Biruisme
Neofeodalisme
Apero Fublic.- Feodalisme
tidak lahir dari monarki atau absolutisme. Tetapi feodalisme lahir dari jiwa
yang kerdil dan sombong. Banyak juga raja atau bangsawan yang baik, dan
menghormati hak-hak manusia lainnya.
Pada zaman moderen feodalisme justru terbalik, yaitu hadir dari orang-orang berilmu dan orang terdidik. Kalau paham feodalisme lahir dari jiwa kerdil dan sombong, bodoh. Neofeodalisme lahir dari jiwa yang sombong dan bodoh. Orang berilmu bukan dilihat dari gelarnya, tapi dari ilmu yang dia pahami.
Pada zaman moderen feodalisme justru terbalik, yaitu hadir dari orang-orang berilmu dan orang terdidik. Kalau paham feodalisme lahir dari jiwa kerdil dan sombong, bodoh. Neofeodalisme lahir dari jiwa yang sombong dan bodoh. Orang berilmu bukan dilihat dari gelarnya, tapi dari ilmu yang dia pahami.
Neofeodalisme berasal dari kata feodalisme. Feodalisme adalah
paham atau pola pikir orang yang membanggakan diri bukan sebab prestasi atau
hasil kerja yang baik. Tapi orang-orang yang merasa lebih baik, merasa hebat,
merasa berhasil dengan memiliki simbol-simbol. Seperti banyak uang, kedudukan,
pangkat, gelar, kendaraan, dan sebagainya. Neo berarti baru atau
diperbaharui.
Sedangkan feodalisme dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia memiliki tiga arti umum. Pertama, sistem sosial atau politik yang
memberikan kekuasaan yang besar kepada golongan bangsawan. Kedua, sistem sosial
yang mengagung-agungkan jabatan atau pangkat dan bukan mengagung-agungkan
prestasi. Ketiga, sistem sosial di Eropa pada Abad Pertengahan yang ditandai
oleh kekuasaan yang besar ditangan tuan tanah (Bangsawan).
Dari ketiga pengertian itu dapat menarik poin, pertama adanya sifat
merasa lebih tinggi, mulia, dari manusia lain, atau golongan tertentu. Seperti
yang dianut oleh kaum bangsawan, raja, dan tuan tanah. Kedua adalah merasa
banggga dengan kedudukan, jabatan, posisi, pengaruh, sehingga dia berbuat
sesuka hatinya pada manusia lain.
Dia memanfaatkan kedudukannya untuk berkuasa
atas orang lain atau manusia dalam lingkungannya. Ketiga, ditandai oleh
kekayaan atau kekuatan yang memonopoli kehidupan manusia yang bekerja di
wilayah tanah mereka. Disinilah masyarakat, para budak-budak diperah bagai
binatang oleh para tuan tanah.
Ketiga pemahaman tersebut menunjukkan keegoisan
dan keangkuhan mereka sebagai manusia yang merasa lebih mulia dari manusia
lainnya. Mereka tidak pernah salah. Bukan sebab kebijaksanaan tapi sebab posisi
atau keadaan yang di atas orang biasa.
Zaman sekarang sifat neofeodalisme muncul dalam bentuk baru, walau
cakupannya lebih kecil. Konfrontasi mereka berupa individu-individu yang dia
anggap lemah dan bodoh. Sifat atau paham neofeodalisme ini hadir dalam
jiwa-jiwa kerdil di negara ini.
Yaitu, mereka orang-orang yang memanfaatkan
kedudukan, jabatan, kekuatan, kekayaan, gelar, posisi, akademisi, untuk
mematahkan atau menguasai seseorang dengan landasan keangkuhan disalurkan
melalui emosional mereka. Mereka merasa terhormat dengan kepandaian dan
kedudukan mereka, walaupun perbuatan mereka tidak profesional.
Bentuk neofeodalisme ini hadir dikalangan orang-orang yang cukup
berpengaruh. Mereka mencari keuntungan, mencari muka, mencari materi, membodohi
masyarakat, memeras, tetapi mereka bertopeng kehormatan. Bisa jadi mereka
sebagai guru, dosen, polisi, tentara, pejabat, Pegawai Negeri Sipil, orang
kaya, atau orang berpengaruh lainnya.
Satu hal yang paling buruk dari sifat
neofeodalisme, mereka orang-orang ini tidak mau salah, padahal mereka salah,
mereka malu mengakui kesalahan tersebut. Kemudian untuk menunjukan eksistensi
mereka, diperbuatlah reaksi yang keras seakan-akan dia jago perang, padahal
sesunggunya itu hal yang sepele.
Neofeodalisme adalah faham atau sifat seseorang yang merasa
dirinya lebih baik atau lebih mulia dari seseorang, sehingga dia memanfaatkan
kedudukan, jabatan, pengaruh, umur, kekayaan, gelar, kekuatan, untuk menekan
kekuatan yang menentangnya, sekaligus untuk berbuat tidak adil, berat sebelah
yang disebabkan emosinya, marahnya, dendamnya, demi menyelamatkan harga
dirinya.
Dengan menjadi angkuh, dengan mengandalkan hal-hal yang dia miliki tersebut. Kau belum tahu siapa aku !!!, kau kecil !!! kau bisa apa!!! Begitulah kiranya makian di dalam hati kecilnya. Lalu dia bertindak sesukanya dan meminta dihormati dan dihargai.
Dengan menjadi angkuh, dengan mengandalkan hal-hal yang dia miliki tersebut. Kau belum tahu siapa aku !!!, kau kecil !!! kau bisa apa!!! Begitulah kiranya makian di dalam hati kecilnya. Lalu dia bertindak sesukanya dan meminta dihormati dan dihargai.
Sehingga dia bengis
dengan manusia yang yang dalam lingkungannya (kelas, ruang, bawahan, tempat,
aparat, atau pejabat, dan lainnya). Bagaimana kalau satu individu yang bersifat
neofeodalisme memiliki semuanya, dari jabatan, kedudukan, kekayaan, berumur
tua, banyak gelarnya, ada pengaruh dan kekuatan, maka alangkah semena-menanya
orang itu.
Karena dengan memiliki satu saja, misalnya gelar dia sudah berbuat
demikian banyak, dan besar sekali kehancuran moral yang dia perbuat, apalagi
kalau memiliki semuanya dalam hal keduniaan. Penyakit neofeodalisme ini tidak
terlihat, tetapi bersarang di dalam hati, di dalam dada, di dalam pemikiran
mereka-mereka.
Orang-orang ini juga sangat marah kalau tidak di jilat, kalau
kita tidak mengalah, kalau kita tidak mengakui kehebatannya. Dia ingin diatas
kita, sebab dia merasa kita kecil, sehingga dia tidak mau kalah. Mereka tidak
sombong, sebab orang sombong hanya haus pujian.
Tetapi orang terjangkit faham
neofeodalisme selain mintak disanjung dan diangkat, dia juga ingin menekan.
Neofeodalisme itu lebih buruk dari sifat sombong biasa. Orang sombong tidak
mengambil hak orang lain, hanya lupa diri. Tetapi neofeodalisme mengambil hak
orang lain dan juga lupa diri. Ada dua jenis neofeodalisme.
1.
Neofeodalisme Pertentangan.
Neofeodalisme pertentangan adalah bentuk neofeodalisme yang menekan dan mematikan kekuatan penentang untuk menyelamatkan harga dirinya dengan memanfaatkan kedudukan, jabatan, umur, kekayaan, gelar, kekuatan yang dilandasi emosi sebagai orang terhormat atau dia merasa dirinya lebih hebat dari penentang. Neofeodalisme kebawa dia mentang-mentang keatas dia menjilat.
Neofeodalisme pertentangan adalah bentuk neofeodalisme yang menekan dan mematikan kekuatan penentang untuk menyelamatkan harga dirinya dengan memanfaatkan kedudukan, jabatan, umur, kekayaan, gelar, kekuatan yang dilandasi emosi sebagai orang terhormat atau dia merasa dirinya lebih hebat dari penentang. Neofeodalisme kebawa dia mentang-mentang keatas dia menjilat.
2.
Neofeodalisme Kompromi.
Neofeodalisme kompromi adalah bentuk neofeodalisme yang menggunakan pengaruh, kekuatan jabatan, umur, kekayaan, gelar, kekuatan yang berdasarkan kompromi dengan seseorang.
Neofeodalisme kompromi adalah bentuk neofeodalisme yang menggunakan pengaruh, kekuatan jabatan, umur, kekayaan, gelar, kekuatan yang berdasarkan kompromi dengan seseorang.
Neofeodalisme kompromi biasanya kedua belah pihak bekerja sama dalam
hal buruk. Seumpama seorang bawahan meminta naik jabatan dia berbuat menurut
pada atasannya. Kemudian atasannya juga membalas dengan kebutuhan bawahan. Tapi
atasan juga ingin nama baik, keuntungan dan kepentingannya juga aman (neofeodalisme
kompromi).
Neofeodalime kompromi juga dapat diistilahkan dengan sekelompok
orang yang menjilat seseorang. Mereka bersama-sama menyanjung satu orang
berpengaruh untuk kebaikan dan keamanan mereka. Sehingga kelompok ini kehidupan
mereka penuh sandiwara, jilat menjilat.
Orang-orang yang terkena penyakit neofeodalisme ini, pada umunya
menganut kedua aliran feodalisme tersebut. Orang yang tidak dia sukai akan dia
perlakukan dengan kasar dan menunjukkan kekuatannya. Dia persulit atau
disingkirkan sebab orang itu tidak sependapat dengannya.
Kemudian dia akan
berkompromi, merasa dekat, merasa bersahabat, dengan orang-orang yang sepaham
dengan dia. Walaupun dia tahu kalau perbuatan dia salah. Kemudian dengan
orang-orang itu ia berbuat sesuatu yang salah juga. Orang-orang yang
berkompromi dengannya akan aman, sebab mereka selalu menjilat dan disenangi si
neofeodalisme.
Tetapi ada juga orang-orang yang hanya menganut salah satu dari
aliran neofeodalisme tersebut. Ada yang merasa angkuh dan tidak mau ditentang,
dilawan, atau dikritik saja, tetapi dia tidak berkompromi dan tidak suka
dijilat. Dia ingin diakui bahwa dia lebih hebat.
Sedangkan penganut
neofeodalisme kompromi dia tidak menunjukkan pertentangan dengan pertentangan,
tetapi dia menggunakan kompromi, dia mengalah, dia menjilat lalu dia memuluskan
kepentingannya. Dia aman, semua aman, dan hanya moral bangsa saja yang
rusak. Sehingga wajah munafiq dengan seribu wujud dia pakai.
Oleh. Joni Apero.
Editor. Desti. S.Sos.
Palembang, 16 Desember 2018.
Oleh. Joni Apero.
Editor. Desti. S.Sos.
Palembang, 16 Desember 2018.
Sy. Apero Fublic
Via
Biruisme
Post a Comment