Sastra Kita
Dawai Mentari Pagi
Apero
Fublic.- Banyaknya permasalahan hidup kadang membuat kita skeptis.
Kebaikan kita sering dimanfaatkan. Kejujuran kita dibalas dengan tusukan yang
pedih dari belakang. Begitupun semua yang kita harapan selalu tidak sesuai
harapan.
Menurutku warna biru adalah warna abadi. Sedangkan pink adalah warna kelembutan wanita. Aku memiliki sifat cuuek kalau belum mengenal orang dengan baik. Tapi kalau sudah kenal aku jamin akan akrab dan humoris, baik, dan juga ramah.
Kalau makanan kesukaanku adalah bakso, dan merujak yang pedes-pedas. Motonya, banyak jalan menuju Mekkah. Pesanya jangan terlalu berharap pada manusia karena Allah nanti marah.
Lalu kita merasa lemah dan menjadi sia-sia apa yang kita lakukan.
Kadang muncul dari dalam hati untuk berhenti menjadi peduli, berhenti baik.
Begitulah yang kita rasakan bukan. Namun ketikah kita menuju Allah dan
mengikhlaskan karena Allah.
Perlahan semua terhapus dan berurai kebahagiaan.
Sehingga aku menjadi diriku yang sekarang. Aku tidak lagi menuntut pada
kehidupan untuk diperlakukan seperti yang aku inginkan. Sekarang aku seperti
mentari yang tetap bersinar menunaikan tugasnya.
Matahari tidak meminta mahluk di alam ini menghargainya. Mentari tidak
peduli manusia memperhatikannya. Matahari tidak meminta dia disanjung dengan kebaikannya.
Andai matahari merajuk dan memadamkan sinarnya. Tentu semua makhluk di dunia
akan dalam kegelapan. Perlahan tetumbuhan akan mati.
Air tak dapat menguap
untuk menjadi hujan. Tumbuhan tidak dapat membakar zat yang menyebabkan
bua-buahan berbuah. Tapi apakah manusia pernah berkata, terimakasi matahari.
Tidak, mereka hanya sibuk bekerja dan menanam. Aku akan seperti mentari.
Bersinar dan bercahaya disepanjang waktu dan masa.
SENYUM MENTARI.
Saat gulita berganti fajar.
Kicauan burung kembali terdengar.
Angin bertiup pelan.
Menari perlahan mengikuti simfoni.
Peri hutan mulai menghilang.
Berganti dengan peri langit.
Saat pohon seakan melambai.
Rerumputan ramah tersenyum.
Menyambut mentari di ufuk timur.
Sungguh.
Keindahan alam terasa sempurna.
Membuat orang jatuh terpanah.
Seperti rindu yang terlalap angin.
Tentu ia akan melayang kemana-mana.
Kulihat bungah bermekaran.
Menyambut pagi nan cerah.
Oleh: Winda Ariska.
Editor. Desti. S.Sos.
PALI, 23 November 2018.
Sekilas tentang aku. Namaku Winda Ariska, aku lahir di Tempirai Kabupaten PALI, pada tahun 1997. Kesibukanku sehari-hari adalah mengajar dan kulia di sebuah universitas di Sumatera Selatan. Aku menyukai warna biru dan pink.
SENYUM MENTARI.
Saat gulita berganti fajar.
Kicauan burung kembali terdengar.
Angin bertiup pelan.
Menari perlahan mengikuti simfoni.
Peri hutan mulai menghilang.
Berganti dengan peri langit.
Saat pohon seakan melambai.
Rerumputan ramah tersenyum.
Menyambut mentari di ufuk timur.
Sungguh.
Keindahan alam terasa sempurna.
Membuat orang jatuh terpanah.
Seperti rindu yang terlalap angin.
Tentu ia akan melayang kemana-mana.
Kulihat bungah bermekaran.
Menyambut pagi nan cerah.
Oleh: Winda Ariska.
Editor. Desti. S.Sos.
PALI, 23 November 2018.
Sekilas tentang aku. Namaku Winda Ariska, aku lahir di Tempirai Kabupaten PALI, pada tahun 1997. Kesibukanku sehari-hari adalah mengajar dan kulia di sebuah universitas di Sumatera Selatan. Aku menyukai warna biru dan pink.
Menurutku warna biru adalah warna abadi. Sedangkan pink adalah warna kelembutan wanita. Aku memiliki sifat cuuek kalau belum mengenal orang dengan baik. Tapi kalau sudah kenal aku jamin akan akrab dan humoris, baik, dan juga ramah.
Kalau makanan kesukaanku adalah bakso, dan merujak yang pedes-pedas. Motonya, banyak jalan menuju Mekkah. Pesanya jangan terlalu berharap pada manusia karena Allah nanti marah.
Sy. Apero Fublic
Via
Sastra Kita
Post a Comment