menyarankan agar mengikat perut mereka dengan sesuatu. Tali, akar, atau rerumputan untuk menahan sakit karena lapar. Kemudian ratu memerintahkan rakyatnya untuk mengikat kuat-kuat perut mereka, sehingga menggenting. Setelah mengikat perut lapar kuat-kuat. Barulah ratu dan semua semut anai-anai berjalan pulang.
Dari peristiwa tersebut mereka belajar menahan lapar. Diwaktu musim hujan dan makanan habis, mereka mengikat perut kuat-kuat. Mengikat perut saat lapar menjadi kebiasaan semut, kemudian dicontoh serangga-serangga lainnya. Dalam waktu lama, terjadi perubahan besar pada tubuh semut dan para serangga. Perut mereka genting sebagaimana kita lihat sekarang. Sementara katak, matanya yang terkejut membesar tidak pernah kembali normal lagi. Sehingga mata kata menonjol keluar. Sampai anak keturunan katak dikemudian hari matanya seperti menonjol keluar, sebagaimana kita lihat sekarang.
Oleh: Joni Apero
Editor. Selita. S. Pd.
Fotografer. Dadang Saputra. Danau Singkarak, Agam, Sumatera Barat, Indonesia.
Kirim saja ke Apero Fublic. Dengan syarat karya kirimannya hasil tulisan sendiri, dan belum di publikasi di media lain. Seandainya sudah dipublikasikan diharapkan menyebut sumber. Jangan khawatir hak cipta akan ditulis sesuai nama pengirim.
Sertakan nama lengkap, tempat menulis, tanggal dan waktu penulisan, alamat penulis. Jumlah karya tulis tidak terbatas, bebas. Kirimkan lewat email: fublicapero@gmail.com atau duniasastra@gmail.com. idline: Apero Fublic. Messenger. Apero fublic. Karya kiriman tanggung jawab sepenuhnya dari pengirim.
Post a Comment