Sastra Klasik
Oleh. Aisyah Sulaiman.
Kolopon Naskah Syair Khadamuddin.
Telah selesai di cao Syair (Khadamuddin)
Yang amat indah citranya ini di matbaah al
Ahmadiyah nomor 82 Jalan Sultan Singapura
pada 16 Syawal 1345 bersamaan 18 April 1927.
Tiada dibenarkan siapa-siapa mengecapnya atau
menirunya melainkan dengan izin yang berkuasa
di dalam Matba’ah ini.[3]
Oleh: Joni Apero.
Editor. Selita. S.Pd.
Fotografer. Dadang Saputra.
Palembang, 25 Juni 2019.
Sumber dan Hak Cipta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Syair Khadamuddin, Jakarta, 1987.
Syair Khadamuddin. Syair Sastra Melayu Klasik
Apero Fublic.- Lembar
pertama dari naskah Sayir Khadamuddin, diawali dengan basmalah. Syair
Khadamuddin adalah bentuk sastra lama dari kesusastraan Melayu di Riau. Buku
syair Khadamuddin mendapat cap pertama dari penerbit “Matba’ah Al -Ahmadia 1342
Hijriah, Singapura (1926 Masehi). Syair Khadamuddin adalah hasil karya
pengarang yang bernama Aisyah Sulaiman Riau.
Merupakan salah satu karya yang
sangat populer dikalangan masyarakat Orang Melayu pada masa lalu. Syair ini,
mengisahkan sikap dan pandangan hidup serta kesetiaan seorang istri terhadap
seorang suami. Syair Khadamuddin bukan saja menjadi bacaan yang bersifat
hiburan, akan tetapi syarat dengan contoh teladan, pesan-pesan serta
nasihat-nasihat yang berguna bagi para istri yang ingin berbakti dan
mendambakan kebahagiaan dalam kehidupan rumah tangga.
Naskah Syair Khadamuddin yang ditranslitrasi atau dialih aksarakan
ke huruf latin, berdasarkan naskah koleksi Yayasan Kebudayaan Indera Sakti di
Pulau Penyengat di Tanjung Pinang. Bernomor 37/C-YIS-1983 dalam Katalog Koleksi
Naskah dan bahan-bahan lain milik yayasan tersebut. Syair khadamuddin ditulis
dengan aksara Arab-Melayu atau Aksara Jawi.
Isi buku setiap halaman terdiri
dari 10 bait dengan terdiri dari empat baris dalam setiap bait. Maka dengan
demikian ada kurang lebih 1490 bait, atau terdapat kurang lebih 5960 baris
kalimat. Dalam penggunaan bahasa menggunakan dialek Melayu yang khas. Pada
bagian terakhir buku Syair Khadamuddin di muat dengan daftar kata yang dianggap
tidak di mengerti umum, yang terdiri dari 155 halaman isi dan ditambah halaman
pelengkap.
Syair khadamuddin adalah hasil karya sastra Melayu yang ditulis seorang
wanita, Aisyah Sulaiman. Nama lengkapnya Raja Aisyah binti Raja Sulaiman Ibni
Ali Haji, pujangga Riau terkenal (1808-1870). Raja Aisyah Sulaiman, selanjutnya
disebut Aisyah Sulaiman saja, sebagaimana tercatat di dalam Syair Khadamuddin.
Lahir dan dibesarkan di Pulau Penyengat, dan berpulang di Johor pada tahun
1930-an, dikebumikan diperkuburan diraja Johor “Mahmudiah.” Aisyah Sulaiman bersuami
Raja Khalid Hitam bin Raja Haji Hassan ibni Raja Ali Haji, keduanya menikah
bersepupu. Raja Khalid Hitam bekas bentara kiri Kerajaan Riau-Lingga merupakan
juga seorang tokoh terkemuka di kalangan istana-istana Melayu, seperti Johor,
Terengganu, dan Pahang.
Raja adalah gelar bangsawan di kesultanan Melayu
Riau-Lingga keturunan Bugis. Kemudian, Setelah pemecatan Sultan
Riau-Lingga terakhir Abdul Rahman Muazam Syah pada tahun 1911, oleh
Pemerintahan Kolonial Belanda. Sultan meninggalkan Riau-Lingga, begitu pun
Aisyah Sulaiman bersama suaminya juga pergi meninggalkan Riau-Lingga, ke
Singapura lalu ke Johor.
Syair Khadamuddin di translitrasi oleh Hamzah Yunus dan diterbitkan oleh
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Rebuplik Indonesia pada tahun 1987. Bentuk
program dari Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Melayu yang berada
dalam pengawasan Direktorat Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia.
Kata pengantar ditulis oleh Drs. Mohammad Daud
Kadir di Pekan Baru Riau, tahun 1987. Berikut adalah cuplikan syair
khadamuddin, terdiri dari halaman pertama, halaman pertengahan, dan halaman
terakhir.
SYAIR KHADAMUDDIN
Bismillahirrahmanirrahim.
Alham dulillah Tuhan yang Esa
Bersifat kesempurnaan senantiasa
Menjadikan langit bumi dan desa
Limpah rahmatNya tiap-tiap masa
Selawat dan salam diiring pula
Atas junjungan batu kepala
Saidina Muhammad Rasul yang ‘ala
Andai taulannya keluarga segala.
Tengah malam nyata sempurna
Ayam berkokok menderu bahna
Menambah hatiku gundah gaulana
Mengenangkan bangsa hamba yang hina.
Bulan pun terang bersinar cahaya
Menyuluhi alam serta dunia
Berkilatan daun-daun disinari dia
Dituliskan syair seberapa daya
Alun berolak julang-menjulang
Angin keras bukan kepalangan
Terpaksa disini sebuah pencalang
Menurunkan diri daripada galang.
Terdiri tiang layar pun cikar
Kemudi dipusing sauh dibongkar
Menurut kehendak hati yang tegar
Bene dan ombak musti dilanggar
Karena sudah terpaksa mara
Melalui alun tengah segara
Bukan sahaja bukan dikira
Harapan Tuhan yang memelihara
Sungguh bukan laut selbu
Tetapi banyak karang terumbu
Angin keras datang berdebu
Tukallah kami di situ menyerbu
Karena sudah dahulu dikhabar
Ialah kekuatan Malikul Jabar
Terjadi bayangan suatu gambar
Boleh juga diambil iktibar.[1]
SYAIR KHADAMUDDIN
Bismillahirrahmanirrahim.
Alham dulillah Tuhan yang Esa
Bersifat kesempurnaan senantiasa
Menjadikan langit bumi dan desa
Limpah rahmatNya tiap-tiap masa
Selawat dan salam diiring pula
Atas junjungan batu kepala
Saidina Muhammad Rasul yang ‘ala
Andai taulannya keluarga segala.
Tengah malam nyata sempurna
Ayam berkokok menderu bahna
Menambah hatiku gundah gaulana
Mengenangkan bangsa hamba yang hina.
Bulan pun terang bersinar cahaya
Menyuluhi alam serta dunia
Berkilatan daun-daun disinari dia
Dituliskan syair seberapa daya
Alun berolak julang-menjulang
Angin keras bukan kepalangan
Terpaksa disini sebuah pencalang
Menurunkan diri daripada galang.
Terdiri tiang layar pun cikar
Kemudi dipusing sauh dibongkar
Menurut kehendak hati yang tegar
Bene dan ombak musti dilanggar
Karena sudah terpaksa mara
Melalui alun tengah segara
Bukan sahaja bukan dikira
Harapan Tuhan yang memelihara
Sungguh bukan laut selbu
Tetapi banyak karang terumbu
Angin keras datang berdebu
Tukallah kami di situ menyerbu
Karena sudah dahulu dikhabar
Ialah kekuatan Malikul Jabar
Terjadi bayangan suatu gambar
Boleh juga diambil iktibar.[1]
....................................................
Istimewa pula yang maha mulia
Telah sudah berjanji setia
Dengan suamiku saudagar yang kaya
Ikatan saudara selama dunia
Bertambahlah kuat patik nan kira
Tuanku bapa tuanku saudara
Tiadalah tempat manja dan mesra
Melainkan hanya Seri Betara
Karena itulah disembahkan terang
Hal patik masa sekarang
Di negeri ini beberapa orang
Hendak melakukan bengis dan garang
Pada hal telah diketahuinya tentu
Hal antara suamiku itu
Bersumpah setia janji bersatu
Dunia akhirat bersekutu.
Jika menyalahi salah seorangnya
Tiada selamat selama hidupnya
Ialah munafik amat jahatnya
Takutlah patik terjatuh didalamnya
Itulah tuanku sebabnya kami
Maka tiada mahu bersuami
Tidak selamat hidup di bumi
Allah taalah menghukummi
Pada hal adalah ini rahasia
Dengan sebenar kuterangkan dia
Masih juga tiada percaya
Hingga patik hendak di aniayah.
Masing-masing beratas-atasan
Hendak melakukan akan kekerasan
Dengan tiada ingat perasaan
Tidaklah itu menjadi bosan.
Siti berkata tersedan-sedan
Bahwa sesunggunya tiadalah padan
Dibawah naungan Malik mahidan
Patik tak senang hati dan badan.
Kemujuran ada Tuhan memberi
Sabar dihati patik yang qari
Tiada patik pergi dan lari
Kepada Raja di lain negeri[2]
Istimewa pula yang maha mulia
Telah sudah berjanji setia
Dengan suamiku saudagar yang kaya
Ikatan saudara selama dunia
Bertambahlah kuat patik nan kira
Tuanku bapa tuanku saudara
Tiadalah tempat manja dan mesra
Melainkan hanya Seri Betara
Karena itulah disembahkan terang
Hal patik masa sekarang
Di negeri ini beberapa orang
Hendak melakukan bengis dan garang
Pada hal telah diketahuinya tentu
Hal antara suamiku itu
Bersumpah setia janji bersatu
Dunia akhirat bersekutu.
Jika menyalahi salah seorangnya
Tiada selamat selama hidupnya
Ialah munafik amat jahatnya
Takutlah patik terjatuh didalamnya
Itulah tuanku sebabnya kami
Maka tiada mahu bersuami
Tidak selamat hidup di bumi
Allah taalah menghukummi
Pada hal adalah ini rahasia
Dengan sebenar kuterangkan dia
Masih juga tiada percaya
Hingga patik hendak di aniayah.
Masing-masing beratas-atasan
Hendak melakukan akan kekerasan
Dengan tiada ingat perasaan
Tidaklah itu menjadi bosan.
Siti berkata tersedan-sedan
Bahwa sesunggunya tiadalah padan
Dibawah naungan Malik mahidan
Patik tak senang hati dan badan.
Kemujuran ada Tuhan memberi
Sabar dihati patik yang qari
Tiada patik pergi dan lari
Kepada Raja di lain negeri[2]
.....................................................
Dengan sebaik-baik namanya indah.
Disebut maknusia tiada bersudah.
Segala suriatnya mengikut kaedah
Ketinggiannya itu tiada rendah.
Hingga ini citra berhenti
Segala pembaca paham mengerti
Perempuan setia terlalu bakti
Dikasihani oleh Rabul ‘izati
'Akasnya itu perempuan mungkir
Tiada sempurna akal dan pikiran
Memurahkan diri tiada kikir
Akhirnya menjadi hina dan fakir
Wassalam hingga inilah
Mintak ampun kepada Allah
Segala pembaca mintak ma’aflah
Zahir batin khilap tersalah.
Dengan sebaik-baik namanya indah.
Disebut maknusia tiada bersudah.
Segala suriatnya mengikut kaedah
Ketinggiannya itu tiada rendah.
Hingga ini citra berhenti
Segala pembaca paham mengerti
Perempuan setia terlalu bakti
Dikasihani oleh Rabul ‘izati
'Akasnya itu perempuan mungkir
Tiada sempurna akal dan pikiran
Memurahkan diri tiada kikir
Akhirnya menjadi hina dan fakir
Wassalam hingga inilah
Mintak ampun kepada Allah
Segala pembaca mintak ma’aflah
Zahir batin khilap tersalah.
Oleh. Aisyah Sulaiman.
Kolopon Naskah Syair Khadamuddin.
Telah selesai di cao Syair (Khadamuddin)
Yang amat indah citranya ini di matbaah al
Ahmadiyah nomor 82 Jalan Sultan Singapura
pada 16 Syawal 1345 bersamaan 18 April 1927.
Tiada dibenarkan siapa-siapa mengecapnya atau
menirunya melainkan dengan izin yang berkuasa
di dalam Matba’ah ini.[3]
Oleh: Joni Apero.
Editor. Selita. S.Pd.
Fotografer. Dadang Saputra.
Palembang, 25 Juni 2019.
Sumber dan Hak Cipta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Syair Khadamuddin, Jakarta, 1987.
Catatan: Yang
mau belajar menulis: mari belajar bersama-sama: Bagi
teman-teman yang ingin mengirim atau menyumbangkan karya tulis seperti puisi,
pantun, cerpen, cerita pengalaman hidup seperti cerita cinta, catatan mantera,
biografi diri sendiri, resep obat tradisional, quote, artikel, kata-kata
mutiara dan sebagainya.
Kirim saja ke Apero Fublic. Dengan syarat karya kirimannya hasil tulisan sendiri, dan belum di publikasi di media lain. Seandainya sudah dipublikasikan diharapkan menyebut sumber. Jangan khawatir hak cipta akan ditulis sesuai nama pengirim.
Sertakan nama lengkap, tempat menulis, tanggal dan waktu penulisan, alamat penulis. Jumlah karya tulis tidak terbatas, bebas. Kirimkan lewat email: fublicapero@gmail.com atau duniasastra45@gmail.com. idline: Apero Fublic. Messenger. Apero fublic. Karya kiriman tanggung jawab sepenuhnya dari pengirim.
Kirim saja ke Apero Fublic. Dengan syarat karya kirimannya hasil tulisan sendiri, dan belum di publikasi di media lain. Seandainya sudah dipublikasikan diharapkan menyebut sumber. Jangan khawatir hak cipta akan ditulis sesuai nama pengirim.
Sertakan nama lengkap, tempat menulis, tanggal dan waktu penulisan, alamat penulis. Jumlah karya tulis tidak terbatas, bebas. Kirimkan lewat email: fublicapero@gmail.com atau duniasastra45@gmail.com. idline: Apero Fublic. Messenger. Apero fublic. Karya kiriman tanggung jawab sepenuhnya dari pengirim.
Sy. Apero Fublic
Via
Sastra Klasik
Post a Comment