Puisi
Nur Aisyah. e-Antologi Puisi Akrostik. Cahaya Jiwa
Apero Fublic.- Puisi
akrostik adalah puisi yang mengembangkan ide dari sebuah nama. Seumpama nama
orang yang di gubah menjadi lirik-lirik kata indah. Puisi akrostik bukan hanya
mengandalkan perasaan dan imejinasi, tetapi harus dikembangkan dengan awalan
nama, atau hurup-hurup yang sudah disusun menurut ejaan sehingga menjadi sebua
kata.
Oleh. Nur Aisyah.
Editor. Selita. S.Pd.
Fotografer. Dadang Saputra.
Lahat, 4 januari 2018.
Sumber foto. Nur Aisyah.
Maka puisi akrostik memaksa penyairnya untuk berkreasi dalam memilih
kata-kata yang harus ditulis. Kata akrostik berasal dari kata dalam bahasa
Yunani, yaitu akrostichis, dan bahasa Perancis acrostiche.
Akrostik adalah kata benda yang bermakna sebuah sajak. Dalam penulisan kata
akrostik sesunggunya belum terdaftar dalam istilah perbendaharaan bahasa
Indonesia, sehingga kadang terdapat perbedaan dalam menulis kata akrostik oleh
penulis.
Berikut ini adalah kumpulan puisi akrostik dari seorang penyair cantik. e-antologi puisinya
kali ini bertema senja bertanya. Senja bertanya dimaksdukan tentang kehadiran
cahaya dalam kehidupan manusia. Baik itu cahaya dunia atau cahaya iman.
Ketika
seorang penyair bertanya kepada alam tentang kehidupan, maka tidak akan dapat
ia temukan jawabannya. Kecuali jika mencari, merenungi dan memikirkannya,
sehingga tahu kebesaran tuhan. Maka dari itu, bertanyalah dia ke senjah hari,
dan seandainya belum terjawab, dapatlah ia menanti matahari terbit lagi.
Sebab
lebih baik bertanya pada senja, daripa bertanya pada mereka yang tidak mengerti
tentang jiwa kita. Hanya kitalah yang mengerti tentang kita, tidak salah
apabila kita, kadang membutuhkan waktu untuk sendiri. Aku: Senja aku
bertanya, akankah ada kisah yang baru dihari-hari kemudian. Atau merah-merah
warnamu akan selalu sama dengan warna luka-luka ini.
(1). Aisyah.
Aisya tahu semua tentangnya.
Itu adalah sebuah kebetulan.
Siapa sangka kita akan bertemu.
Yang maha kuasa, pengabul segala doa.
Alangkah indah jika doa kita diijabah.
Hari dimana kita bertemu, Tetap takkan asing.
Oleh. Nur Aisyah.
Lahat, 30 Desember 2018.
(2). Senja.
Selaksa rindu tertanam menuai kalbu.
Enggan mengungkap di depan matamu.
Namun dihadapan-Nya aku beranikan,
Jadikanmu Doa ku.
AllahuAkbar.
Oleh. Nur Aisyah.
Lahat, 2 Januari 2019.
(3). Hujan Januari.
Hari tak terduga.
Umumkan kesalahan tak dikenal.
Jantung bergerak bagai awan yang terlihat.
Asah kemampuan menahan letih, dan memelihara sabar.
Nur Ilahi menunjukkan diri, siapa diri ini.
Jelas sudah tak dapat dipungkiri.
Alunan musik yang dibenci.
Nama diri ini yang tak diharapkan, sebagai persamaan.
Usaha dan ahrapan yang tak seimbang.
Arahkan hati tuk tetap pada jalannya.
Rengkuh taat tetap istiqomah.
Ilahi kan menuntaskan semua masalah, bersabarlah.
Oleh. Nur Aisyah.
Lahat, 13 Januari 2019.
(4). Harapan Ilalang.
Telah lama diri ini menunggu.
Indanya fitra yang diberikan.
Tetap saja hati ini bertaut, menuju dirimu.
Ingatkan diri ini pada, Ya Robb.
Alang-alang membentang menebar warna.
Nestapa merindu seluas lautan alang-alang.
Entahlah, tak bisa diri ini pungkiri.
Kerinduan ini tak tertahan, tak terjaga.
Akankah dirimu yang di sana, juga ikhlas menebar doa.
Pastikan sebut namamu di setiap doa.
Untukmu, wahai diri mengisi ruang yang kosong.
Tempat dan tepat penggerak qolbu.
Racikkan kerinduan tak tertahan.
Ilahi, sampaikan rinduku padanya.
Oleh. Nur Aisya.
Lahat, 15 Januari 2019.
(5). Kebesaran-Mu.
Mati lampu seketika.
Azan sedang berkumandang.
Suara keras bagai burung kicau.
Yang Maha Kuasa melaknat.
Alangkah gemetar tubuh.
Allah ya robb, kumohon.
Lenyapkan kicau burung tak berguna itu.
Langkahkan hatiku mengajaknya.
Artikan semua untuk belajar.
Hanyalah pada-Mu kuberharap YaAllah.
Oleh. Nur Aisyah.
Lahat, 4 januari 2018.
Sekilas tentang penyair cantik ini. Dia lahir di Sumatra Selatan, Kabupaten Lahat, pada tanggal 26 Maret 2000. Nama lengkapnya Nur Aisyah, sekarang sedang menempuh studi di Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan. Aisyah menyukai makanan yang namanya bakso, martabak.
Aisya tahu semua tentangnya.
Itu adalah sebuah kebetulan.
Siapa sangka kita akan bertemu.
Yang maha kuasa, pengabul segala doa.
Alangkah indah jika doa kita diijabah.
Hari dimana kita bertemu, Tetap takkan asing.
Oleh. Nur Aisyah.
Lahat, 30 Desember 2018.
(2). Senja.
Selaksa rindu tertanam menuai kalbu.
Enggan mengungkap di depan matamu.
Namun dihadapan-Nya aku beranikan,
Jadikanmu Doa ku.
AllahuAkbar.
Oleh. Nur Aisyah.
Lahat, 2 Januari 2019.
(3). Hujan Januari.
Hari tak terduga.
Umumkan kesalahan tak dikenal.
Jantung bergerak bagai awan yang terlihat.
Asah kemampuan menahan letih, dan memelihara sabar.
Nur Ilahi menunjukkan diri, siapa diri ini.
Jelas sudah tak dapat dipungkiri.
Alunan musik yang dibenci.
Nama diri ini yang tak diharapkan, sebagai persamaan.
Usaha dan ahrapan yang tak seimbang.
Arahkan hati tuk tetap pada jalannya.
Rengkuh taat tetap istiqomah.
Ilahi kan menuntaskan semua masalah, bersabarlah.
Oleh. Nur Aisyah.
Lahat, 13 Januari 2019.
(4). Harapan Ilalang.
Telah lama diri ini menunggu.
Indanya fitra yang diberikan.
Tetap saja hati ini bertaut, menuju dirimu.
Ingatkan diri ini pada, Ya Robb.
Alang-alang membentang menebar warna.
Nestapa merindu seluas lautan alang-alang.
Entahlah, tak bisa diri ini pungkiri.
Kerinduan ini tak tertahan, tak terjaga.
Akankah dirimu yang di sana, juga ikhlas menebar doa.
Pastikan sebut namamu di setiap doa.
Untukmu, wahai diri mengisi ruang yang kosong.
Tempat dan tepat penggerak qolbu.
Racikkan kerinduan tak tertahan.
Ilahi, sampaikan rinduku padanya.
Oleh. Nur Aisya.
Lahat, 15 Januari 2019.
(5). Kebesaran-Mu.
Mati lampu seketika.
Azan sedang berkumandang.
Suara keras bagai burung kicau.
Yang Maha Kuasa melaknat.
Alangkah gemetar tubuh.
Allah ya robb, kumohon.
Lenyapkan kicau burung tak berguna itu.
Langkahkan hatiku mengajaknya.
Artikan semua untuk belajar.
Hanyalah pada-Mu kuberharap YaAllah.
Oleh. Nur Aisyah.
Lahat, 4 januari 2018.
Sekilas tentang penyair cantik ini. Dia lahir di Sumatra Selatan, Kabupaten Lahat, pada tanggal 26 Maret 2000. Nama lengkapnya Nur Aisyah, sekarang sedang menempuh studi di Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan. Aisyah menyukai makanan yang namanya bakso, martabak.
Makan yang paling disukai adalah masakan ibu, si malaikat tak
bersayap. Kalau warna kesukaan, menyukai warna biru, hijau dan orange. Gadis
ini, bercita-cita menjadi penulis hebat, sukses, sekaligus menjadi guru bagi
anak-anaknya kelak. Wah, ini tipe saya banget. Kalau moto “sukses,
bahagia, fiddunya wal akhirot. Kalau pesanya, “jadila cahaya untuk
orang lain sesuai kemampuan diri sendiri.
Mungkin maksudnya agar kita tidak memaksakan diri untuk menjadi baik, sampai kita akhirnya menjadi wujud lain dari diri kita hanya karena ingin dibilang baik. Maka, berbuatlah dengan iklas dan jujur apa adanya, sehingga orang-orang akan terkesan pada kita. Kunjungi akun wattpad Nur Aisyah: Klik di sini.
Mungkin maksudnya agar kita tidak memaksakan diri untuk menjadi baik, sampai kita akhirnya menjadi wujud lain dari diri kita hanya karena ingin dibilang baik. Maka, berbuatlah dengan iklas dan jujur apa adanya, sehingga orang-orang akan terkesan pada kita. Kunjungi akun wattpad Nur Aisyah: Klik di sini.
Oleh. Nur Aisyah.
Editor. Selita. S.Pd.
Fotografer. Dadang Saputra.
Lahat, 4 januari 2018.
Sumber foto. Nur Aisyah.
Sy. Apero Fublic
Via
Puisi
Post a Comment