Puisi
Nur Aisyah. e-Antologi Puisi Religi
Apero Fublic.- Puisi
religi adalah puisi yang bernafaskan agama. Dalam e-Antologi puisi religi
termuat puisi-puisi yang menggambarkan ajaran agama. Apabila penulisnya seorang
penganut agama Islam, maka puisinya akan bernafaskan ajaran Islam. e-Antologi
puisi religi yang bertema Hiraku-Hijramu, memuat tentang nasihat-nasihat ahlak
dan keimanan.
Mengajak istiqomah dalam beribadah dan menutup aurat. Pesan-pesan
yang disampaikan akan menjadi nasihat, bentuk dakwa literasi, dan penguat bagi yang
membacanya. Kenapa dikatakan penguat, sebab saat seorang membacanya dan dia
tahu bahwa dia tidak sendiri dalam hijrahnya.
Kita dalam dakwa harus
bersama-sama membentuk lingkungan kimaman. Bukan hanya lingkungan di alam
nyata, tetapi juga lingkungan di dunia maya atau internet. Kurangnya bacaan
yang baik, akan menyebabkan orang-orang mencari bacaan lainnya. Sebagaimana
kita ketahui, bahwa di dunia ini lebih banyak manusia berbuat yang tidak baik.
Aku berhijrah, dan kalian berhijrah. Kalau kalian belum hijrah
jangan membuli atau berusahalah untuk berhijrah. Terutama kaum muslimah, sebab
kaum wanita mempunyai tanggung jawab mendidik anak supaya baik, dan bertanggung
jawab dalam sosial masyarakat. Jangan bilang lelaki bajingan, kalau kita wanita
sewaktu kecil tidak memberikan didikan yang baik pada anak laki-laki kita.
Sesungguhnya apabila wanita teguh, beriman, berahlak, tidak akan muncul lelaki
hidung belang. Kadang wanitalah yang tidak teguh berpegang pada tali agama,
Al-quran. Sehingga membuka kesempatan syaitan masuk menggoda dari semua sudut.
Dari sudut hatinya, telingahnya, matanya, hingga nafsunya biologisnya. Hati
wanita yang lembut dan baik itu dimanfaatkan syaitan agar dia terjerumus. Ayo
hijrah saudara dan saudariku.
Kalau selama ini, wanita yang diminta hijrah.
Semoga kedepannya kaum laki-laki juga mulai hijrah. Kalau kaum wanita menutup
aurat maka kaum laki-laki mulai menundukkan pandnagannya. Sahabat semua,
hijraku adalah hijramu. Jangan menyalakan syaitan karena menggoda, tapi
sadarkah kita apakah sudah belajar tidak tergoda. Jangan salahkan godaan, tapi
apakah sudah menggunakan akal, bukankah kita tahu antara yang benar dan yang
salah.
Indahnya Kerudung
Tertulis jelas perintahnya
untukku
Terpatri indah Rasulullah
sampaikan
Tak lekang dimakan usia
perintahnya bagiku
Tersalur masuk ke sanubari
melekat di hatiku
Betapa indahnya kerudung
diterpa angin
Sejuk dipandang
menentramkan di hati
Bergetar asa mengharap,
berdoa kuingin.
Tetap istiqomah
mengenakannya, tulus di hati.
Kerudungku kewajiban dan
kebutuhanku.
Lembut hati, juga kata,
karena kerudung.
Laksana ratu tanpa
mahkota, indah itu.
Itulah diriku tanpa
memakaimu kerudung.
Sempurnahkan ahlak
memantapkan hati.
Tersulut memancar aura
tanpa diperlihat.
Cantik hati menambah
pahalah, Terpatri.
Selalu terpandang harta
dan juga tempat.
Oleh. Nur Aisyah.
Palembang, 4 Maret 2019.
Duhai Muslimah
Duhai salihah yang adam
tunggu.
Duhai engkau bunga rona
indah memikat
Jangan anggap remeh hijab
dan ahlakmu
Jangan lupa kewajiban muslimahmu
Wahai engkau mutiara di
laut biru
Namamu indah seindah
artinya
Wahai engkau salihah rupa
merak itu
Jadilah merak indah yang
sulit ditangkap.
Duhai muslimah perindu
jannah Allah
Libatkan Allah disetiap
hijramu
Tempatkan Allah, paling
atas dalam urusan cintamu.
Agar lancar tiada hambatan
urusanmu.
Duhai muslimah pemilik
mahkota emas
Curahkan asahmu dihadapan
Allah.
Bentuk ahlakmu serupa
hijabmu.
Indah, baik, terpuji dan
aman dipandang.
Oleh. Nur Aisyah
Palembang, 4 Maret 2019.
Hayat Perindu
Telah lama diri ini
menunggu,
Indahnya fitrah yg
diberikan
Tetap saja hati ini
bertaut menuju dirimu,
Ingatkan diri ini pada ya
robb, pencipta qolbu
Alang alang membentang
menebar warna
Nestapa merindu seluas
lautan alang alang
Entahlah,
tak terpungkiri,
Kerinduan ini tak
tertahan, tak terjaga
Akankah dirimu yg disana,
Juga ikhlas menebar doa,
Pastikan sebut namamu
disetiap doa
Untukmu wahai diri yg
mengisi ruang kosong,
Tempat dan tepat penggerak
qolbu
Rincikan kerinduan tak
tertahan ini
Ilahi, sampaikan salam
rinduku padanya,
yang selalu mengisi
kerinduan belaka
Di bait-bait yang tertanam
disetiap diksi,
Serupa kata kata berbentuk
putus asa
Diri ini menjamah setitik
cahaya,
Meneluk masuk tanpa permisi
Daari rindu mengekang rasa
membentuk fatomargana
Aku khawatirkan fikirku
untuk menduakan cintamu ya robbku
Ranaan melipurkan diri
pada pencipta hati,
Sang maha pembolak-balik
hati
Beginikah hayat para
perindu?
Hayat diam tapi mendoakan
Begitu hebat menyayat
setiap relung rasa,
Tapi membentangkan doa
keajaiban.
Oleh. Nur Aisyah
Palembang, 30 Maret 2019.
Radang Mengangngah di Dada
Radang menganga menutup
tak berubah
Berombak-ombak tawa merupa
luka,
Juga tersendat bagai anak
tangga
Pohon rindang tak semua
menghasilkan matangnya buah
Terlihat jelas,
Tak semua baik tanpa
masalah dalam rumah tangga
Terlihat tak terawat
batang hidung anak bangsa
Karung rongsok dibawakan
selalu terlihat,
Di setiap lampu merah dan
persimpangan
Tubuh kusam, kotor, juga
letih dan tak tentu arah menelangsa
Akankah rasa bersalah,
Melingkup diruang rongga
disetiap simpang
Siapa? Siapa yang
berperan? Siapa yang salah? antagonis?
Radang menganga tertanam
pasti tumbuh,
Mencontoh antagonis.
Tak terlihat tak terjamah,
Tak tertebak di belakang
muka dua
Pura-pura tolol hidupkan
segala tipu sadis
Menutup mata dan juga hati,
Dalam radang yang menganga
Di radang menganga
merongga luas milik kita
Batang hidung anak bangsa
terpaksa melanglang buana
nelangsa tak tentu arah di
desa maupun koto
Di negara tercinta ini,
Terdapat radang menganga
membesar tercipta
Wahai calon generasi
bangsa Indonesia,
Tutuplah radang yang
menganga di dada negara ini.
Oleh. Nur Aisyah.
Editor. Selita. S.Pd.
Palembang, 31 Maret 2019.
Sumber
foto. Nur Aisyah. Lokasi foto Sungai Lematang, Kota Lahat, Sumatera Selatan. #Kunjungi
akun wattpad Nur Aisyah: Klik di
sini.
Catatan: Yang
mau belajar menulis: mari belajar bersama-sama: Bagi teman-teman
yang ingin mengirim atau menyumbangkan karya tulis seperti puisi, pantun,
cerpen, cerita pengalaman hidup seperti cerita cinta, catatan mantera, biografi
diri sendiri, resep obat tradisional, quote, artikel, kata-kata mutiara
dan sebagainya.
Kirim saja ke Apero Fublic. Dengan syarat karya
kirimannya hasil tulisan sendiri, dan belum di publikasi di media lain.
Seandainya sudah dipublikasikan diharapkan menyebut sumber. Jangan khawatir hak
cipta akan ditulis sesuai nama pengirim.
Sertakan nama lengkap, tempat menulis,
tanggal dan waktu penulisan, alamat penulis. Jumlah karya tulis tidak terbatas,
bebas. Kirimkan lewat email: joni_apero@yahoo.com. idline: Apero
Fublic. Messenger. Apero fublic. Karya
kiriman tanggung jawab sepenuhnya dari pengirim.
Sy. Apero Fublic
Via
Puisi
Post a Comment