Cerita Bersambung
Mata Cantik Aisyah. Part II
APERO FUBLIC.- Waktu
berlalu, tanpa terasa hubungan asmaraku dengan Aisyah sudah berjalan setahun
lebih. Pernah kami berjanji bertemu dan menghabiskan waktu bersama. Kami tidak
pergi ketempat yang begitu romantis. Hanya bertemu dan bersantai di Benteng
Kuto Besak (BKB), di Kota Palembang.
Sebuah tempat wisata terkenal dan berada di jantung Kota Palembang. Duduk di tepian Sungai Musi dengan hembusan angin sungai yang syahdu. Membuat hijab dan gamis Aisyah yang berwarna hitam itu berkibar-kibar. View dari sini dapat melihat patung ikan belida, Jembatan Ampera, Benteng Kuta Besak.
Apabila kita berjalan ke sisi Jembatan Ampera disana akan menemukan museum Sultan Mahmud Badaruddin I, Monumen Pahlawan, Masjid Agung Palembang, dan Pasar 16. Satu hal yang disukai pengujung disini adalah Mie Tek-Teknya dan makan mpek-mpek di warung terapung. Warung terapung adalah bentuk perahu motor yang cukup besar kemudian dimodivikasi menjadi tempat berjualan makanan khas Palembang tersebut.
Sebuah tempat wisata terkenal dan berada di jantung Kota Palembang. Duduk di tepian Sungai Musi dengan hembusan angin sungai yang syahdu. Membuat hijab dan gamis Aisyah yang berwarna hitam itu berkibar-kibar. View dari sini dapat melihat patung ikan belida, Jembatan Ampera, Benteng Kuta Besak.
Apabila kita berjalan ke sisi Jembatan Ampera disana akan menemukan museum Sultan Mahmud Badaruddin I, Monumen Pahlawan, Masjid Agung Palembang, dan Pasar 16. Satu hal yang disukai pengujung disini adalah Mie Tek-Teknya dan makan mpek-mpek di warung terapung. Warung terapung adalah bentuk perahu motor yang cukup besar kemudian dimodivikasi menjadi tempat berjualan makanan khas Palembang tersebut.
Hari itu, seperti biasa Aisyah memakai busana muslimah yang lengkap.
Gamis hitam longgar, hijab hitam syariah, berkaos kaki dan bersepatu. Tangannya
memakai handsock warna cream, dan bercadar hitam. Sebelum bertemu, kami chet
melalui whatsApp dan berjanji bertemu di BKB. Aku akan menunggu ditempat biasa.
Sebuah halte Transmusi di depan Monumen Pahlawan. Terasa lama sekali menunggu
Aisyah rasanya. Berkali-kali aku tanyakan melalui whatsap apakah dia sudah
dekat. Ternyata jalan macet dari arah Kertapati menuju pusat kota. Setengah jam
aku menunggu akhirnya Aisyah sampai juga.
Sebuah bus transmusi berhenti didepan
halte. Transportasi yang nyaman dan murah itu telah membuat nyaman warga Kota
Palembang berpergian. Dadaku berdebar saat melihat sosok Aisyah keluar dari
bus. Gayanya yang anggun dan bercirikan seorang gadis shalehah.
Membuat semua
bujangan seperti aku memimpikan memiliki gadis sepertinya. Orang-orang juga
nampak menghormati Aisyah sebagai gadis baik-baik. Pertemuan yang singkat
berlalu beberapa jam itu, sangat membahagiakan sekali. Benar kata orang kalau
bersama kekasih hati akan membuat waktu menjadi singkat dan pendek.
Hal pertama kami lakukan adalah berfoto-foto di monumen perjuangan.
Patung garuda Pancasila dan beberapa meriam menjadi pilihan latar belakang
foto. Aisyah begitu manja dan penuh perhatian. Aku selalu dibuat grogi dan
serba salah. Namun diam-diam aku merasa bangga dengan memiliki kekasih yang
salehah.
Berbusana muslim dan seorang mahasiswa di Perguruan Tinggi Islam
Palembang itu. Setelah puas berfoto di monumen, kami berjalan menuju tepian
Sungai Musi di depan Benteng Kuto Besak (BKB). Sambil berjalan, aku mendekat
Aisyah dan menggenggam jemari Aisaya. Aisaya hanya tersenyum dan sinar matanya
bahagia.
Aku melihat sudah banyak pengunjung yang berdatangan sehingga nampak
ramai. Berbagai macam jenis jualan masyarakat. Dari pernak-pernik perhiasan
sampai aneka makanan. Sambil berjalan kami melihat sekeliling. Banyak perahu
motor, sekoci, dan kapal-kapal industri yang hilir mudik di Sungai Musi.
Begitupun mobil dan sepeda motor berlalu lalang di atas Jembatan Ampera.
Banyak
juga pengunjung yang berfoto-foto di sekitar Tugu Ikan Belida. Ada banyak
anak-anak yang antri ingin berfoto dengan badut-badut kartun idolah mereka,
seperti badut Upin-Ipin. Agak aneh yah, orang sudah berhijab dan bercadar kok
pacaran dan pegangan tangan lagi. Ya, itulah namanya ketidak tahuan karena
Aisyah dan aku belum mengetahui. Aisyah mengikuti atau mencontoh busana
muslimah. Intinya Aisyah baru hijrah cara berbusana muslimah.
Tidak dapat aku bayangkan betapa bahagianya aku sore ini. Aku dan Aisyah
duduk di atas pagar pembatas, di tebing Sungai Musi. Menghadap aliran sungai
yang selalu bergelombang dengan anginnya. Banyak juga pasangan yang bermesraan.
Tapi kami tidak seperti mereka, gitu dehhhh. Persis apa yang dilihat tadi,
pemandangan di depan adalah perahu sampai kapal-kapal industri menjadi
pemandangan.
Kadang Aisyah menunjuk ke arah kapal sekoci yang melaju sangat
kencang. Atau menunjuk pada ibu-ibu yang dapat berperahu. Aisyah bilang kalau
dia tidak akan dapat berperahu seperti itu. Tapi dia ingin sekali dapat
berperahu. Aku tertawa dan bilang apakah dia mau jadi ibu nelayan. Aisyah
nampak tidak suka, tapi dia tetap tersenyum.
Canda dan tawa terus berlanjut.
Kadang percakapan kami terhenti oleh penjaja makanan ringan atau minuman. Belum
lama kami berbincang kembali, eh... ada pengamen juga. Diam-diam aku marah
sekali. Kalau tak bersama Aisyah saja sudah aku bentak pengamen ini. Lagu
syahdu dari Seventeen yang berjudul Menemukanmu.
“Kiniku
menemukanmu diujung aku yang patah hati. Lelah hati yang menunggu cinta yang
selamatkan hidupku. Ohhh. oohhh. Kini aku bersamamu berjanji sehidup semati.
Lagu pengamen itu menambah romatis sore ini. Enak menikmati bersama Aisyah.
Setelah selesai aku memberikan uang dua puluh ribu rupiah. Tidak rugi rasanya
dengan lagu yang indah walau dibawakkan tidak seperti aslinya. Dan hati agak
kesal terganggu, huh kata hatiku.
Aisaya menunjuk ada banyak ikan di sungai terlihat dari riak air.
Tanganku yang aku letakkan di pagar. Saat Aisyah meletakkan tangannya
tanpa sengaja menyentuh tanganku. Aisyah menggeser tangannya karena malu. Namun
aku tidak menyia-nyiakan kesempatan. Aku menggenggam erat tangan Aisyah.
Sehingga dia tersipu malu. Walau begitu dia tidak marah dan membiarkan aku
menggenggam erat tangannya. Lama kami tenggelam dalam diam, menikmati waktu
kebersamaan ini.
Setelah itu, aku mengajak Aisyah untuk mencoba makan mpek-mpek di warung
terapung. Disini selalu ramai dan tidak pernah sepi pengunjung. Aku menuntun
Aisyah menuju warung terapung. Sebab penghubung antara daratan dan warung
terapung terbuat dari papan yang seperti jembatan.
Kalau jatuh pasti akan basah
kuyup dan bonus tertawanya orang-orang. Ditambah goyangan ombak Sungai Musi
membuat takut para gadis-gadis. Tapi ada juga yang berani. Mungkin Aisyah hanya
manja padaku. Maklum kami sudah lama tak bertemu. Makanan yang dipesan dua
mangkuk tekwan, satu porsi mpek-mpek plus cuka. Maklum orang Palembang.
Minumnya es jeruk peras susu. Ya, lumayan jajanan disini. Sederhana, murah dan
nikmat. Ditambah lagi di warung terapung yang bergoyang-goyang dan dihiasi
hilir mudik berbagai kendaraan sungai. Aisyah menyuapi aku dengan sepotong
mpek-mpek. Membuat aku jadi GR juga. Tapi aku akui bertambah sayang kok. Memang
Aisyah adalah segalanya bagiku.
Tanpa
terasa waktu berlalu aku dan Aisyah selesai makannya. Karena hari sudah
menunjukkan pukul lima sore. Kami memutuskan untuk pergi ke Masjid Agung.
Disana akan shalat magrib setelah itu akan pulang. Setelah shalat aku mengantar
Aisyah ke halte bus. Kembali menunggu halte bus menunggu armada transmusi
karena Aisyah akan pulang.
Aisyah kembali ke Kertapati. Dia menginap di rumah
keluarganya, Uwa Aisyah. Saudara kandung dari ayahnya. Rumah Aisyah di
Kota Lahat, di Palembang dia hanya sekolah dan kuliah. Setelah Aisyah naik
transmusi aku juga pulang. Menuju halaman parkir motor dan akupun pulang.
Waktu
berlalu dengan cepat. Sudah satu bulan aku dan Aisyah bertemu. Di sepanjang
tahun 2018 sudah beberapa kali kami bertemu. Sedangkan di media sosial kami
selalu berhubungan setiap hari. Menanyakan kabar, bertanya sudah makan atau
belum, sudah shalat atau belum. Itu-itu saja dan panggil-panggil sayang dan
mengaku kangen. Selama ini hubungan asmara kami baik-baik saja. Aku memang tipe
cowok setia loh, he, he, he. Sekarang memasuki tahun 2019. Ada beberapa kali
pertemuan ditempat lain. Misalnya nonton film Dilan dan beberapa film horor.
Sekarang penghujung bulan April tahun 2019. Sudah biasa kalau menjelang
bulan ramadhan aktifitas keagamaan Islam meningkat. Banyak tausiyah dan
tabliq-tabliq akbar. Suatu hari Aisyah mengikuti tausiyah di Masjid Agung Palembang
bersama teman-teman kuliahnya. Penceramah Ustadz kondang Abdul Somad. LC. Waktu
itu, ada seorang audiens bertanya pada Ustadz tentang hukum orang pacaran dan
apakah sah puasa orang yang berpacaran.
Dalam dialog itu, Ustadz menjelaskan
bahwa hukum pacaran itu haram, dan orang yang bepuasa tapi pacaran puasanya
tidak sah. Mendengar penjelasan Ustadz itu, Aisyah menjadi sedih. Hari itu
sudah tanggal 28 April 2019. Sedangkan puasa tanggal 6 bulan Mei 2019. Berarti
tingga satu minggu lagi memasuki bulan suci ramadhan. Aisyah terus gelisah dan
sedih. Ustadz bilang hendaknya sebagai muslim harus istiqomah dan hijrah secara
keseluruhan. Bukan hanya menutup aurat seperti hijab dan cadar, tapi semuanya
hijrah. Dari sikap, tingkah laku, kata-kata dan semuanya.
Aisyah sadar selama
ini khilaf dan tidak tahu. Maklum Aisyah juga belum banyak mengerti tentang
syariat Islam. Namanya saja baru hijrah. Dulu hijab Aisyah alakadarnya. Aisyah
kemudian memutuskan untuk hijrah total dan menjadi muslimah sejati. Sehingga selama
beberapa hari dia memikirkan keputusannya. Kemudian akhirnya Aisyah
memberanikan menelpon aku. Sambil menangis Aisyah menceritakan dan menjelaskan
hal ihwalnya. Maka dia memutuskan untuk mengakhiri hubungan cinta kami.
“Kak,
adik meminta agar hubungan kita tidak lagi berlanjut.
“Ada
apa adik, apakah adik sedang bercanda?
“Tidak
kak, adik serius.
“Apa
kakak punya salah?
“Tidak,
kakak tidak ada salah sedikit pun.
Mendengar kata-kata Aisyah meminta perpisahan membuat tubuhku bergetar.
Ada rasa perih dihatiku. Aku tidak menyangkah itu yang dia minta. Dunia begitu
buruk bagiku waktu itu. Aku begitu sedih dan terasa hampa. Hancur sudah mimpi
dan impianku. Kemudian aku bertanya pada Aisyah alasannya meminta mengakhiri
hubungan ini.
“Karena
dua hari lagi akan memasuki bulan puasa kak. Kita sebagai muslim tidak boleh
berbuat maksiat atau mendekati maksiat. Memang kita berhubungan sebatas pesan,
atau pertemuan biasa. Tetapi itu sama saja dengan kita mendekati maksiat. Tidak
sah puasa orang yang pacaran kak. Aku meminta perpisahan ini karena Allah.
Sekiranya suatu saat nanti kita berjodoh pasti akan bersatu yang sesungguhnya.
Bila adik telah selesai kuliah, kakak sudah siap. Bolehlah kakak datang melamar
adik. Walau kita tidak pacaran lagi. Ketika kakak siap dan restu kedua orang
tua kita. Maka kita akan menikah. Tak perlu pacaran, yah. Maafkan Aisyah.
Aisyah mohon kakak ikhlas dan bersabar.
Mendengar
penjelasan Aisyah itu. Hatiku yang tadi terasa hancur kembali baik lagi. Aku
bahagia ternyata aku berhadapan dengan seorang gadis yang salehah. Dia meminta
perpisahan karena ingin beribadah. Dia ingin mendekatkan dirinya pada Allah
sebaik-baiknya. Dia ingin menjadi lebih baik lagi dari waktu yang lalu.
Apabila nanti dia sudah selesai kulia, aku dapat melamarnya. Kami tidak perlu
pacaran yang mengundang maksiat. Cukup sebagai sahabat saja. Aku perlu
berjaga-jaga jangan sampai aku didahuli orang lain melamar Aisyah, pikirku. Aku
sering membuat snap di whatsApp tentang perasaanku. Banyak yang memberi masukan
dan nasihat. Terimahkasih.
Terhitung sejak 4 Mei 2019 aku dan Aisyah berpisah. Karena pada tanggal
6 Mei 2019 akan mulai puasa 1340 Hijriyah dimulai. Pemerintah telah menetapkan
pada sidang isbat sebelum tanggal 6 Mei. Kami mengakhiri hubungan cinta yang
sudah berjalan bertahun-tahun itu. Kami hanya berteman biasa sekarang. Aku akui
ini sangat berat dan menyakitkan.
Namun perlahan-lahan aku juga mulai
melupakan. Aku juga sudah hijrah sekarang. Aku tidak mau lagi pacaran. Aku
hanya ingin kenal, dekat, dan menikah. Jujur memang ada waktu-waktu terasa
rindu di dalam hatiku pada Aisyah. Candanya, tawanya, sikapnya dan semunyalah
(kesal aku). Menghantui kalbuku mengingat tentang Aisyah. Gadis impian,
tunggulah aku hantarkan seperangkat alat shalat dan Al-Quran pikirku.
Sekarang aku juga telah bertekad bahwa aku juga tidak akan pacaran
lagi. Sudah saatnya aku hijrah dan meninggalkan cara salah dalam mencari
pasangan hidup. Sebagai pemuda aku akui bahwa berpacaran hanyalah pembuka pintu
maksiat. Mendekatkan diri pada pintu zina.
Dari zina mata, zina hati, zina
tangan, dan yang paling berdosa adalah zina berupa senggama layaknya suami
istri. Para gadis sekarang telah pada hijrah. Mereka sedikit demi sedikit
memperbaiki diri. Dari menutup aurat sampai memutuskan tidak pacaran. Kalau
begitu marilah kita para lelaki juga berhijrah untuk tidak mengajak dan merayu
gadis untuk berpacaran.
Sesunggunya berteman biasa sudah cukup untuk mengetahui
kalau ada rasa suka dan cinta diantara kita. Aku hijrah dan meninggalkan
kehidupan yang menyalahi syariat sebab warisan rezim pemerintahan terdahulu.
Kepada mantan dan pacarku aku meminta maaf dan memohon ampun pada Allah dengan
kekhilafan itu. Sekarang aku hanya ingin kenal, dekat, dan menikah. “ada
ungkapan, tinggalkan atau halalkan.” Okeeeee!!!!
Oleh. Joni Apero.
Editor. Selita. S.Pd.
Palembang, 12 Mei 2019.
Sumber foto. Apero Fublic.
Sumber kartun muslimah. http://kartunmuslimah.com
Oleh. Joni Apero.
Editor. Selita. S.Pd.
Palembang, 12 Mei 2019.
Sumber foto. Apero Fublic.
Sumber kartun muslimah. http://kartunmuslimah.com
Catatan:
Yang mau belajar menulis: mari belajar bersama-sama:
Bagi teman-teman yang ingin mengirim atau menyumbangkan karya tulis seperti
puisi, pantun, cerpen, cerita pengalaman hidup seperti cerita cinta, catatan
mantera, biografi diri sendiri, resep obat tradisional, quote, artikel,
kata-kata mutiara dan sebagainya.
Kirim saja ke Apero Fublic. Dengan
syarat karya kirimannya hasil tulisan sendiri, dan belum di publikasi di media
lain. Seandainya sudah dipublikasikan diharapkan menyebut sumber. Jangan
khawatir hak cipta akan ditulis sesuai nama pengirim. Sertakan nama lengkap,
tempat menulis, tanggal dan waktu penulisan, alamat penulis.
Jumlah karya tulis
tidak terbatas, bebas. Kirimkan lewat email: www.aperofublic@gmail.com
idline: Apero Fublic. Messenger. Apero fublic. Karya kiriman tanggung
jawab sepenuhnya dari pengirim.
Sy.
Apero Fublic
Post a Comment