Syarce
Ulandari. Terutukmu Ayah
Apero
Fublic.- Syarce. Pernahkah kau menatap langit, tanpa matahari, atau tanpa
bulan. Bukankah gelap terasa dunia ini. Pernahkan kau bertanya, bagaimana dunia
ini tanpa sosok ayah??? Jangan tanyakan padaku, sebab kita memiliki seorang
ayah, dan tentu hatimu dapat menjawabnya.
Sosok
seorang ayah adalah idolah pertama dari anaknya. Seorang ayah juga bentuk cinta
pertama dari putrinya. Dimana lelaki yang selalu menjadi pujaannya sepanjang
masa. Seorang ayah selalu bekorban dan bersabar dalam menghadapi tingkah
anak-anaknya.
Kadang hatinya terluka dan tersinggung sebab kenakalan anaknya.
Kadang dia begitu kecewa dengan perbuatan anaknya. Namun, ayah tetap bersabar
dan kadang rela mengalah. Karena dia bijaksana sekali, hatinya berkata,
"anakku belum dewasa, dia masih anak-anak" tetapi sesunggunya walau
kita sudah dewasa sekalipun sifat itu masih juga melekat di jiwanya.
Bila sunyi
dia termenung dengan tenang. Terbayang masa mudanya dahulu, bebas dan tanpa
beban. Ingin dia mengulang masa-masa bebas itu. Tetapi kebebasan itu telah di
rampas oleh anak dan istrinya. Apabila tangan halus telah menyentuh tubuhnya,
bagai ikatan tali kuat sehingga jiwa petualang lelaki terkubur dalam jasad yang
semakin menua.
Kalian tahu, kadang seorang ayah sedikit merendahkan dirinya untuk
sesuatu, entah itu masalah pekerjaan atau hinaan orang. Mengertilah, seorang
lelaki sampaikan kapanpun tetap lelaki, sifat kasar tidak akan hilang.
Dia
ingin memberontak, sama seperti lelaki muda lainnya. Dia juga punya amarah,
punya emosi, punya harga diri yang tinggi. Namun demi anak dan keluarganya
hal-hal itu dia abaikan, dan relah dalam tertekan jiwanya. Dia merunduk dalam
rintihan pedih.
Satu hal, setiap kali dia ingin berbuat kesalahan, dimatanya
terbayang senyum-senyum anak-anaknya, yang butu kasih sayang, butuh nafka,
butuh perhatian, harus ada yang menjaganya. Sehingga redam semua amarahnya. Dia
biarkan goresan-goresan luka, tetapi tetap tersenyum dan terlihat bahagia.
Orang bilang lelaki jarang menangis, tetapi sesunggunya tangisan lelaki
itu lebih dahsyat dari tangisan seribu tangisan wanita. Mungkin seorang anak,
seorang istri, tidak pernah melihat tangisan itu. Tangisan itu terletak di
dalam uluh hatinya yang paling dalam.
Kalau kita ingin melihat seberapa banyak
tangisan itu. Lihatlah pada tubunya yang semakin lema, lihat pada langkahnya
yang semakin lamban, matanya yang semakin buram, kulitnya yang semakin keriput.
Disanalah tangisan itu dia simpan seorang diri. Tidak dia mengadu pada kita,
pada ibu kita, pada sesiapapun.
Sayangilah ayahmu dengan ketulusan hati. Jaga
hargadirimu apabila kau seorang gadis, dan jadilah manusia yang baik. Sehingga
dia akan bangga akan engkau, dan merasa berhasil di dunia ini. Menyayangi ayah
bukan dengan salim tangan saat kita pergi, tetapi menjadi manusia baik saat
jauh darinya, bahkan sampai dia tiada suatu hari nanti. Dariku untukmu ayah.
AYAH
Hatiku merasa sakit.
Napasku terasa sesak.
Kala kulihat dari
kejauhan.
Wajah keriput yang penuh
keringat.
Wajah lelah namun tetap
semangat.
Wajah yang menyimpan luka.
Namun tetap mampu tertawa.
Wajah penuh kerinduan
dengan perhatian.
Wajah yang penuh harapan.
Iya itu wajah seorang
ayah.
Wajah yang, aku pernah tak
ingin melihatnya.
Saat aku marah.
Tapi tetap ia memberikan
perhatian.
Wajah yang pernah aku
benci.
Saat permintaanku tak
terpenuhi.
Tapi tetap mengajariku
dengan baik.
Hari ini.
Dari kejauhan aku pandangi.
Wajah yang sudah tua itu.
Wajah yang penuh
penderitaan itu.
Kulitnya makin keriput.
Bahunya makin kecil.
Tubuhnya makin
membungkuk.
Tersentak air mataku jatuh
tak tertahan.
Tepikir dalam benakku.
Mampukah aku.
Mampukah diriku ini.
Mampukah,
Jiwa dan ragaku ini
membahagiakannya.
Mampukah Aku.
Tidak melukai hatinya.
Mampukah aku.
Tidak membuatnya
meneteskan air mata.
Mampukah aku
membahagiakannya.
Mampukah diriku membuatnya
bangga
Mampukah aku merawatnya
dengan baik.
Ketika ia sudah lemah dan
tak berdaya.
Mampukah aku menghiburnya
ketika ia susah.
Bukan malah aku yang
membuatnya tambah susah.
Sebuah tanya dalam jiwaku.
Mungkin jua sebuah janjiku.
Ayah.
Oleh. Ulandari.
Ogan Ilir, 1 Februari 2019.
Sumber foto. Ulandari.
Kategori. Syarce Fiksi
Editor. Joni Apero.
Sekilas
tentangku. Nama lengkap Ulandari, biasa dipanggil Ulan saja. Lahir di Rantau
Panjang, Ogan Ilir, Sumatera Selatan, pada tanggal 9 September 1997. Aku
memiliki hobi membaca, terutama buku-buku biologi. Selain membaca aku juga hobi
menulis, memasak, dan jalan-jalan.
Warna kesukaan banyak, seperti hijau,
biru, pink, ungu, dongker, dan maroon. Untuk makanan favoritku, menyukai bakso
dan mie ayam. Aku juga suka makan nasi putih. Iyalah nasi putih itu makanan
pokok orang Indonesia. Sekarang aku sedang menempuh studi di Universitas
Sriwijaya (UNSRI), dengan bidang studi ilmu biologi, di Fakultas Keguruan Ilmu
Pendidikan.
Kalau motoku, "ala bisa karena biasa, takkan berhenti
perjuangan sebelum tercapai keinginan. PesanKU, Jangan lupa untuk
bersyukur atas apa yang telah Allah berikan, Allah tentukan, dan apa yang
ditakdirkan-Nya, karena sabaik-baiknya rencana seorang manusia. Tak sesempurna
rencana Allah yang telah dipersiapkan-Nya untuk hambanya. #Salam sastra kita.
Sy. Apero Fublic
Via
Syarce
Post a Comment