Pariwisata
Wisata dan Belajar. Museum Etnobotani Indonesia
Apero Fublic.- Jalan
berliku, menyusuru ujung pulau Sumatera. Dari Pelabuhan kami menyemberangi
selat Sunda. Buayan ombak membuat tarian pada lambung kapal, dan seolah kami
hanyalah potongan kecil yang merayap. Hanya ada langit yang bagai kubah
melingkupi perjalanan di selat Sunda. Kemudian barulah kami melihat titik kecil
yang timbul tenggelam.
Lama semakin lama, tibalah kami di pulau Jawa.
Perjalanan ini adalah rangkaian exspedisi kami dalan studi, Praktik Kulia
Lapangan (PKL), dari FKIP-Biologi, Universitas Sriwijaya. Kota pertama yang
masuk agenda yang sesuai dengan jurusan biologi adalah Kota Bogor. Di Bogor
tempat pertama kami kunjungi adalah Musium Etnobotani. Seperti biasa di tempat
yang ramai pengunjungnya, adalah menghadirkan pedagang.
Para pedagang
menawarkan barang dagangan, souvenir, fotografi, dan sebagainya. Kegiatan
pertama adalah kulia umum, mengenai musium etnobotani, dan tentang musium
tentunya. Saat masuk, mata kami langsung tertuju dengan berbagai material
koleksi museum. Sedangkan sejarah singkat awal pendirian Museum Etnobotani, yaitu
berawal dari gagasan Prof. Sarwono Prawihardjo yang ketika itu menjabat
sebagai ketua Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
Sekaligus
bertepatan dengan peletakan batu pertama dalam pembangunan gedung baru
Herbarium di tahun 1962. Tetapi gagasan tersebut
baru terealisasi serta dilanjutkan, ketika Dr. Setiaji
Sastrapradja memegang jabatan Direktur Lembaga Biologi
Nasional (LBN), pada tahun 1973.
Setelah melalui proses
yang cukup panjang, dan akhirnya museum tersebut dapat
terwujud. Peresmiannya pada tahun 1982 oleh Menristek waktu
itu Prof. Dr. Ing. B. J. Habibie. Dengan tema “Museum Etnobotani
Indonesia, Pemanfaatan Tumbuhan Indonesia."
Pada
kulia umum kami dikenalkan dengan buah-buah lokal yang sudah langkah di zaman
sekarang. Setelah dirasakan cukup, kemudian kami di bentuk beberapa kelompok.
Setiap kelompok dipandu oleh seorang pemandu, dalam berkeliling museum.
Pada
saat mengelilingi museum, kami mulai mencatat, memfoto, atau bertanya pada pemandu
tentang objek koleksi museum. Salah satu objek favorit
kami adalah awetan basah. Pada bagian awetan basah tersebut terdapat banyak
sekali awetan-awetan basa yang berjajar rapi. Sehingga memiliki nilai estetika
cantik, sekaligus memiliki makna saintis.
Koleksi awetan basa
adalah, terbuat dari tumbuh-tumbuhan. Diantaranya merupakan tanaman obat, dan
juga tanaman pangan. Kemudian kami juga dikenalkan dengan awetan kering. Awetan
kering yang menjadi koleksi, di jajarkan sehingga tampak menarik. Selain itu,
awetan kering juga memiliki nilai ekonomis.
Awetan kering terdiri
dari tumbuhan-tumbuhan lokal yang digunakan sebagai bahan obat tradisional.
Selain itu, memberikan penjelasan tentang jenis-jenis tumbuhan asal dari setiap
daerah. Dengan demikian terdapat banyak pengetahuan keanekaragaman tumbuhan.
Maka dapat menunjukkan keberagaman luar biasa yang merupakan karunia
Sang Ilahi.
Selanjutnya kami ke bagian koleksi herbarium. Herbarium adalah material
tumbuhan yang telah di awetkan. Baik awetan basa atau awetan kering. Ruang
herbarium pertama, menyajikan herbarium dari berbagai macam tumbuhan. Selain
menampilkan herbarium juga menyajikan cara-cara pembuatan herbarium mulai dari
pencarian spesimen, pengepakan, dan penyimpanan dan penjahitan.
Ruangan
kedua adalah Ruangan Sejarah Rempah. Hampir sama dengan ruangan rempah di awal,
ruangan ini juga menyajikan berbagai macam rempah-rempah yang tersebar di
seluruh pelosok Nusantara. Di ruangan ini, kita bisa mempelajari berbagai macam
rempah-rempah yang ada di Indonesia.
Dari sejarah dan penyebarannya di berbagai
pulau Indonesia. Sedangkan Ruangan Keanekaragaman Rempah-rempah, kita dapat
menemukan berbagai macam rempah-rempah yang digunakan untuk berbagai macam
keperluan mulai dari bahan pangan sampai dengan obat-obatan.
Pada ruangan Sejarah Rempah, kita akan melihat ruangan yang diberi nama
Ruang Emas Hijau Nusantara (gaharu). Gaharu sendiri adalah pohon yang memiliki
harga jual yang tinggi karena memiliki aroma yang wangi sehingga banyak dicari
oleh produsen pembuat produk minyak wangi.
Nah di ruangan ini, Traveler bisa
melihat sejarah dan perkembangan dari pohon gaharu, kegunaan dari gaharu serta
produk-produk yang merupakan hasil dari olahan pohon gaharu. Diujung ruangan
ini kami melihat berbagai macam stand-stand. Stand-stand ini adalah stand yang
menyajikan berbagai macam jenis umbi-umbian beserta olahan-olahannya.
Mulai
sebagai bahan makanan pokok, makanan ringan, sereal sampai dengan jenis
umbi-umbian yang merupakan hasil dari penyilangan. Di belakang stand
umbi-umbian, terdapat stand batik dimana kita bisa melihat berbagai macam motif
batik yang dibuat dengan menggunakan pewarna alami dari tumbuh-tumbuhan.
Dari lantai atas, sekarang saatnya kami menuju ke lantai bawah museum.
Di lantai bawah adalah ruangan yang bertemakan Pemanfaatan Tumbuhan Indonesia.
Di ruangan ini, kami bisa melihat berbagai macam koleksi benda-benda atau
alat-alat yang berbahan dasar tumbuh-tumbuhan yang ada di seluruh Indonesia.
Koleksinya antara lain seperti anyam-anyaman, perkakas & alat berburu,
alat bercocok tanam, alat memancing, pakaian tradisional suku pedalaman,
alat musik, obat-obatan, koleksi basah, permainan tradisonal anak, senjata
tradisional, jenis-jenis kayu yang di manfaatkan dan lain-lain.
Luar biasa sekali memasuki museum Sejarah Nasional Indonesia. Kalau
kalian pergi berkunjung ke Bogor, rasanya rugi tidak berkunjung ke museum
tersebut. Pengalaman luar biasa sekali. Memasuki musium terasa sekali kalau
negeri kita ini kaya dan luas. Beragam dan berbeda-beda tapi satu. Berkunjung
kesini memberikan pengetahuan yang sangat besar bagi kita.
Kita dapat tenggelam
ke masa lalu bangsa kita, atau kita masuk kedalam alam kebanggan menjadi orang
Indonesia. Bagi adik-adik mahasiswa yang akan PPL, KKN, PKL, jangan hanya datang
ketempat-tempat yang hanya memberikan pemandangan, tetapi kunjungi juga
tempat-tempat bersejarah, dan museum. Hidup itu yang dibanyakkan adalah
belajar, bukan tertawa atau hura-hura. Oke, terima kasih. wassalam.
Oleh.
Ulandari.
Bogor,
Maret 2017.
Praktik
Kulia Lapangan, FKIP-Biologi, Universitas Sriwijaya.
Sumber
Foto. Ulandari.
Editor. Selita. S.Pd.
Publikasi. 24 Juni 2020.
Catatan:Yang mau belajar menulis:
mari belajar bersama-sama: Bagi
teman-teman yang ingin mengirim atau menyumbangkan karya tulis seperti puisi,
pantun, cerpen, cerita pengalaman hidup seperti cerita cinta, catatan mantera,
biografi diri sendiri, resep obat tradisional, quote, artikel, kata-kata
mutiara dan sebagainya.
Kirim saja ke Apero Fublic. Dengan syarat
karya kirimannya hasil tulisan sendiri, dan belum di publikasi di media lain.
Seandainya sudah dipublikasikan diharapkan menyebut sumber. Jangan khawatir hak
cipta akan ditulis sesuai nama pengirim.
Sertakan nama lengkap, tempat menulis,
tanggal dan waktu penulisan, alamat penulis. Jumlah karya tulis tidak terbatas,
bebas. Kirimkan lewat email: joni_apero@yahoo.com. idline: Apero
Fublic. whatsApp: 081367739872. Messenger. Apero fublic. Karya
kiriman tanggung jawab sepenuhnya dari pengirim.
By. Apero Fublic
Via
Pariwisata
Post a Comment