Syarce
Perjalanan ini begitu sederhana dalam kehidupanku. Cerita itu telah lama berlalu, dan hampir terhapus dari ingatan. Seperti benda yang terjatuh di lautan es, beku. Tetapi kadang hal tak terduga, kembali mengusik kebekuan itu. Lalu seakan sesuatu yang sudah tenggelam kembali menyeruak ke permukaan. Aku juga tidak menyangkah sedikit kenangan berlalu di mataku. Teman-teman yang baik dan bersahaja.
Di balik baju-baju pramuka yang gagah. Telah menyemat kenangan indah dalam kehidupanku. Jujur aku mengakui masa-masa itu, adalah kenangan yang indah. Hanya perkemahan anak pramuka, bukan apa-apa. Kemudian tetes-tetes hujan datang, lalu membuat kisah-kisah itu abadi.
Ini hanya kisah kecil bagiku, yang terlintas sejenak saja. Mungkin aku hanya rindu masa lalu, atau memang aku rindu dengan seorang sahabatku. Semoga persahabatan ini akan tetap terjalin walau kita semua sudah terpisah, dan berjalan menyusuri jalan takdir masing-masing.
Aku menulis syarce (syair cerita) ini untuk mengenang
seorang sahabatku dahulu sewaktu masa-masa sekolah. Teringat waktu itu, Pada sebuah kegiatan
berkemah kepramukaan. Hanyalah sebuah kenangan kecil. Namun terasa besar saat teringat masa-masa itu.
Kisah Kecil Dikalah Hujan
Apero Fublic.- Syarce. Hujan
kemana kau pergi. Menggenang di lekuk ibu pertiwi. Mengalir perlahan, di
teratak atap rumah. Tak menghanyutkan tetapi mampu membawa jauh kelamunan.
Kalian tahu, hujan selalu berusaha mengambil hati anak manusia.
Kita dikurungnya dengan rindu-rindu. Di jebak dengan kenang-kenangan indah. Agar kita dapat sabar menunggu sementara hujan menjalankan tugasnya dari Allah menyirami bumi ini. Kitapun ditipu dengan rintik-rintiknya. Agar kita berhenti dan mencari tempat berteduh. Di saat berteduh melihat tetesan air hujan.
Saat itulah kita dicuri oleh kenangan. Kenangan yang sulit dihapus oleh masa. Terkadang hujan telah lama redah, tapi kita masih hanyut dalam kenanga itu. Seakan-akan musim penghujan melanda hati kita.
Hati kita yang sulit melupakan dan pikiran kita yang tidak mau menghilangkan. Sehingga sering merindu hujan-hujan yang lainnya. Andai kalian belum pernah terjebak hujan, maka jangan pernah mau terjebak hujan. Sebab hujan akan mengurung dirimu dalam memory kenangan. Hal yang ditakutkan dari hujan, “Bukan karena basahnya, tetapi karena kenangannya.
Kita dikurungnya dengan rindu-rindu. Di jebak dengan kenang-kenangan indah. Agar kita dapat sabar menunggu sementara hujan menjalankan tugasnya dari Allah menyirami bumi ini. Kitapun ditipu dengan rintik-rintiknya. Agar kita berhenti dan mencari tempat berteduh. Di saat berteduh melihat tetesan air hujan.
Saat itulah kita dicuri oleh kenangan. Kenangan yang sulit dihapus oleh masa. Terkadang hujan telah lama redah, tapi kita masih hanyut dalam kenanga itu. Seakan-akan musim penghujan melanda hati kita.
Hati kita yang sulit melupakan dan pikiran kita yang tidak mau menghilangkan. Sehingga sering merindu hujan-hujan yang lainnya. Andai kalian belum pernah terjebak hujan, maka jangan pernah mau terjebak hujan. Sebab hujan akan mengurung dirimu dalam memory kenangan. Hal yang ditakutkan dari hujan, “Bukan karena basahnya, tetapi karena kenangannya.
Perjalanan ini begitu sederhana dalam kehidupanku. Cerita itu telah lama berlalu, dan hampir terhapus dari ingatan. Seperti benda yang terjatuh di lautan es, beku. Tetapi kadang hal tak terduga, kembali mengusik kebekuan itu. Lalu seakan sesuatu yang sudah tenggelam kembali menyeruak ke permukaan. Aku juga tidak menyangkah sedikit kenangan berlalu di mataku. Teman-teman yang baik dan bersahaja.
Di balik baju-baju pramuka yang gagah. Telah menyemat kenangan indah dalam kehidupanku. Jujur aku mengakui masa-masa itu, adalah kenangan yang indah. Hanya perkemahan anak pramuka, bukan apa-apa. Kemudian tetes-tetes hujan datang, lalu membuat kisah-kisah itu abadi.
Ini hanya kisah kecil bagiku, yang terlintas sejenak saja. Mungkin aku hanya rindu masa lalu, atau memang aku rindu dengan seorang sahabatku. Semoga persahabatan ini akan tetap terjalin walau kita semua sudah terpisah, dan berjalan menyusuri jalan takdir masing-masing.
Kisah
Kecil di Kala Hujan
Rinai
hujan basahi aku.
Temani
sepi yang mengendap.
Kala
aku mengingatmu.
Dan,
semua saat manis itu.
Segalanya
seperti mimpi.
Kujalani
hidup sendiri.
Andai
waktu berganti
Aku
tetap takkan berubah.
Aku
selalu bahagia
Saat
hujan turun.
Sebab
di tetesannya ada sejuta senyum
Senyum
di masa lalu, senyum saat ini
Begitulah
aku mengenangmu, Kawan.
Basah
hari ini, bukan membawamu
Tapi
untukku sendiri.
Hujan
Takkan
meredah kiranya.
Di
musim-musim mendatang.
Selagi
kita masih mengingat.
Selagi
hujan masih kembali.
Duduk
diantara Hati dan Lamunan.
Sedikit tentangku; Namaku Putri Adilla Sari. Cukup panggil
Dil saja. Dulu aku kuliah di Universitas Negeri Padang (UNP), Fakultas Tehnik.
Aku lahir dan besar di Kabupaten Muara Bungo, Provinsi Jambi. Aku sangat
menyukai sunset. Bagiku sunset adalah tanda untuk mengenang hari dan bersiap
untuk hari esok.
Semasa kulia aku sering menikmati sunset di tepian pantai bersama teman-teman.
Sanset atau senja, seolah-olah mengisyaratkan bahwa akan tiba saatnya engkau untuk berhenti,
dan merenungi. Setiap langkah yang telah dimulai hari ini. Kemudian bersiap
menemui sang pajar yang menuntutmu menjadi lebih baik. Tentunya lebih sempurna dari waktu-waktu yang telah berlalu.
Berbicara hobi, aku menyukai bidang olah raga. Sebab
olah raga bukan hanya hiburan tapi bentuk penjagaan kesehatan dan pelatihan
mental. Olah raga memberikan kegiatan positif bagi semua orang. Kesibukan sekarang sebagai tenaga pengajar di sebuah madrasah di daerahku. Moto hidup, "awalilah dengan basmalah,
letakkan dunia di genggaman dan tancapkan akhirat di hati." Untuk semuanya,
“mari berbuat baik kepada siapa pun dan pada apa pun. Sebab kebaikan akan
kembali kepada tuannya." #Salam sastra kita “syarce.”
Oleh.
Putri Adilla Sari.
Editor. Desti. S.Sos.
Muara
Bungo, 30 Januari 2016.
Publikasi. 20 Juli 2019.
Kategori.
Syarce Fiksi
Sy. Apero Fublic
Via
Syarce
Post a Comment