Dongeng
Kirim saja ke Apero Fublic. Dengan syarat karya kirimannya hasil tulisan sendiri, dan belum di publikasi di media lain. Seandainya sudah dipublikasikan diharapkan menyebut sumber. Jangan khawatir hak cipta akan ditulis sesuai nama pengirim.
Sertakan nama lengkap, tempat menulis, tanggal dan waktu penulisan, alamat penulis. Jumlah karya tulis tidak terbatas, bebas. Kirimkan lewat email: fublicapero@gmail.com atau duniasastra@gmail.com. idline: Apero Fublic. Messenger. Apero fublic. Karya kiriman tanggung jawab sepenuhnya dari pengirim.
Legenda Nenek Moyang Orang Minahasa. Toar dan Limimut
Apero Fublic.- Pada zaman
dahulu kala, ada sebua batu besar di tengah lautan. Karena sangat besar
sehingga puncak batu di atas permukaan air laut. Sesunggunya batu itu, bukanlah
batu biasa. Ketika sinar matahari menyinari permukaan batu, batu tersebut
berkeringat. Dari keringat batu tersebut lahir seorang gadis kecil bernama
Limimuut.
Singkat cerita, tidak ada yang menceritakan dengan cara apa anak itu tumbuh dewasa. Maka, tentu saja dia adalah seorang anak yang ajaib, hidup dalam keadaan yang riang, dan hidup dalam waktu yang banyak akan keajaiban. Ceritanya hanya memberi tahu kita bahwa, ketika dia sudah dewasa, dia merasa sangat kesepian.
"Yah sudah, sabarlah nak. Lalu Limimut mempunyai ide lagi. limimut akan membantu anaknya mencari seorang istri. Sang ibu berkat; Potong sebatang tebuh, sama panjang keduanya, kau bawak tebuh sebelah bawa, da ibu membawa tebuh bagian atasnya. Ibu akan membantu untuk mencari istri. Nanti, diperjalanan kau akan melalui jalan dari sebelah kanan, dan ibu akan pergi ke pergi dari sebelah kiri. Jika nanti di jalan kau bertemu seorang wanita membawa sepotong tebuh yang lebih panjang darimu, bawa dia dan jadikan sebagai istrimu.
Singkat cerita, tidak ada yang menceritakan dengan cara apa anak itu tumbuh dewasa. Maka, tentu saja dia adalah seorang anak yang ajaib, hidup dalam keadaan yang riang, dan hidup dalam waktu yang banyak akan keajaiban. Ceritanya hanya memberi tahu kita bahwa, ketika dia sudah dewasa, dia merasa sangat kesepian.
Suatu
hari, ketika dia berdiri di puncak batu, dia menatap dengan mata penuh
kekaguman di lautan luas dan ombak besar bergelombang. Saat dia berdiri di
sana, dia tiba-tiba melihat seekor burung gagak. Pada paruhnya menggigit cabang
pohon kering, dan terbang terus berputar-putar di atas tempat dia berdiri.
Limimuut menjadi penasaran dan bertanya-tanya dari mana burung itu berasal, dan di mana ia menemukan cabang itu. Tiba-tiba burung itu berbicara kepadanya: Saya membawanya dari Taoere. Hebatnya, gadis itu terkejut ketika mengetahui bahwa burung itu bisa membaca pikirannya dan bisa berbicara dengan bahasanya. Lalu dia bertanya: Saya ingin sekali pergi ke tanah itu. maukah kau membawaku ke sana?.
Limimuut menjadi penasaran dan bertanya-tanya dari mana burung itu berasal, dan di mana ia menemukan cabang itu. Tiba-tiba burung itu berbicara kepadanya: Saya membawanya dari Taoere. Hebatnya, gadis itu terkejut ketika mengetahui bahwa burung itu bisa membaca pikirannya dan bisa berbicara dengan bahasanya. Lalu dia bertanya: Saya ingin sekali pergi ke tanah itu. maukah kau membawaku ke sana?.
Burung
gagak itu setuju untuk melakukannya, dan mereka terbang untuk mencapai Taoere,
karena Limimuut sendiri bisa terbang juga. Saat tiba di sana, mereka menemukan
sebidang kecil tanah, tidak lebih besar dari saringan. Tiba-tiba saja muncul di
atas permukaan laut, satu demi satu pulau, sehingga menjadi banyak pulau di
perairan itu. Burung gagak itu berhenti terbang dan berkata. Kita sudah sampai
pada tujuan kita, disinilah saya mengambil cabang pohon: yang bernama Taoere.
Kemudian brung gagak itu terbang, meninggalkan Limimut sendiri. Kini, sekali
lagi limimut sendirian.
"Sendiri!
Dia menghela nafas. Lagi-lagi sendirian, dan di sekelilingnya adalah air. Entah
dari mana ilhamnya, kemudian limimut menancapkan cabang pohon. Seolah-olah
diarahkan oleh tangan yang tak terlihat, kemudian dia mencongkel tanah dan dia
mengambil sedikit tanah, sebanyak yang dia bisa pegang di tangannya.
Limimut kembali ke batu yang lebar dan luas tempat dia tinggal. Setelah dia datang limimut menyebarkan tanah pada batu yang tandus. Hal aneh kemudian terjadi, dalam waktu yang singkat batu itu sudah menjadi lahan tanah luas yang tandus.
Limimut kembali ke batu yang lebar dan luas tempat dia tinggal. Setelah dia datang limimut menyebarkan tanah pada batu yang tandus. Hal aneh kemudian terjadi, dalam waktu yang singkat batu itu sudah menjadi lahan tanah luas yang tandus.
Ketika
Limimuut melihat sekeliling, dia menyadari bahwa tanah itu tandus. Kemudian dia
terbang lagi ke Taoere dan mengambil segenggam tanah lagi. Saat kembali ke
rumah, dia kembali menyebarkan tanah di tanah yang tandus. Sesuatu yang hijau
mulai muncul dari daratan, dan ini menjadi vegetasi yang kita miliki di bumi
yang kita kenal sekarang.
Tapi Limimuut belum puas. Dia membuat gunung di bagian selatan negeri itu. Ketika ini sudah cukup tinggi, dia naik sampai mencapai puncak. Ada hal aneh lain yang terjadi; dia kemudian hamil. Beberapa bulan kemudian, seorang anak dilahirkan untuknya, seorang putra yang sehat. Kemudian Limimut memberikan namanya “Toar.”
Tapi Limimuut belum puas. Dia membuat gunung di bagian selatan negeri itu. Ketika ini sudah cukup tinggi, dia naik sampai mencapai puncak. Ada hal aneh lain yang terjadi; dia kemudian hamil. Beberapa bulan kemudian, seorang anak dilahirkan untuknya, seorang putra yang sehat. Kemudian Limimut memberikan namanya “Toar.”
Tahun-tahun
berlalu dan Toar tumbuh menjadi seorang pria muda yang tampan. Sang ibu
berpikir bahwa waktunya telah tiba baginya untuk memilih seorang istri. Tetapi
di mana dia bisa menemukan seorang wanita untuk menikah? lagi-lagi sang ibu
memiliki ide.
"Nak,
dia berkata kepadanya. Mengembaralah di dunia sampai engkau menemukan seorang
istri. Toar mematuhi perintah ibunya dan mengembara ke bagian dunia lain,
mengarungi samudera dan daratan. Toar sudah melakukan perjalanan jarak jauh
tetapi masih tidak menemukan seorang wanita untuk menjadikannya istrinya.
Kemudian dia kembali ke pulang ke rumah, memberi tahu ibunya bahwa dia belum
berhasil menemukan seorang wanita yang bisa dia nikahi.
"Yah sudah, sabarlah nak. Lalu Limimut mempunyai ide lagi. limimut akan membantu anaknya mencari seorang istri. Sang ibu berkat; Potong sebatang tebuh, sama panjang keduanya, kau bawak tebuh sebelah bawa, da ibu membawa tebuh bagian atasnya. Ibu akan membantu untuk mencari istri. Nanti, diperjalanan kau akan melalui jalan dari sebelah kanan, dan ibu akan pergi ke pergi dari sebelah kiri. Jika nanti di jalan kau bertemu seorang wanita membawa sepotong tebuh yang lebih panjang darimu, bawa dia dan jadikan sebagai istrimu.
Toar
selalu mematuhi perintah ibunya, di perjalanan jalan bercabang dua mereka
berpisah. Sang anak pergi ke kanan dan ibu ke kiri. Mereka menjelajahi bumi
yang pada masa itu tidak sebesar sekarang. pada akhirnya, ketika Toar sedang
dalam perjalanan, dia melihat seorang wanita mendekatinya. Dia mengeluarkan
tongkatnya dan mengukur tongkat yang dibawanya. melihat bahwa miliknya lebih
panjang dari miliknya, dia berasumsi bahwa dia adalah wanita yang selama ini
dia cari.
Toar kemudian menjadikannya istrinya dan membawanya pulang. Dia tidak
menduga bahwa itu adalah ibunya sendiri, dia telah menikah. Toar hanya
memikirkan pesan tentang panjang tongkat. Pada kenyataannya, tebu telah tumbuh
dan telah menjadi lebih panjang dan begitu pula ketika ia memilih wanita itu
untuk menjadi istrinya.
Mereka
kembali ke gunung yang dibangun oleh Limimuut. Di sana mereka hidup bahagia
bersama, Limimut melahirkan sebanyak tiga kali, tetapi setiap kali dia
melahirkan selalu berjumlah sembilan. Anak-anak ini hidup dengan damai satu
sama lain, berbagi bersama apa yang dimiliki orang tua mereka. Waktu berlalu,
zaman berlalu, masa-masa berlalu, maka dari keturun mereka inilah menjadi nenek
moyang orang-orang Minahasa saat ini.
Pada
zaman dahulu kala, ada sebuah batu besar di tengah lautan. Karena sangat besar
sehingga puncak batu di atas permukaan air laut. Sesungguhnya batu itu,
bukanlah batu biasa. Ketika sinar matahari menyinari permukaan batu, batu
tersebut berkeringat. Dari keringat batu tersebut lahir seorang gadis kecil
bernama Limimut.
Singkat cerita, tidak ada yang menceritakan dengan cara apa anak itu tumbuh dewasa. Maka, tentu saja dia adalah seorang anak yang ajaib, hidup dalam keadaan yang riang, dan hidup dalam waktu yang banyak akan keajaiban. Ceritanya hanya memberi tahu kita bahwa, ketika dia sudah dewasa, dia merasa sangat kesepian.
Singkat cerita, tidak ada yang menceritakan dengan cara apa anak itu tumbuh dewasa. Maka, tentu saja dia adalah seorang anak yang ajaib, hidup dalam keadaan yang riang, dan hidup dalam waktu yang banyak akan keajaiban. Ceritanya hanya memberi tahu kita bahwa, ketika dia sudah dewasa, dia merasa sangat kesepian.
Suatu
hari, ketika dia berdiri di puncak batu, dia menatap dengan mata penuh
kekaguman di lautan luas dan ombak besar bergelombang. Saat dia berdiri di
sana, dia tiba-tiba melihat seekor burung gagak. Pada paruhnya menggigit cabang
pohon kering, dan terbang terus berputar-putar di atas tempat dia berdiri.
Limimut menjadi penasaran dan bertanya-tanya dari mana burung itu berasal, dan di mana ia menemukan cabang itu. Tiba-tiba burung itu berbicara kepadanya: Saya membawanya dari Taore. Hebatnya, gadis itu terkejut ketika mengetahui bahwa burung itu bisa membaca pikirannya dan bisa berbicara dengan bahasanya. Lalu dia bertanya: Saya ingin sekali pergi ke tanah itu. maukah kau membawa aku ke sana?.
Limimut menjadi penasaran dan bertanya-tanya dari mana burung itu berasal, dan di mana ia menemukan cabang itu. Tiba-tiba burung itu berbicara kepadanya: Saya membawanya dari Taore. Hebatnya, gadis itu terkejut ketika mengetahui bahwa burung itu bisa membaca pikirannya dan bisa berbicara dengan bahasanya. Lalu dia bertanya: Saya ingin sekali pergi ke tanah itu. maukah kau membawa aku ke sana?.
Burung
gagak itu setuju untuk melakukannya, dan mereka terbang untuk mencapai Taore,
karena Limimut sendiri bisa terbang juga. Saat tiba di sana, mereka menemukan
sebidang kecil tanah, tidak lebih besar dari saringan. Tiba-tiba saja muncul di
atas permukaan laut, satu demi satu pulau, sehingga menjadi banyak pulau di
perairan itu.
Burung gagak itu berhenti terbang dan berkata. Kita sudah sampai pada tujuan kita, di sinilah saya mengambil cabang pohon: yang bernama Taore. Kemudian burung gagak itu terbang, meninggalkan Limimut sendiri. Kini, sekali lagi Limimut sendirian.
Burung gagak itu berhenti terbang dan berkata. Kita sudah sampai pada tujuan kita, di sinilah saya mengambil cabang pohon: yang bernama Taore. Kemudian burung gagak itu terbang, meninggalkan Limimut sendiri. Kini, sekali lagi Limimut sendirian.
"Sendiri!
Dia menghela napas. Lagi-lagi sendirian, dan di sekelilingnya adalah air. Entah
dari mana ilhamnya, kemudian Limimut menancapkan cabang pohon. Seolah-olah
diarahkan oleh tangan yang tak terlihat, kemudian dia mencongkel tanah dan dia
mengambil sedikit tanah, sebanyak yang dia bisa pegang di tangannya.
Limimut kembali ke batu yang lebar dan luas tempat dia tinggal. Setelah dia datang limimut menyebarkan tanah pada batu yang tandus. Hal aneh kemudian terjadi, dalam waktu yang singkat batu itu sudah menjadi lahan tanah luas yang tandus.
Limimut kembali ke batu yang lebar dan luas tempat dia tinggal. Setelah dia datang limimut menyebarkan tanah pada batu yang tandus. Hal aneh kemudian terjadi, dalam waktu yang singkat batu itu sudah menjadi lahan tanah luas yang tandus.
Ketika
Limimut melihat sekeliling, dia menyadari bahwa tanah itu tandus. Kemudian dia
terbang lagi ke Taore dan mengambil segenggam tanah lagi. Saat kembali ke
rumah, dia kembali menyebarkan tanah di tanah yang tandus. Sesuatu yang hijau
mulai muncul dari daratan, dan ini menjadi vegetasi yang kita miliki di bumi
yang kita kenal sekarang.
Tapi Limimut belum puas. Dia membuat gunung di bagian selatan negeri itu. Ketika ini sudah cukup tinggi, dia naik sampai mencapai puncak. Ada hal aneh lain yang terjadi; dia kemudian hamil. Beberapa bulan kemudian, seorang anak dilahirkan untuknya, seorang putra yang sehat. Kemudian Limimut memberikan namanya “Toar.”
Tapi Limimut belum puas. Dia membuat gunung di bagian selatan negeri itu. Ketika ini sudah cukup tinggi, dia naik sampai mencapai puncak. Ada hal aneh lain yang terjadi; dia kemudian hamil. Beberapa bulan kemudian, seorang anak dilahirkan untuknya, seorang putra yang sehat. Kemudian Limimut memberikan namanya “Toar.”
Tahun-tahun
berlalu dan Toar tumbuh menjadi seorang pria muda yang tampan. Sang ibu
berpikir bahwa waktunya telah tiba baginya untuk memilih seorang istri. Tetapi
di mana dia bisa menemukan seorang wanita untuk menikah? lagi-lagi sang ibu
memiliki ide.
"Nak,
dia berkata kepadanya. Mengembaralah di dunia sampai engkau menemukan seorang
istri. Toar mematuhi perintah ibunya dan mengembara ke bagian dunia lain,
mengarungi samudera dan daratan. Toar sudah melakukan perjalanan jarak jauh
tetapi masih tidak menemukan seorang wanita untuk menjadikannya istrinya.
Kemudian dia kembali ke pulang ke rumah, memberi tahu ibunya bahwa dia belum
berhasil menemukan seorang wanita yang bisa dia nikahi.
"Yaa,
sudah, sabarlah nak. Lalu Limimut mempunyai ide lagi. Limimut akan membantu
anaknya mencari seorang istri. Sang ibu berkat; Potong sebatang tebu, sama
panjang keduanya, kau bawak tebu sebelah bawa, da ibu membawa tebu bagian
atasnya. Ibu akan membantu untuk mencari istri. Nanti, di perjalanan kau akan melalui
jalan dari sebelah kanan, dan ibu akan pergi ke pergi dari sebelah kiri. Jika
nanti di jalan kau bertemu seorang wanita membawa sepotong tebu yang lebih
panjang darimu, bawa dia dan jadikan sebagai istrimu.
Toar
selalu mematuhi perintah ibunya, di perjalanan jalan bercabang dua mereka
berpisah. Sang anak pergi ke kanan dan ibu ke kiri. Mereka menjelajahi bumi
yang pada masa itu tidak sebesar sekarang. pada akhirnya, ketika Toar sedang
dalam perjalanan, dia melihat seorang wanita mendekatinya. Dia mengeluarkan
tongkatnya dan mengukur tongkat yang dibawanya.
Melihat bahwa miliknya lebih
panjang dari miliknya, dia berpikir bahwa dia adalah wanita yang selama ini dia
cari. Toar kemudian menjadikannya istrinya dan membawanya pulang. Dia tidak
menduga bahwa itu adalah ibunya sendiri, dia telah menikah. Toar hanya
memikirkan pesan tentang panjang tongkat. Pada kenyataannya, tebu telah tumbuh
dan telah menjadi lebih panjang dan begitu pula ketika ia memilih wanita itu
untuk menjadi istrinya.
Mereka
kembali ke gunung yang dibangun oleh Limimut. Di sana mereka hidup bahagia
bersama, Limimut melahirkan sebanyak tiga kali, tetapi setiap kali dia
melahirkan selalu berjumlah sembilan. Anak-anak ini hidup dengan damai satu
sama lain, berbagi bersama apa yang dimiliki orang tua mereka. Waktu berlalu,
zaman berlalu, masa-masa berlalu, maka dari keturunan mereka inilah yang
menjadi nenek moyang orang-orang Minahasa saat ini.
Rewrite. Apero Fublic.
Editor. Desti. S. Pd.
Fotografer. Dadang Saputra.
Palembang, 2018.
Rewrite. Apero Fublic.
Editor. Desti. S. Pd.
Fotografer. Dadang Saputra.
Palembang, 2018.
Catatan: Yang mau belajar menulis: mari
belajar bersama-sama: Bagi
teman-teman yang ingin mengirim atau menyumbangkan karya tulis seperti puisi,
pantun, cerpen, cerita pengalaman hidup seperti cerita cinta, catatan mantera,
biografi diri sendiri, resep obat tradisional, quote, artikel, kata-kata
mutiara dan sebagainya.
Kirim saja ke Apero Fublic. Dengan syarat karya kirimannya hasil tulisan sendiri, dan belum di publikasi di media lain. Seandainya sudah dipublikasikan diharapkan menyebut sumber. Jangan khawatir hak cipta akan ditulis sesuai nama pengirim.
Sertakan nama lengkap, tempat menulis, tanggal dan waktu penulisan, alamat penulis. Jumlah karya tulis tidak terbatas, bebas. Kirimkan lewat email: fublicapero@gmail.com atau duniasastra@gmail.com. idline: Apero Fublic. Messenger. Apero fublic. Karya kiriman tanggung jawab sepenuhnya dari pengirim.
Sy. Apero Fublic
Via
Dongeng
Post a Comment