Sastra Kita
Nia Pahrizul. Mendung Yang Merindu
Apero
Fublic.- Awan hari itu begitu pekat di langit barat. Membawa
butir-butir hujan bulan Oktober. Angin musim yang berhembus menebas keringnya
kemarau panjang. Telah banyak bunga menanti hujan, sehingga putik mulai
bermunculan di antara ujung tangkai.
Begitupun seekor ikan kecil di sebuah
sungai yang telah kering kerontang berbulan-bulan. Dengan sabar si anak ikan
bernafas dan bersembunyi di cela-celah sarap yang berserakan. Kaki-kaki bangau
menginjak dan paru-paru bangau memagut. Menjerit hatinya memanggil hujan yang
tak kunjung datang.
Nun
jau di perbukitan hutan. Telah lelah seekor burung terbang. Mencari setitik air
atau seekor ulat untuk sarapan hari ini. Namun dia tidak menemukan apa-apa.
Kecuali rintihan pucuk daun yang kepanasan. Lalu nan terdalam disebuah lubuk
danau yang mulai gersang. Seekor katak meraung sebab air mulai kering. Teringat
telurnya yang baru saja dia tetaskan akan segerah mati dan kering.
Sekarang
semua tahu kalau telah menanti sebuah rindu. Rindu dengan sejukanya musim hujan
dan derasnya badai dikalah hujan. Mata-mata redup dihamparan bumi. Merindu
segumpal awan yang hitam. Agar rahmat segerah tercurahkan dalam penantian
panjang. Semua rindu-rindu akan terobati dalam sesaat. Mendung hadirlah,
datangkan hujan sebab cinta banyak mengalir dari tetesan-tetesanmu.
Mendung
Yang Merindu.
Bayangan hari yang meredup.
Bayangan hari yang meredup.
Diupuk
langit meremang mendung.
Disanalah tersimpan sejutah misteri.
Merobek jiwaku dalam temaram.
Nummm.Tatkala hujan datang.
Datang, Menghampiri mu.
Di antara butir-butir Jatuhnya.
Ada rinduh yang tak terjamah.
Aku adalah mendung yang.
Senantiasa menunggu.
Tanpa berbalas rasa dari Mu.
Tak Mengapa.
Hujan akan memberi kabar.
Bahwa.
Pada derasnya rintik-rintik.
Yang kian menjadi-jadi, itu.
Seakan rindu ini, belum bertuan.
Sekilas tentang penyair, dia seorang gadis yang baru menyelesaikan studinya di Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang. Lulusan bidang studi PGMI (Pendidikan Guru Madrasa Ibtidaiyah), angkatan tahun 2013. Dia lahir pada tanggal 31 Desember 1996, dan hobi singing. Sekarang dia mengajar di SDIT Palembang. Dara cantik ini menyukai warna pink salem.
Disanalah tersimpan sejutah misteri.
Merobek jiwaku dalam temaram.
Nummm.Tatkala hujan datang.
Datang, Menghampiri mu.
Di antara butir-butir Jatuhnya.
Ada rinduh yang tak terjamah.
Aku adalah mendung yang.
Senantiasa menunggu.
Tanpa berbalas rasa dari Mu.
Tak Mengapa.
Hujan akan memberi kabar.
Bahwa.
Pada derasnya rintik-rintik.
Yang kian menjadi-jadi, itu.
Seakan rindu ini, belum bertuan.
Sekilas tentang penyair, dia seorang gadis yang baru menyelesaikan studinya di Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang. Lulusan bidang studi PGMI (Pendidikan Guru Madrasa Ibtidaiyah), angkatan tahun 2013. Dia lahir pada tanggal 31 Desember 1996, dan hobi singing. Sekarang dia mengajar di SDIT Palembang. Dara cantik ini menyukai warna pink salem.
Pada
awalnya dia terlihat cuek, tapi apabila sudah kenal baik beserta ramah. Kalau
motto-nya “Menulislah!!! Karena saat bibir tak mampu berucap, maka luapkan
emosi melalui permainan kata-kata. Karena kata-katalah mampu meluruskan benang
yang kusut sekalipun.” Kepoi melalu instagram-nya @niapahrizul dan
facebook-nya, niapahrizul.
Oleh: Nia Pahrizul.
Editor. Desti. S.Sos.
Palembang 12 Oktober 2018.
Sumber foto. Nia Pahrizul.
Kategori. Syarce Fiksi
Oleh: Nia Pahrizul.
Editor. Desti. S.Sos.
Palembang 12 Oktober 2018.
Sumber foto. Nia Pahrizul.
Kategori. Syarce Fiksi
Sy. Apero Fublic
Via
Sastra Kita
Post a Comment