Kampus
Kenangan di Kebun Raya Bogor
Apero Fublic.- Keliling
Kebun Raya Bogor sangat menyenangkan. Alam luas terbentang hijau, penyuplai
oksigen dan pencera untuk mata. Warna hijau dedaunan memberikan efek positif
untuk mata saat memandangnya. Udara yang sangat segar membuat rongga paru-paru
menjadi longgar dan plong. Memasuki kawasan Kebun Raya Bogor, seperti menjadi
obat penawar capek yang luar biasa bagi rombongan kami.
Kelompok PKL yang sudah
sehari semalam di dalam perjalanan dapat melepas semua kepenatan. Area wisata
Kebun Raya Bogor adalah teman bermain bagi anak biologi seperti kami. Praktik
Kulia Lapangan seperti ini, akan sangat bermanfaat untuk menambah pengetauan
kami datang kesini. Aku dan teman-teman begitu bahagia dan antusias. Maka hal
yang paling dinanti adalah foto-foto ditempat favorit kami.
Kebun Raya Bogor ternyata memiliki sejarah panjang. Aku baru tahu kalau
Kebun Raya Bogor sudah di mulai pada masa klasik. Kebun Raya Bogor
merupakan bagian hutan buatan atau taman buatan (samida).
Konon Kebun Raya
Bogor telah ada pada masa Kerajaan Sunda, masa kepemimpinan Sri Baduga
Maharaja atau di kenal dengan Prabu Siliwangi (1474-1513 M). Kabar
tersebut di muat dalam prasasti Batutulis. Hutan buatan tersebut ditujukan
untuk keperluan menjaga kelestarian lingkungan sebagai tempat memelihara benih
benih kayu yang langka. Selain itu hutan buatan juga dibuat pada perbatasan
Cianjur dengan Bogor.
Hutan buatan itu kemudian dikenal dengan julukan Hutan
Ciung Wanara. Hutan tersebut kemudian dibiarkan setelah Kerajaan Sunda
ditaklukkan oleh Kesultanan Banten. Hingga pada abad ke-18 Masehi Gubernur
Jenderal van der Capellen kemudian membangun sebuah rumah
peristirahatan di salah satu sudut hutan.
Saat terjadi perang Napoleon Kerajaan Belanda jatuh ketangan Perancis.
Kemudian Inggris memenangkan peperangan dan mengambil alih daerah jajahan
Belanda. Di Hindia Belanda atau Indonesia ditugaskan seorang Gubernur Jenderal,
bernama Thomas Stamford Raffles. Kemudian beliau yang mendiami Istana
Bogor, dan dia memiliki minat besar pada dunia botani.
Kemudian dia tertarik
mengembangkan halaman Istana Bogor menjadi sebuah kebun yang indah. Rafles di
bantu oleh seorang ahli botani bernama, W. Kent. W. Kent pernah ikut
membangun sebuah taman bernama Kew Garden di London, Inggris.
Raffles menyulap halaman istana Bogor menjadi taman bergaya Inggris klasik.
Maka dimulailah awal dari Kebun Raya Bogor dalam bentuk yang kita kenal
sekarang.
Di kebun Raya Bogor ada monumen kecil, bernama Monumen Lady
Raffles. Dalam puisi menceritakan cinta sepasang kekasih yang berpisah oleh maut
menjemput. Kemudian museum zoologi yang memiliki beberapa koleksi hewan-hewan
asli Indonesia. Diorama hewan yang menarik menurutku adalah pertaruangan antara
rusa dan srigala.
Disini menyimpan sekitar 2000 spesies hewan. Yang tak kala
menarik adalah kerangka raksasa tulang paus biru. Kemudian ada Kolam
Teratai Raksasa, bernama kolam Astrid. Teratai raksasa (giant Lotus),
tersebut berasal dari Hutan Amazon, Amerika Serikat. Teratai raksasa memiliki
nama ilmia Veronica Amazonika. Daun teratai dewasa yang selebar tampa, mampu
menahan beban bayi manusia. Kolam ini sering disebut sebagai kolam Astrid.
Meskipun demikian tidak jarang juga disebut dengan Kolam Teratai Raksasa, Giant
Lotus atau nama latinnya Veronica Amazonica. Ada juga tempat
yang cocok untuk bersantai berjalan kaki, yaitu Jalan Astrit. Jalan ini lebar
tetapi seperti terbelah karena di tengah jalan ditanam Bunga Tasbih (canna
hybrida) yang berwarna kuning dan merah.
Aku menikmati suasa menyenangkan tersebut. Membuat hayalku melambung
tinggi. Kita selalu merusak hutan, bertani tanpa memperhatikan keragaman
hayati. Bila mengingat cara bertani kita sekarang, yang tidak sedikitpun rama
pada lingkungan. Ratusan bahkan ribuan jenis tumbuhan dan hewan yang
berangsur-angsur punah.
Entah sampai kapan SDM bangsa kita sadar dan akan
mencintai lingkungan alam. Apabila mengingat Raffles orang asing yang mencintai
keanearagaman hayati. Mengapa bangsa kita yang memiliki tidak memimiliki
sifat-sifat seperti itu. Semoga Kebun Raya Bogor tetap terjaga dan lestari
selamanya. Paru-paru kota dan paru-paru dunia.
Kenangan yang indah, dari
pertualanganku mencari pengetahuan dan pengalaman. Semoga suatu saat nanti aku
dapat mengunjungi Kebun Raya Bogor Kembali. Catatan kecil ini, akan
mengingatkan aku dengan sahabat-sahabat satu kelas dan satu jurusan. Dengan
membaca ini berulang-ulang sedikit-sedikit aku rangkai kenangan kita, dan
menjadi obat penawar rindu pada kalian semua.
Oleh. Ulandari.
Editor. Selita. S.Pd.
Bogor, Maret 2017.
Praktik Kulia Lapangan (PKL), FKIP-Biologi, Universitas Sriwijaya. Sumber foto. Ulandari.
Oleh. Ulandari.
Editor. Selita. S.Pd.
Bogor, Maret 2017.
Praktik Kulia Lapangan (PKL), FKIP-Biologi, Universitas Sriwijaya. Sumber foto. Ulandari.
Sy. Apero Fublic
Via
Kampus
Post a Comment