Surat Kita
Palembang, 18 November 2018.
Surat Cinta Untuk Jodohku
Apero Fublic.- Surat Kita. Gaungan
suara hati dalam doa. Menggema
bagai di pegunungan malam. Rindunya
hati seorang akan jodohnya. Hari
ini, ditanggal rindu, bulan menanti, dan tahun harapan.
Assalamualaikum
warohmatullahiwabarokatu.
Dear
jodoh, Ku. Wahai
hamba Allah, aku menyapamu di gelap malam, yang diterangi oleh para bintang dan
rembulan. Di sudut kamar yang gelap, bersama jatuhnya butir-butir air wudhu,
aku bersujud di hadapan mu, tuhan ku.
Aku ingin menulis surat rindu pada
jodohku, yang ada di dalam genggaman Mu. Aku siapkan tinta yang aku racik dari
rapalan doa. Sedangkan untuk menggoreskan surat cinta ini. Aku gunakan pena
yang tersusun dari sepulu jari-jari tanganku, menengada ke atas.
Dikau adalah jiwa dimana aku yang bengkok. Bersemayam di kedua belah
sisi tanganmu, jodohku. Akulah tulang rusukmu yang sedang memantaskan diri.
Untuk menjadi pendamping hidupmu. Aku tak tau kau siapa? di mana? lagi apa?
dengan siapa?. begitupun rupamu aku tidak tahu.
Jodohku,
atau mungkin kau sedang bersama orang lain. Dimana mereka mengakui dikau
miliknya. Padahal nantinya kau adalah takdirku. Terima kasih untuk mu, yang
telah menjaga jodohku, saat ini. Jodohku, saat kita bertemu dan bersatu kelak.
Kau akan menjadi pelengkap dan penyempurna diriku yang banyak kekurangan ini.
Dimana kau akan menerima apa adanya. Apa kelebihanku! kekuranganku!
pembimbingku!. Jodohku, kau menjadi imamku. Hidup di jalan yang diridhoi oleh
Allah subhana wataa’aallah.
Jodohku, aku disini menunggumu. Apakah di sana kau juga menungguku juga.
Apakah kau menyebut aku dalam doa-doamu. Kalau kita sama-sama menunggu, dan
sama-sama menanti. Timbul tenggelam yang menyita kesabaran.
Bahkan aku selalu
tenggelam dalam doa menjelang tidurku. Agar kita segerah dipertemukan dalam
ikatan cinta suci kita. Resah sebab kita tak berpacaran seperti orang-orang.
Kita saling menjaga diri dari dosa.
Kalau demikian bagaimana kita menyatunya. Bukankah seharusnya ada yang
mencari, dan ada yang menanti. Ada yang menunggu, dan ada juga yang mendatangi.
Tapi sudahlah, itu semua hanyalah persepsiku saja.
Bukankah doa yang telah
dipanjatkan. Nanti dengan skenario-Nya kita akan dipertemukan. Tanpa sengaja,
tidak terduga dan saling tidak menyangkah. Mungkin di masjid kita berpapasan, atau
di tokoh buku saat sama-sama membeli Al-Quran. Mungkin juga kau langsung datang
kehadapan ibu dan ayah untuk melamarku.
Wahai jodohku! maafkan aku yang pernah membagi cintaku dengan orang
lain. Sebelum aku bertemu dengan dirimu. Sebab kerinduanku padamu membuat aku
telah tertipu. Tertipu bujuk rayu setan dengan jalan berpacaran.
Berharap
dengan cinta yang lain. Yang aku sangkah dirimu, jodohku. Karena hasrat ingin
menemukanmu secepatnya membuat aku tidak dapat mengendalikan hati ini. Aku di
sini sudah memaafkanmu. Maka dari itu, dapatlah kiranya kita saling memaafkan
dan membuka jalan cinta yang sebenarnya, yang sesunggunya.
Wahai penyempurnaku, aku harap kita berjalan bedampingan sama langka
saat maju, dan sama langkah saat mundur. Aku tidak mau kau berjalan di
belakangku, begitu pun sebaliknya. Aku juga tidak mau kau berjalan didepanku,
begitupun sebaliknya.
Sebab aku akan terjatu, karena tidak berpegang pada
lengan tanganmu. Aku akan takut, saat bertemu sesuatu tanpa perlindunganmu.
Maka kita berjalan berdampingan ya!! nantinya. Kau di sisiku. Dan aku di
sisimu. Orang-orang berkata; cintailah aku karena Allah.
Aku yakin dengan nasihat orang-orang bijak yang berkata. Perbaikilah
dirimu, ibadahmu, maka Allah akan memperbaiki jodohmu. Mengapa aku percaya,
karena orang yang baik jodohnya untuk yang baik. Ibarat pepatah, jodohmu adalah
cerminan dari dirimu.
Semoga kita disegerahkan bertemu diwaktu yang tepat dan
keaadaan yang tepat pula. Jodohku, aku sunggu merindukanmu saat ini. Tuhan
segerahkanlah diri ini berjumpa dengan jodohku.
Wahai calon imamku. Nan jauh dihadirat Allah, sebenarnya banyak sekali
keluh kesah, akan rasa-rasa, gejolak jiwa yang ingin aku sampaikan. Tetapi
bagaimana aku dapat menceritakannya bila hati dalam resah kesepian.
Maka dari
itu, satu-satunya jalan, hanyalah doa dan berdoa. Kau tahu, air mata yang jatuh
ini, bukanlah kecengenganku, tetapi rasa syukur dan ketulusan menantimu, jodoh
ku. Datanglah. Datanglahhh. Datanglahhhhh. Dariku,
untukmu jodohku.
Oleh.
Yunita Herlina.
Editor: Desti. S.Sos.
Catatan:
Yang mau belajar menulis: mari belajar bersama-sama: Bagi
teman-teman yang ingin mengirim atau menyumbangkan karya tulis seperti puisi,
pantun, cerpen, cerita pengalaman hidup seperti cerita cinta, catatan mantera,
biografi diri sendiri, resep obat tradisional, quote, artikel, kata-kata
mutiara dan sebagainya. Kirim saja ke Apero Fublic.
Dengan
syarat karya kirimannya hasil tulisan sendiri, dan belum di publikasi di media
lain. Seandainya sudah dipublikasikan diharapkan menyebut sumber. Jangan
khawatir hak cipta akan ditulis sesuai nama pengirim. Sertakan nama lengkap,
tempat menulis, tanggal dan waktu penulisan, alamat penulis.
Jumlah
karya tulis tidak terbatas, bebas. Kirimkan lewat email: joni_apero@yahoo.com.
idline: Apero Fublic. whatsApp: 081367739872.
Messenger. Apero fublic. Karya kiriman tanggung jawab sepenuhnya dari pengirim.
Sy. Apero Fublic
Via
Surat Kita
Post a Comment