e-Biografi Tokoh
e-Biografi Sastrawan Indonesia. Rendra
Apero Fublic.- Rendra
lahir pada 7 November 1935 di Solo, Jawa Tengah, bernama Willibrodus Surendra
Broto. Kemudian beliau mengganti namanya setelah masuk Islam, menjadi seorang
mualaf. Namanya kemudian diganti menjadi Wahyu Sulaiman Rendra, yang kemudian
dikenal dengan nama pena, Rendra.
Daratan adalah rumah kita
Rendra bukan hanya seorang penyair, tetapi
beliau juga seorang penulis cerpen. Di antara antologi sajak-sajak yang ditulis
Rendra, seperti Ballada Orang-Orang Tercinta (1957), Empat
Kumpulan Sajak (1961), Blues Untuk Bonie (1971), Orang-Orang
Dari Rangkasbitung (1992). Sedangkan untuk antologi cerita pendeknya di muat dalam antologi, Ia
Sudah Bertualang (1993).
Beliau pernah mendapat hadiah Sastra Nasional
dari Badan Musyawarah Kebudayaan Nasional (BMKN). Dia di nobatkan sebagai
seorang penyair terbaik Indonesia tahun 1955-1956. Selain dunia tulis menulis,
beliau juga menekuni dunia drama.
Di antara gubahan dramanya, seperti Orang-Orang
di Tikungan Jalan (1954), yang kemudian meraih hadiah utama dari
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Karya selanjutnya
bertema, Penembahan Reso pada tahun 1988. Ada beberapa buku
panduan bermain drama yang ditulis oleh beliau, yaitu yang berjudul Tentang
Bermain Drama (1976).
Beliau juga memenangkan Hadiah Utama untuk karya non-fiksi dari Yayasan
Buku Utama, Lalu Seni Drama Untuk Remaja (1993). Untuk
buku-buku drama yang diterjemahkan beliau seperti, berupa Trilogi karya
Sophocles, Oidipus sang Raja (1976), Oidipus di
Kolonus (1976), dan Antigone (1976).
Karena
kreativitas dan aktivitasnya dalam bidang seni drama dan teater beliau akhirnya
juga memperoleh Hadia Seni dari Pemerintah Republik Indonesia (1970), dan juga
hadiah Akademi Jakarta (1975). Buku antologi puisi berjudul Sajak-Sajak
Sepatu Tua dan Masmur Mawar, merupakan hasil
kepenyairan Rendra diperiode yang subur dan mengagumkan.
Oleh karena
itu, beliau dijuluki dengan si Burung Merak. Buku antologi Sajak-Sajak
Sepatu Tua di terbitkan di Jakarta, pada tahun 1995 oleh penerbit
Pustaka Jaya. Syair Rendra memiliki corak tersendiri, yang berbeda dengan
syair-syair karya penyair lain. Syair Rendra kebanyakan lebih panjang dengan
perumpamaan yang tinggi, sehingga sulit untuk diresapi oleh orang-orang awam
sastra. Berikut cuplikan sajak-sajak karya Rendra dalam antologi puisi Sajak-Sajak
Sepatu Tua.
LAUTAN
LAUTAN
Daratan adalah rumah kita
Dan
lautan adalah kebebasan
Langit telah bersatu dengan samodra
Dalam jiwa dan dalam warna.
Ke segenap arah
Berlaksa-laksa hasta
Di atas dan dibawah
Langit telah bersatu dengan samodra
Dalam jiwa dan dalam warna.
Ke segenap arah
Berlaksa-laksa hasta
Di atas dan dibawah
Membentang
warna biru muda
Tanpa angin
Mentari terpancang
Bagai kancing dari tembaga.
Tiga buah awan yang kecil dan jauh.
Berlayar di langit dan di air
Bersama dua kapal layar
Bagai sepasang burung camar
Dari arah yang berbeda
Sedang lautan memandang saja
Lautan memandang saja
di hadapan wajah lautan
Nampak diriku yang pendusta.
Di sini semua harus telanjang.Bagai ikan di lautan. Dan burung di udara.Tak usah bersuara!.Janganlah bersuara!.Suara dan kata terasa dena.
Daratan adalah rumah kita.
Dan lautan adalah rahasia.
Oleh: Rendra.
DOA SEORANG SERDADU SEBELUM BERPERANG
Tuhanku
Wajah-Mu membayang di Kota Terbakar
Dan firman-Mu
terguris di atas ribuan
Kuburan yang dangkal.
Anak menangis kehilangan bapa.
Tanah sepih kehilangan lelakinya.
Bukannya benih yang disebar di bumi subur ini.
Tapi bangkai dan wajah mati yang sia-sia.
Apabilah malam turun nanti
Sempurnalah sudah warna dosa
Dan mesiu kembali lagi bicara.
Waktu itu, Tuhanku,
Perkenankan aku membunuh
Perkenankan aku memasukkan sangkurku.
Malam dan wajahku
Adalah satu warna.
Dosa dan napasku
Adalah satu udara.
Tak ada lagi pilihan
Kecuali menyadari
Biarpun bersama penyesalan.
Apa yang bisa diucapkan.
Oleh bibirku yang terjajah?
Sementara kulihat kedua tangan-Mu yang capai.
Mendekap bumi yang menghianati-Mu.
Tuhanku.
Erat-erat ku genggam senapanku.
Perkenankan aku membunuh
Perkenankan aku menusukkan sangkurku.
Oleh: Rendra.
TOBAT
Aku tobat, ya tuhankuklklln.
Tobat atas segala dosaku.
Kacang-kacang berkembang
Daun kobis segar di ladang
Jantung-Mu adalah biji kentang
Digigit oleh tanah
Subur dan menderita
Digigit oleh tanah.
Aku tobat, Ya tuhanku
Tobat atas segala dosaku.
Burung-burung kecil di belukar
Batang pinang menggeliat.
Mulut-Mu daisi di hutan
Sederhana dan manis sekali.
Mulut-Mu daisi di hutan
Diinjak kaki petani.
Aku tobat, Ya tuhanku
Telah kuinjak mulut-Mu
Dan juga jantung-Mu.
Oleh: Rendra.
Demikian e-Biografi singkat dari tokoh sastrawan Indonesia pada angkatan 50-an. Semoga menjadi info yang bermanfaat bagi anda yang mencintai sastra Indonesia. Menjadi bahan masukan untuk pemerhati dan peneliti sastra Indonesia moderen.
Oleh. Joni Apero
Palembang, 2018.
Sumber dan Hak Cipta: Rendra. Sajak-Sajak Sepatu Tua. Jakarta. Pustaka Jaya, 1995.
Sumber foto: Pustaka Jaya.
Tanpa angin
Mentari terpancang
Bagai kancing dari tembaga.
Tiga buah awan yang kecil dan jauh.
Berlayar di langit dan di air
Bersama dua kapal layar
Bagai sepasang burung camar
Dari arah yang berbeda
Sedang lautan memandang saja
Lautan memandang saja
di hadapan wajah lautan
Nampak diriku yang pendusta.
Di sini semua harus telanjang.Bagai ikan di lautan. Dan burung di udara.Tak usah bersuara!.Janganlah bersuara!.Suara dan kata terasa dena.
Daratan adalah rumah kita.
Dan lautan adalah rahasia.
Oleh: Rendra.
DOA SEORANG SERDADU SEBELUM BERPERANG
Tuhanku
Wajah-Mu membayang di Kota Terbakar
Dan firman-Mu
terguris di atas ribuan
Kuburan yang dangkal.
Anak menangis kehilangan bapa.
Tanah sepih kehilangan lelakinya.
Bukannya benih yang disebar di bumi subur ini.
Tapi bangkai dan wajah mati yang sia-sia.
Apabilah malam turun nanti
Sempurnalah sudah warna dosa
Dan mesiu kembali lagi bicara.
Waktu itu, Tuhanku,
Perkenankan aku membunuh
Perkenankan aku memasukkan sangkurku.
Malam dan wajahku
Adalah satu warna.
Dosa dan napasku
Adalah satu udara.
Tak ada lagi pilihan
Kecuali menyadari
Biarpun bersama penyesalan.
Apa yang bisa diucapkan.
Oleh bibirku yang terjajah?
Sementara kulihat kedua tangan-Mu yang capai.
Mendekap bumi yang menghianati-Mu.
Tuhanku.
Erat-erat ku genggam senapanku.
Perkenankan aku membunuh
Perkenankan aku menusukkan sangkurku.
Oleh: Rendra.
TOBAT
Aku tobat, ya tuhankuklklln.
Tobat atas segala dosaku.
Kacang-kacang berkembang
Daun kobis segar di ladang
Jantung-Mu adalah biji kentang
Digigit oleh tanah
Subur dan menderita
Digigit oleh tanah.
Aku tobat, Ya tuhanku
Tobat atas segala dosaku.
Burung-burung kecil di belukar
Batang pinang menggeliat.
Mulut-Mu daisi di hutan
Sederhana dan manis sekali.
Mulut-Mu daisi di hutan
Diinjak kaki petani.
Aku tobat, Ya tuhanku
Telah kuinjak mulut-Mu
Dan juga jantung-Mu.
Oleh: Rendra.
Demikian e-Biografi singkat dari tokoh sastrawan Indonesia pada angkatan 50-an. Semoga menjadi info yang bermanfaat bagi anda yang mencintai sastra Indonesia. Menjadi bahan masukan untuk pemerhati dan peneliti sastra Indonesia moderen.
Oleh. Joni Apero
Palembang, 2018.
Sumber dan Hak Cipta: Rendra. Sajak-Sajak Sepatu Tua. Jakarta. Pustaka Jaya, 1995.
Sumber foto: Pustaka Jaya.
Sy. Apero Fublic
Via
e-Biografi Tokoh
Post a Comment