Sejarah Islam
Sejarah Pemakaian Kubah Pada Bangunan Masjid
1. Sketsa Kubah setengah lingkaran. 2.
Kubah Bawang Konstruksi Atap. 3. Kubah Bawang Dekoratif. 4. Kubah Bawang
Dekoratif dengan empat kubah hiasan. Sumber ilustrasi foto: Hasil penelitian dan pengamatan
bangunan masjid di Kota Palembang, 2017. Sketsa: Joni Apero
Kubah, adalah bentuk penggunaan atap
lengkung yang tidak hanya di monopoli oleh bangunan Islam, seperti masjid,
musholla, moseleum, dan makam. Kubah yang dalam pengertian secara arsitektur
Islam adalah bentuk atap setengah lingkaran yang terletak diatas bangunan
masjid.[1] Sedangkan
secara Bahasa Indonesia kubah diartikan, (1). Lengkungan (atap).( 2). Atap yang
melengkung merupakan setengah bulatan.[2] Menurut
Philip K. Hitti, penggunaan sistem lengkungan pertama dalam peradaban manusia
adalah bangsa Babilonia. Bangsa Babilonia telah mewariskan kepada kita (manusia)
struktur lengkungan (arch)[3] dan
lorong (vault)[4] –
yang mungkin juga berasal dari bangsa Sumeria. Selain itu mereka (Bangsa
Babilonia) juga mewariskan kereta beroda, serta sistem timbangan dan ukuran.[5]
Munculnya penggunaan bentuk kubah (dalam
arsitektur Islam) yang merupakan (kemudian) salah satu ciri arsitektur Islam
sejak saat perkembangannya. Kubah itupun merupakan bagian bangunan sebagai
masukan dari pengaruh luar terutama dari daerah-daerah atau sebagai hasil
perbauran arsitektur Islam dengan arsitektur Barat melalui seni arsitektur
Byzantium. Kubah dipilih sebagai bentuk penutup yakni sebagai atap dari ruang
yang mempunyai kekhususan dalam fungsinya. Biasanya yang ditutup oleh kubah
adalah ruang utama atau ruang inti yang merupakan titik sentral dari bangunan
masjid.[6]
Kubah atau qubbah yakni
bentuk atap setengah lingkaran yang terletak diatas bangunan atap masjid dan
terletak pada bagian tengah atap, pada lingkaran tengah kubah terdapat lambang
bulan sabit dan bintang. Lambang atau simbol bulan sabit dan bintang
ini ditopang oleh sebuah tongkat.[7] Pada
awalnya pembanguan masjid yang pertama di Madinah pada tahun 622 Masehi, bentuk
atapnya masih bentuk atap datar biasa, belum ada pemakaian atap lengkung atau
kubah. Penerapan bentuk atap kubah baru pertamakali ditemukan pada bangunan
Masjid Qubhat al Sakhra di Jerusalem (687 M), dan kubah pada
Masjid Jamik Damaskus dibangun oleh Khalifah Al Walid dari Dinasti Ummayah.[8]
Di samping itu, ada yang mengatakan bahwa
pemakaian bentuk kubah (bangunan Islam) yang pertama kali ditemukan pada makam
istri Nabi Muhammad SAW bernama Maimunah binti Harits, yang meninggal pada
tahun 65 Hijriyah atau tahun 680 Masehi, yang dikubur di dalam bangunan beratap
setengah lingkaran (kubah). Penemuan ini adalah suatu bukti munculnya pemakaian
atap kubah sebagai salah satu corak bangunan Islam yang diterapkan sebagai
bentuk atap dalam arsitektur masjid kemudian. Tetapi dipandang dari sudut
historis dan arkeologis Islam bangunan Masjid Qubbah al Sakhra di
Jerusalem itu dipandang perlu sebagai bukti pemakaian kubah yang pertama kali
dalam peradaban Islam.[9]
Dalam pemakaian bentuk kubah dapat kita
ketahui bahwa bentuk kubah sebagai atap lengkung masjid memiliki perbedaan
corak (style) menurut keadaan daerah perkembangannya. Masalah ini
tentunya disebabkan setiap daerah ingin memperlihatkan corak khas bentuk kubah
menurut gaya yang dimiliki masing-masing daerah. Disebabkan adanya penampilan
gaya yang berbeda dari bentuk kubah ini, munculnya aliran atau mazhab bentuk
kubah maupun corak lengkung tajam ruang portal dari beberapa negara-negara yang
pernah mendapat pengaru Islam. Dalam segi bentuk kubah masing-masing aliran,
akan terlihat adanya saling berpengaruh corak atau bentuk antara satu jenis
kubah dengan kubah lain, Yang mana di samping persamaan global akan terlihat
sedikit perubahan gaya sebagai suatu ciri khusus daerah, sehingga dengan adanya
sedikit perbedaan ini akan memperlihatkan gaya tersendiri yang dimiliki daerah
atau negara masing-masing, sebagai sifat kepribadian dalam gaya arsitekturnya.[10]
Saling pengaruh penggunaan kubah seperti,
bentuk kubah Arab mempengaruhi gaya kubah Moor.[11] Dapat
ditelusuri, dari bentuk kubah dari wilaya tersebut memiliki kesamaan. Seperti
berbentuk kubah bawang yang hampir sama besar, dan bergaris-garis yang menyatu
ke titik tengah dimana titik tersebut terdapat simbol bulan sabit dan bintang,
sedikit sekali perbedaanya. Dapat dibandingkan antara kubah Maroko (1150 M),
Kubah Qairawan (Tunisia, 836 M), dan Kubah Cordova (785 M). Kubah-kubah
tersebut dinamakan kubah aliran Moor.[12] Apabila
kita tinjau dari geografis, historis dan budaya dimana adanya perpindahan
Bangsa Arab ke Andalusia (Spanyol), keturunan dan pengikut dari Dinasti
Ummayyah, saat kebangkitan Dinasti Abbasiyah.[13]
Demikian juga kubah Persia memberikan
pengaruh pada kubah India dan Turki, dan paling banyak gambaran kubah tersebut,
banyak di temukan pada bangunan-bangunan masjid di Indonesia. Pada kubah aliran
Arab mempunyai corak badan kubah agak lurus meninggi dengan lengkung
bagian atas melancip dan tengahnya membahu, seperti kubah Masjid Ibnu Tulun, di
Kairo 876 M, Masjid Qubbah al Sakhra di Jerusalem 687 M, kubah
Damaskus 706 Masehi, dan Al Azhar Kairo 1130 M. Kubah-kubah ini
disebut aliran Arab.[14] Kubah
Arab mempengaruhi semua tipe kubah masjid di Dunia Islam. Karena
wilayah-wilayah tersebut adalah tempat pertama tumbuh dan berkembangnya Islam,
dan kebudayaan Islam. Selain itu, juga terikat dengan kedekatan geografis dan
kultural.[15]
Untuk Kubah aliran Turki membentuk lengkungan
bolah setengah lingkaran yang melebar dan badan kubah lebih rendah, seperti
masjid Bayazid Istambul, 1609 M. Selain itu bentuk kubah aliran Turki juga ada
berbentuk segi tiga hampir mirip limas, seperti pada Masjid Hudavend Hatun,
Turki 1312 Masehi.[16] Kubah
yang paling terkenal adalah kubah Masjid Hagia Sophia di Istambul, Turki. Kubah
Masjid Hagia Sophia (sekarang museum), dan kubah Masjid Bayazid II (1609 M)
apabilah diperhatikan memiliki kesamaan bentuk dengan kubah Masjid Istiqlal
Jakarta, yaitu jenis kubah setengah lingkaran.[17]
Sedangkan pada aliran Persia bentuk
kubahnya dengan badan kubah lurus yang pendek dan kemudian melengkung sampai ke
ujung meruncing, seperti pada kubah di Isfahan (Persia) 1612 M dan Kubah Cut
Amir (Samarkhand) 1405 M. Pada kubah aliran India bentuknya hampir sama dengan
bentuk kubah aliran Persia, hanya saja kubah India mempunyai banyak corak ragam
hiasan pada badan kubah, seperti kubah Taj Mahal, 1634 M, dan Kubah Masjid
Jamik (Delhi) 1644 M.[18] Saling
pengaruhi antara kubah aliran persia dan kubah aliran India dapat ditelusuri
kembali dari gerak pesebaran Islam (politik, budaya, geografis), dari wilayah
Asia Barat, terus bergerak ke Asia Selatan dan tentu melewati Persia (Iran).[19]
Sesuai dengan keterangan Slamet Mulyana
bahwa masjid yang berkubah tersebut (kecuali kubah asli aliran Tiongkok dan
Jepang bentuk limas) banyak terdapat di India dan negara-negara sebelah
baratnya.[20] Sedangkan
di Indonesia aliran kubah pada masjid-masjid berkubah yang dibangun pada abad
kesembilan belas sampai pertengahan abad kedua puluh, dan kubah masjid-masjid
besar di kota-kota dapat dibaca aliran kubah mana yang diikuti, seperti: Masjid
Baiturrahman Aceh yang mengikuti tipologi kubah Indiah.[21] Masjid
Raya Sultan Deli,[22] Masjid
Al-Azhar,[23] dan
Masjid Istiqlal Jakarta.[24]
Masjid di Indonesia sering ditemui
corak-corak masukan dari luar yang sebelumnya telah menjadi suatu corak tertentu,
misalnya masuk unsur dari corak Timur-Tengah atau India (Bangladesh). Oleh
karena itu, maka penampilannya sebagai pengaruh yang telah menjadi corak
tersendiri pada bangunan mesjid di Indonesia hanyalah semata-mata karena
bentuknya yang telah mempesona orang yang telah menyaksikannya (misalnya di
India). Adapun faktor-faktor kegunaan, faktor fungsi bukanlah menjadi sebab
utama masuknya unsur luar tersebut.[25] Namun, karena
hanya ingin menghadirkan bentuk kubah pada masjid, atau hanya bentuk peniruan,
karena adanya anggapan bahwa kubah adalah bentuk simbol (Islam) atau ciri
menonjol bangunan masjid.[26]
Selain itu ada sekelompok orang (Islam)
yang ingin memperkuat kehadiran dari kubah ini dengan mengemukakan hasil
pemikiran tertentu tentang kubah, berupa uraian tentang terjemahan dari bentuk
kubah. Menurut pemikiran tersebut bentuk kubah yang bulat yang ujungnya yang
meruncing, adalah lambangnya dari bersatunya seluruh doa kaum muslimin yang
kemudian menjadi intisari sebelum ditujukan ke hadirat Tuhan Yang Maha tinggi.
Penafsiran ini tidak salah, sebab setiap bentuk akan mengandung ekspresi
tersendiri, meski tentu saja datangnya kemudian setelah bentuk kubah itu ada.
Melalui cara saling meniru maka gaya kubah ini melanda seluruh penampilan
masjid yang berlomba-lomba ingin menampilkan kubah.[27]
Pemaknaan kubah juga merujuk langit yang
tinggi. Karena langit merupakan hal yang sangat penting bagi orang muslim,
dimana terdapat banyak ayat Al-qur’an menyebutkan tentang langit, bumi dan
bintang-bintang dan pada saat bersamaan memikirkan kenapa langit berada pada
posisi yang tinggi. Secara konsep, persepsi masyarakat muslim dengan adanya
langit yang merupakan analogi[28] dari
sebuah kubah raksasa. Contoh analogi, seperti saat kita beribadah di tengah
padang pasir yang luas, lalau menengadah keatas, saat itu kita dapat melihat
langit seperti kubah besar melengkung, begitupun sama halnya apabila
kita berada di tengah lautan yang luas.[29]
Kubah adalah lengkung atap setengah
bulatan.[30] Kubah
merupakan ciri arsitektur Islam, meskipun bukan asli Islam.[31] Kubah
juga merupakan salah satu ciri arsitektur Islam sejak saat perkembangannya.
Kubah juga bagian bangunan Islam, pengaruh dari luar yaitu perpaduan arsitektur
Islam dan Barat melalui seni arsitektur Byzantium. Kubah dipilih sebagai bentuk
penutup atap yakni sebagai atap ruang inti titik sentral masjid. Dalam
perkembangan masjid Arab yang aslinya mempunyai lapangan tengah (dalam masjid)
yang asalnya atap masih terbuka. Pada bagian bawah atap yang masih terbuka
tersebut terdapat shan yang menampung air wudhu. Dalam
perkembangan selanjutnya, kumudian atap terbuka tersebut ditutup dengan kubah,
sehingga menjadi ruang inti seperti sekarang.[32]
Pilihan terhadap kubah sebagai penutup
atau atap di bagian ruangan utama ini rupanya menguntungkan ditinjau dari
berbagai kepentingan arsitektur. Sebagai bangunan yang menjadi perhatian utama,
maka masjid memerlukan penonjolan bentuk sehinggga dengan tampilanya kubah,
keperluan tersebut telah terpenuhi. Kubah juga merupakan bentuk kontinuitas
dari bentuk lengkung elemen-elemen bangunan seperti gapura, pintu, dan dinding
serambi. Dengan demikian tercapailah kesatuan watak dari masjid tersebut.[33]
Pemakaian kubah inipun mempunyai kaitan
yang erat dengan perkembangan konstruksi atap, serta kegunaannya sebagai
ungkapan psikologi bangunan penting Islam. Secara konstruksi kubah menyebabkan
adanya kebebasan ruangan yang lebih leluasa dan longgar, sehingga dapat
mengurangi deretan tiang yang biasanya banyak jumlahnya untuk mendukung bagian
atap bangunan (masjid tradisional), serta memperoleh ruangan yang luas.
Bangunan tampaknya lebih intim serta mantap dan kokoh dengan kubah sebagai inti
yang dominan terhadap bagian-bagian lainnya. Selain keluasan ruangan, dengan
berkubah kesan ruangan meninggi juga didapat. Kemudian muncul pengertian
tentang tanggapan terhadap masjid sebagai kesatuan yang utuh, masjid dapat
dilihat sebagai kesan objek yang mempunyai ciri-ciri khas, besar, megah dan
agung. Sedangkan sebagai manusia budaya juga mempunyai berbagai kesatuan wujud
dari perasaan kerohanian, pengertian, rasa keagamaan. Sehingga dapat
menampilkan bangunan masjid yang besar dan megah dan menjadi simbol
kebanggaan diri sebagai orang Islam.[34]
Sebenarnya dalam penggunaan kubah sebagai
konstruksi arsitektur atap bukan hanya dimonopoli oleh konsturksi atap masjid
atau tempat ibadah umat Islam, seperti di Palestina (Yerusalem), atap Gereja
Makam Suci juga beratap dengan dua kubah. Kubah besar terdapat pada banguan
induk gereja dan kubah lebih kecil terletak pada atap bangunan tambahan gereja
(anak bangunan). Sedangkan yang membedakan kubah Gereja Makam
Suci dengan kubah masjid pada umumnya adalah terletak pada lambang
salib diatas kedua kubanya.[35] Selain
itu gereja di Yerusalem yang menggunakan kubah adalah Gereja Maria Magdalena,
kubah gereja ini berbentuk kubah bawang yang berwarna kuning emas yang
berjumlah lima kubah. Disetiap kubanya terdapat lambang salib sehingga dapat
dibedakan dari kubah masjid.[36] Di
Indonesia penggunaan kubah pada bangunan rumah ibadah selain masjid, terdapat
pada Gereja Williams yang di bangun Belanda (VOC) pada tahun 1622 M di
Batavia (Jakarta).[37] Sedangkan
di Semarang sebua gereja berkubah (Protestan) bernama Gereja Belenduk. Kubah
Gereja Belenduk terbuat dari tembaga, dan gereja ini di bangun pada tahun 1753
M.[38]
Dalam hal pemakaian kubah sebagai
konstruksi bangunan pada atap bangunan selain rumah ibadah, seperti di Tunisia,
tepatnya di Kota Tozeur di wilayah Tunisia Tengah, rumah masyarakat
di Kota Tozeur menggunakan sistem lengkung kubah (berkubah). Kota Tozeur
dikenal dengan perkebunan dan pembibitan kurma yang berkualitas.[39] Selain
itu atap lengkung kubah juga digunakan pada atap-atap kuburan atau mauseloum.
Seperti kuburan keluarga raja-raja Tuggurt yang berbentuk kubah, terletak di
Oase Tuggurt[40] (Tonggourt).[41]
Sedangkan di Indonesia penggunaan atap
lengkung kubah pada kuburan terdapat di kompleks pemakaman Engku Putri
Permaisuri Sultan Mahmud di daerah yang disebut Dalam Besar, Provinsi Riau.[42] Situs
Kompleks Makam Yang Dipertuan Muda VI Raja Jakfar di Pulau Penyengat, Tanjung
Pinang.[43] Sedangkan
di Kota Palembang penggunaan atap lengkung kubah terdapat pada kompleks
pemakaman Sultan Palembang di Kawah Tekurep.[44] Penggunaan
kubah pada cungkup pemakaman Sultan Mahmud Baddaruddin I, adalah bentuk
pemakaian kubah pertama pada suatu bangunan Islam di Indonesia (Palembang).[45]
Oleh: Joni Apero.
Palembang, 2018.
Sumber: Skripsi Berjudul, Kajian
Sosiologis pada Transformasi Atap Masjid di Kota Palembang; Studi Atas Atap Tradisi
dan Atap Kubah. Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang, Sejarah
Peradaban Islam.
[3]Arch,
merupakan sistem konstruksi dasar dalam arsitektur yang digunakan untuk
menciptakan atap atau langit-langit. Konstruksi arch adalah bentang kaku yang
melengkung diantara dua titik penyangga, dan muncul dalam banyak variasi.
Sampai abad ke- 19, lengkungan dan lorong adalah satu-satunya alternatif selain
struktur kolom dan balok. Phillip K. Hitti, Histori of The Arabs,
Terj. Serambi, (Jakarta: Serambi, 2006), h. 13.
[4]Vault adalah
struktur berbentuk lorong, biasanya dibuat dari susunan bata atau langit-langit
ruangan, atap bangunan, atap penyangga langit-langit atau atap. Ibid.,
h. 13.
[7]Oloan
Situmorang, Seni Rupa Islam Pertumbuhan dan Perkembangannya, h. 25.
(Lambang bulan-bintang beberapa pendapat mengatakan bahwa lambang ini dahulu
adalah lambang panji-panji Islam di zaman Nabi Muhammad Saw. Oleh Khalifah Umar
dipopulerkan menjadi lambang resmi bendera Islam).
[11]Moor
atau Moorish adalah penyebutan Bangsa Barat untuk orang-orang muslim Arab,
Keturunan Arab di Spanyol, orang Aprika Barat, seperti Maroko di abad
pertengahan. Diakses dari, www.wikipedia/moorish.org, pada hari Selasa
14 Februari 2018, pukul 10:39 WIB.
[13]Dimana
masa kebangkitan Dinasti Abbasiyah, kelompok pengikut Abbasiyah membunuh semua
keluarga dan pengikut Dinasti Ummayah. Namun seorang keturunan Dinasti Ummaya
berhasil melarikan diri ke Andalusia, yaitu Abd al-Rahman ibn Mu’awiyah ibn
Hisyam ke Spanyol. Sebelumnya Spanyol telah ditaklukkan oleh Thariq ibn Ziyad
dan Gubernur Musa dimasa Dinasti Ummayah, yaitu Khalifah Al-Walid di Damaskus.
Philip K. Hitty, History of The Arabs, (Jakarta: Serambi Ilmu
Semesta, 2002), h. 365. 628. 631. 643.
[15]Dimana
orang-orang Arab muslim menaklukan kawasan Bulan Sabit Subur, Persia, Mesir,
Suriyah. Bukan hanya menaklukkan geografis tetapi tetapi juga pusat-pusat
peradaban tertua di dunia. Dimana kesatuan antara peradaban Mediterania di Asia
Barat mencapai titik puncaknya (terutama bangunan Islam, masjid). Philip K.
Hitty, History of The Arabs, h. 216-217.
[17]Pendapat
ini adalah bentuk perbandingan bentuk kubah setengah lingkaran yang terdapat
pada kubah Masjid Sultan Bayazid II. Oloan Situmorang, Seni Rupa Islam
Pertumbuhan dan Perkembangannya, h. 33. Dengan kubah Masjid Istiqlal
Jakarta. Abdul Rochym, Masjid dalam Karya Arsitektur Nasional Indonesia,
h. 132.
[19]Dimasa
Dinasti Abbasiyah penaklukan Asia Tengah dan Asia Selatan dimulai. Seperti
ekspedisi yang dipimpin oleh Muhammad Ibn Qasim pada 710 M, sampai ke
Balukistan, pada 711-712 berhasil menduduki Sindh di lembah bagian bawa delta
Sungai Indus. Philip K. Hitty, History of The Arab, h. 263.
[22]Masjid
Raya Medan dapat ditelusuri coraknya, yaitu mengikuti kubah gaya Timur-Tengah.
Abdul Rochym, Masjid dalam Karya Arsitektur Nasional Indonesia, h.
113.
[23]Masjid
Al-Azhar, mengadopsi penerapan kubah campuran corak India dan Timur
Tengah. Ibid., h. 128.
[24]Masjid
Istiqlal Jakarta, Apabilah di Telusuri mengikuti corak bentuk kubah aliran
Turki, seperti Masjid Sultan Bayazid di Istambul (1609 M). Oloan
Situmorang, Seni Rupa Islam Pertumbuhan dan Perkembangannya, h. 33.
[26]Ismail
R. Al-Faruqi dan Lois Lamya Al-Faruqi, Atlas Budaya Islam; Menjelajah
Khazana Peradaban Gemilang, terj. Ilyas Hasan, (Bandung: Mizan, 2003), h.
450.
[28]Analog
adalah Sama; Serupa. Kemudian menjadi analogi yang bermakna kias, persamaan
atau persesuaian antara dua benda atau hal yang berbeda; sesuatu yang sama
dalam bentuk, susunan atau fungsi, tetapi berlainan asal-usulnya sehingga tidak
ada hubungan kekerabatan; kesamaan sebagai ciri antara dua benda atau hal yang
dipakai untuk perbandingan. Daniel Haryono, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, h. 44.
[29]Cut
Azma Fithri, Alternatif Kubah sebagai Simbol Masjid dan Pengarunya pada Desain
Masjid-Masjid di Indonesia,” Artikel Pdf, Temu Ilmiah IPBLI, 2016.
[32]Shan adalah
bagian ruang paling tengah di dalam masjid pada masjid-masjid awal di Arab dan
masih terbuka juga bagian atas tengah atapnya, atau belum di pasang kubah
seperti sekarang, sehingga bagian tengah atap masih terbuka. Nah, shan tersebut
berbentuk kolam atau pancuran air untuk berwudhu yang bagian atas belum beratap
atau masih bentuk lobang di atap atas nya. Oloan Situmorang, Seni Rupa
Islam Pertumbuhan dan Perkembangannya, h. 24. Abdul Rochym, Masjid
dalam Karya Arsitektur Nasional Indonesia, h. 26.
[39]Adjeng
Hidayah Tsabit & Sri Pare Eni, Arsitektur Kuno & Modern
Tunisia-Afrika Utara, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2012), h. 44 &
46.
[40]Sebua
kota yang terletak di Provinsi Ouargla, Aljazair. Diakses
dari, www.wikipedia/touggourt.org, pada hari Senin 13
Februari 2018, pukul 21:01 WIB.
[44]Pemerintah
Kota Palembang Badan Perencanaan Pembanguan Daerah, Profil Kota Palembang,
(Palembang: T.pn., 2011), h. 25.
[45]J.L.
Van Sevenhoven, Lukisan Tentang Ibukota Palembang, terj. Sugarda
Purbakawatja, (Djakarta: Bharatara, 1971), h. 23. Perbandingan dari tahun
pembangunan kompleks pemakaman Kawa Tekurep yang dibangun tahun 1738 M. Djohan
Hanfiah, Palembang Zaman Bari, h. 63. Dengan masjid berkubah
pertama di Indonesia Masjid Sultan Riau di Pulau Penyengat yang di bangun pada
1832 M. Ahmad Dahlan, Sejarah Melayu, h. 375.
By. Apero Fublic.
Via
Sejarah Islam
Post a Comment