Opini
Penciptaan Lingkungan Positif pada Lingkungan Dunia Anak-anak
Apero Fublic.- Manusia
adalah mahkluk sosial yang tidak dapat lepas dari lingkungan masyarakatnya.
Kehidupan manusia tidak dapat berkembang apabila tidak memiliki lingkungan
sosial. Baik itu perkembangan dari segi biologis atau kebudayaan.
Manusia
adalah makhluk yang sangat kompleks dibandingkan dengan makhluk hidup lainnya.
Ditinjau dari bentuk fisik atau dari kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Begitupun
dari pola perilaku, nalar, dan pemikirannnya. Kebutuhan kehidupan tersebut
didapati dari interaksi dengan sesama manusia lainnya.
Baik manusia di dalam
lingkungannya (ingroup) atau dengan manusia di luar lingkungannya
(outgroup). Lingkungan-lingkungan tersebut dinamakan dengan lingkungan sosial.
Dari lingkungan sosial tersebut terjadilah proses belajar kebudayaan. Baik
secara langsung dan tidak langsung.
Pembelajaran tersebut dimulai saat manusia
tumbuh seiring waktu kehidupannya. Maka pengaruh lingkungan dimana anak tinggal
akan menjadi bentuk dirinya dikemudian hari. Oleh karena itu, anak manusia memerlukan
lingkungan yang baik untuk berkembang. Maka rekayasa lingkungan sosial dan
lingkungan jiwa perlu dipelajari dan diterapkan.
Penciptaan lingkungan pada anak adalah, kita menghadirkan dunia yang
menjadi interaksi anak tumbuh dan beraktifitas sesuai dengan norma
kebaikan-kebaikan. Baik itu norma kebaikan dalam jangka pendek atau norma
kebaikan jangka panjang.
Lingkungan yang dimaksud ada dua. Pertama, lingkungan
sosial. Kedua lingkungan alam jiwanya. Lingkungan sosial adalah tempat dimana
anak tersebut beraktifitas, seperti bermain, belajar, interaksi keadaan
sekeliling tempat tinggal, orang-orang yang dia temui disetiap hari, dan
tempat-tempat yang dia kunjungi.
Sedangkan lingkungan alam jiwa adalah hal-hal
yang menjadi acuan dia berpikir dan bertindak. Baik jangka pendek dan jangka
panjang. Seperti peniruannya terhadap perilaku orang terdekat. Dari sikap dan
aktivitas ayah, ibu, kakak, keluarga dan kerabat, tetangga, guru, teman dan
manusia lain.
Lingkungan jiwa bersifat ide atau cara pandang. Sehingga nantinya
ide-ide tersebut tertanam dengan baik dalam pikiran anak. Karena lingkungan
alam jiwa anak-anak, diibarat lahan subur yang tidak ada tanamannya. Sehingga
benih apa saja yang jatuh akan tumbuh dengan baik.
Benih-benih yang dimaksud tersebut terdapat pada lingkungannya (sosial
dan jiwa). Sedangkan para penanam benih tersebut adalah orang-orang terdekat,
sekitar dan orang-orang dimana anak berinteraksi. Sebagai contoh, ketika
seorang anak melihat ayahnya, kakaknya, pamannya, tetangganya merokok. Maka
akan tertanam pemikiran merokok itu adalah hal biasa.
Seorang lelaki akan
dianggap laki-laki ketika dia merekok. Maka merokok menjadi benih yang ditanam
orang-orang tersebut didalam lingkungan jiwa anak-anak. Semakin besar dia
tumbuh, akan bertemu dengan orang-orang baru dan semuanya juga merokok. Semakin
kuatlah pandangannya bahwa laki-laki memang merokok.
Jiwa anak tadi membenarkan
kebiasaan merokok dan rokok itu bukan hal buruk. Dengan demikian si anak tadi
akhirnya juga merekok dikemudian hari. Oleh karena itulah, hampir semua
laki-laki menjadi perokok. Maka buatlah lingkungan sosial yang rama pada
anak-anak.
Mari kita belajar dari filsuf Cina, Kong Hu Cu. Menurut Kong Hu Cu
belajar adalah sebagai cara untuk perbaikan diri sendiri dan sebagai syarat
untuk mencapai perbaikan orang lain. Karena objek pendidikan yang mendasar
adalah latihan moral untuk orang muda. Yang secara jelas itu adalah peranan
orang-orang tua.
Belajar adalah bagian dari hidup kita yang sama banyaknya
dengan kita bernafas. Bahkan belajar dapat terjadi secara tidak disadari
melalui peniruan begitu saja pada tetangga kita (Raymond Dauson: 1999:26). Dari
kutipan tersebut dapat kita pahami bahwa belajar adalah bagian yang terpenting
dalam kehidupan.
Belajar bukan hanya di sekolah atau di tempat-tempat tertentu.
Tetapi belajar itu terjadi sepanjang hari. Perbuatan kita tanpa sadar akan
menjadi mata pelajaran bagi yang melihat. Kita juga harus belajar dari
kesalahan kita, apakah itu berdampak baik bagi orang sekeliling kita. Kalau kita
perokok, menyadari itu salah. Maka kita berusaha agar orang yang kita sayangi
jangan sampai seperti kita.
Keluarga adalah penentu pertama dalam penentuan
moral dan kehidupan anak pada masa depan. Karena akan ada peniruan-peniruan
yang berkelanjutan selama dia tumbuh (regenerasi). Kita semua bertanggung jawab
pada lingkungan anak-anak. Keluarga bertanggung jawab di dalam rumah tangga.
Tetangga bertanggung jawab dengan anak-anak tetangganya. Masyarakat bertanggung
jawab di tempat-tempat umum.
Penciptaan
Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial adalah lingkungan di mana anak berinteraksi dan berkativitas. Di mulai dari rumah, tempat pendidikan, tempat bermain dan seterusnya. Untuk menentukan lingkungan sosial anak dapat kita pelajari dari sejarah.
Lingkungan sosial adalah lingkungan di mana anak berinteraksi dan berkativitas. Di mulai dari rumah, tempat pendidikan, tempat bermain dan seterusnya. Untuk menentukan lingkungan sosial anak dapat kita pelajari dari sejarah.
Sebagai contoh
lingkungan sosial dapat dipelajari dari kehidupan filsuf Cina bernama Mengzi.
Ibu Mengzi memiliki reputasi legendaris sebagai seorang ibu yang bijaksana
dalam memilih lingkungan yang benar tempat dia membesarkan anaknya. Ibu Mengzi
pindah dari area sekeliling pasar. Karena Mengzi selalu bermain dan menjajakan
jualan.
Kemudian ibu mengzi pindah ke lingkungan sekitar sekolah. Perlahan
Mengzi kecil melupakan lingkungan pasar tempat dia dahulu. Kemudian dia mulai
memperhatikan anak-anak yang belajar dan sering mengikuti upacara keagamaan
(Raymond Dauson: 1999:26).
Kalau di zaman sekarang mungkin akan sulit pindah kelingkungan yang kita
inginkan. Maka dari itu kita akan menciptakan secara pribadi lingkungan
tersebut. Dimulai dari mengajak anak ke perpustakaan anak-anak.
Kemudian membantu membaca buku-buku anak-anak, seperti dongeng, cerpen atau
komik yang sesuai untuk anak-anak.
Lalu banyak berkunjung ke toko-toko buku,
bazar buku. Di hari-hari keagamaan ajak ketempat-tempat ibadah agama kita masing-masing.
Berikan pengalaman-pengalaman positif lainnya. Dekatkan dengan dunia
pendidikan. Dekatkan anak dengan buku-buku. Kalau anda perokok jangan terlalu
sering merokok di dekat anak-anak anda.
Ajarkan hidup bersih, seperti membiasakan menyikat gigi, mencuci kaki
sebelum tidur. Aku ingat masa kecil dulu ketika ayah dan ibu tidak mengajarkan
menjaga kesehatan gigi. Bukan salah mereka tetapi memang kesadaran itu belum
tumbuh di tengah masyarakat, karena saya lahir di pedesaan.
Dari sini dapat
diambil hikmah. Kalau anak-anak tidak akan tahu kalau mereka tidak diberi tahu
atau dibimbing. Maka kebiasan menyikat gigi sebelum tidur, mencuci kaki dan
wajah diajarkan pada mereka. Sebelum gigi mereka berlobang. Kalau sudah
berlobang ajaklah ke dokter gigi dan cabut gigi geraham berlobangnya. Aku ingat
waktu aku sekolah dasar. Datang dokter pencabut gigi dari kota. Mereka
ditugaskan oleh negara untuk membantu kesehatan gigi anak-anak.
Tapi saat
mereka masuk ruangan kelas kami yang masih kelas dua sekolah dasar jadi takut.
Sebab si dokter hanya bertanya siapa yang mau dicabut gigi berlobang. Kami
anak-anak takut sebab tidak mengerti. Tidak satupun kami maju, dan tidak ada
guru-guru yang mendampingi. Para dokter dan para guru kami waktu itu tidak
menciptakan lingkungan sosial yang baik walau mereka sudah memiliki pendidikan
cukup.
Untuk hiburan arahkan dengan tontonan yang mendidik. Kalu setiap sore
tontonannya sinetron maka kehidupannya tidak jauh dari cerita sinetron-sinetron
tersebut. Apalagi sinetron di negara kita yang bertema tahayul dan berebut
harta. Ditambah kadang ada perkataan yang mengarah perbuatan tidak senono dan
adegan tidak pantas.
Kemudian ajarkan kesederhanaan dan tanggung jawab. Kadang orang salah
membedakan antara kasih sayang dengan memanjakan. Orang tua menuruti semua
keinginan anak-anak mereka dengan alasan sayang. Sehingga mereka lupa bagaimana
mendidik.
Bentuk kasih sayang pada anak adalah mendidik, bukan memanjakan.
Maka, ajarkan tanggung jawab. seumpama mainannya yang berantakan setelah dia
selesai bermain. Agar memintanya merapikan kembali. Awalnya dibantu dan
lama-lama dia pandai sendiri. Setelah dia agak besar, sudah berumur sepuluh
tahunan, ajarkan cara mencuci kaos kakinya sendiri.
Agar melatih mereka
bertanggung jawab dan mandiri. Nanti, apabila mereka kulia atau bersekolah
tinggal di asrama sudah mandiri. Contoh memanjahkan anak. Misalnya diumurnya yang masih dibawah sepuluh
tahun sudah diberikan smartphone. Membuka aplikasi youtub berjam-jam.
Kemudian
matanya menjadi rusak. Pada saat menginjak usia remaja sudah memakai kacamata
minus. Inilah yang dimaksud memanjakan bukan menyayangi. Sayang dan cinta itu
melindungi dan sekaligus mendidik. Orang tua harus mampu melihat dampak
dikemudian hari dari apa-apa yang mereka perbuat saat anak-anak.
Penciptaan
Lingkungan Batin.
Lingkungan batin adalah lingkungan yang paling menentukan watak dan pemikiran anak dikemudian hari. Lingkungan batin ibarat ideologi dalam kehidupan berbangsa. Sehingga akan menjadi landasan dirinya berbuat, bertindak, dan berpikir. Hal yang perlu kita tanamkan adalah nilai-nilai moral.
Lingkungan batin adalah lingkungan yang paling menentukan watak dan pemikiran anak dikemudian hari. Lingkungan batin ibarat ideologi dalam kehidupan berbangsa. Sehingga akan menjadi landasan dirinya berbuat, bertindak, dan berpikir. Hal yang perlu kita tanamkan adalah nilai-nilai moral.
Baik dari ajaran agama yang
dianut dan etika sosial dari kebiasaan masyarakat sendiri (adat-istiadat).
Ketika aku waktu kecil, ayah mengajarkan bahwa tidak boleh menyebut nama orang
yang lebih tua dari kita, adat peraturan. Adat peraturan adalah
apabila orang tersebut lebih tua dari kedua orang tua kita, misalnya kakak dari
ibu kita (Uwa), bernama Mahmud. Dia memiliki anak tertua bernama Azzam.
Maka
ayah mengajarkan saya memanggilnya Uwa Azzam. Jangan Uwa Mahmud, karena
menyebut nama orang tua tidak sopan. Apa yang ayah ajarkan tersebut sampai
sekarang saya gunakan. Ketika ada orang yang lebih tua dari ayah atau ibu, maka
aku akan memanggil dengan nama anak tetua mereka atau yang sesuai.
Memberitahu yang boleh dan tidak bole. Kalau anak perempuan ajarkan
norma kewanitaan, harga diri sebagai wanita. Cara berpakaian dan cara bergaul
yang benar. Memberikan nasihat-nasihat baik.
Anak-anak walau dia belum mampu
mencernah nasihat dan kata-kata. Tetapi dia akan mengingat dan
merekam semuanya. Nanti perkataan dan nasihat tersebut akan terjawab sepanjang
perjalanan hidupnya. Seperti catatan yang terurai yang dapat dibaca otaknya
sepanjang waktu.
Lingkungan batin anak juga harus terhidar dari komplik.
Hindari pertengkaran di depan anak-anak dengan bentakan antara suami istri.
Jangan suka memaki dan berghibah didekat anak-anak. Karena nanti saat dia
sedang marah juga akan memaki sebagaimana ucapan yang dia dengar.
Lingkungan
jiwa anak membutuhkan ketentraman dan asupan-asupan positif. Perhatian yang
cukup, dan kasih sayang yang ditunjukkan akan memberikan kebahagiaan pada anak.
Agar dia tumbuh menjadi bangga dengan kehidupannya. Tidak melahirkan sikap
rendah diri yang membuat dia terpuruk. Atau sebaliknya dia akan menjadi
pembenci kehidupan.
Kesimpulan.
Lingkungan sosial dan lingkungan jiwa akan menentukan siapa dia dikemudian hari. Keluarga, tetangga, masyarakat sekitar bertanggung jawab dalam penciptaan lingkungan yang positif tersebut. Di zaman yang kompleks sekarang kita harus menciptakan lingkungan tersebut.
Lingkungan sosial dan lingkungan jiwa akan menentukan siapa dia dikemudian hari. Keluarga, tetangga, masyarakat sekitar bertanggung jawab dalam penciptaan lingkungan yang positif tersebut. Di zaman yang kompleks sekarang kita harus menciptakan lingkungan tersebut.
Karena sangat sulit menghindari secara alami
pengaruh-pengaruh lingkungan sosial kita. Maka kita harus menciptakan sendiri
lingkungan tersebut. Agar anak tidak mencari lingkungannya sendiri. Membuat
dunianya sendiri yang sesuai kesukaannya. Sedangkan dia belum memiliki akal dan
pengetahuan yang cukup.
Kalau anda memiliki anak yang menyukai kekerasan,
berkelakukan kurang baik. Mungkin anak itu sewaktu kecilnya menciptakan
lingkungannya sendiri. Kalau anak membuat lingkungan sendiri dalam menemukan
siapa dirinya. Dia akan tumbuh menjadi manusia yang keras dengan sesuatu yang
dia yakini. Beruntung kalau dia mendapat jalan kebaikan.
Maka jangan salahkan mereka, sebab anda tidak cukup cerdas dalam
menciptakan lingkungan anak-anakmu sendiri. Langkah awal adalah dengan
mengjarkan batinnya dengan hal-hal positif. Cara mengajarkan anak terbaik
adalah dengan cerita. Baik cerita dongeng, cerpen, bacaan-bacaan.
Atau komentar
positif pada kejadian nyata di sekeliling lingkungan kita. Lalu beri ulasan
pengajaran dari cerita dongeng, cerpen, bacaan-bacaan tersebut dengan dipadu
moral keseharian kita. Ceritakan tokoh-tokoh yang jujur dan baik. Dengan
demikian, anak tidak merasa kalau dia sedang digurui. Karena mengajar yang
paling baik tidak menggurui. Perlahan-lahan pemikirannya akan sama dengan
yang anda katakan dan ceritakan.
Maka dari itu, ibu yang berpendidikan
tinggi sangat diperlukan dalam menciptakan generasi moderen. Sehingga orang tua
dapat mengendalikan lingkungan sosial dan lingkungan jiwa anak. Satu hal,
kebanyakan orang tua di negara kita hanya memberi makan dan uang jajan tanpa
memberikan ajaran moral didalam jiwa anak-anak. Sehingga anak-anak mendapatkan
lingkungan jiwanya dari luar, seperti dari televisi, hanpone, orang lain, teman
dan sebagainya.
Oleh.
Joni Apero
Editor. Desti. S.Sos.
Palembang,
21 April 2019.
Sumber
foto. Julia Anggraini.
Daftar
Bacaan:
Bakker
SJ. Filsafat Kebudayaan Sebuah Pengantar. Yogyakarta: Kanisius,
1984.
Raymond
Dawson. Kong Hu Cu: Penutu Budaya Kerajaan Langit. Ter. Y.
Joko Suyono. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1999.
Yulia
Budiwati. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Universitas Terbuka, 2007.
Sumber
foto: Mahasiswa PIAUD Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang.
Sy. Apero Fublic
Via
Opini
Post a Comment