Ilmu Kesastraan
Perbedaan Syarce dengan Puisi, Sajak, dan Syair.
Apero Fublic.- Syarce
berarti Syair Cerita. Yang dimaksud dengan syair cerita adalah penggabungan
cerita pendek dengan karya sastra puisi, syair, sajak. Cerita yang di gabungkan
tidak panjang yang berfungsi menjelaskan dan mendeskripsikan maksud dari syair,
puisi atau sajak yang ditulis penyair. Syarce hadir untuk mengajak masyarakat
menikmati karya sastra bersama-sama.
Karena masyarakat pada umumnya tidak
mengerti makna pesan yang disampaikan oleh penyair. Syair hanya dinikmati oleh
orang-orang sastrawan dan peneliti sastra. Sebab orang awam sastra sangat sulit
mengerti bahasa syair, sajak, puisi yang memiliki banyak makna dengan bahasa
perumpamaan. Diharapkan hadirnya syarce akan menjawab semua itu. Berikut ini
ilustrasi syarce.
Cerita:
Aku seorang mahasiswa Sejarah Peradaban Islam yang mempelajari ilmu sejarah. Banyak sudah yang aku ketahui tentang Sejarah Peradaban Islam. Dari zaman Rasulullah SAW sampai dengan kejayaan Kesultanan di Nusantara. Bukan hanya itu, di Nusantara banyak sudah aku membaca tentang sejarah kerajaan sebelum Islam, seperti Kedatuan Sriwijaya, Kerajaan Majapahit, Kutai di Kalimantan, Mataram Kuno dan Mataram Islam.
Aku seorang mahasiswa Sejarah Peradaban Islam yang mempelajari ilmu sejarah. Banyak sudah yang aku ketahui tentang Sejarah Peradaban Islam. Dari zaman Rasulullah SAW sampai dengan kejayaan Kesultanan di Nusantara. Bukan hanya itu, di Nusantara banyak sudah aku membaca tentang sejarah kerajaan sebelum Islam, seperti Kedatuan Sriwijaya, Kerajaan Majapahit, Kutai di Kalimantan, Mataram Kuno dan Mataram Islam.
Kesultanan-kesultanan dari Aceh samapi Kesultanan
Papua. Dalam pengetahuan itu, aku mengetahui bahwa peradaban timbul tenggelam,
tidak ada yang abadi. Kebesaran tinggal cerita dan kenangan yang dibuktikan
oleh artefak, naska, prasasti dan jejak tulisan. Sehingga aku melihat yang masih hidup dari sisa peninggalan masa lalu
hanyalah berupa bahasa, adat istiadat, agama, budaya, dan warisan sastra. Dari
itulah hal yang perlu kita bangun adalah budaya, agama, sastra dan pendidikan
agar peradaban itu abadi.
Apabila kita kalah, dari empat hal tersebut, maka
kita kalah selama-lamanya. Serta hancur sehancur-hancurnya. Budaya adalah cara
hidup, pandangan hidup, identitas suatu masyarakat. Agama adalah bentuk
pengendalian sosial dan penjaga moral. Dan ilmu pengetahuan untuk membangun
sumber daya manusia. Dengan sumber daya yang baik akan mampu menguasai keilmuan
agama yang luas.
Syair:
BADAI NEGERIKU
Banyak cerita negeri-negeri.
Bertahta mahkota raja-raja
Mengalir cerita zaman.
Dan ramailah disudut negeri.
Kisah akan terhenti.
Cerita akan berakhir.
Sejarah tinggallah kenangan
Negeri-negeri jua tenggelam.
Dan bumi dalam kegelapan.
Tiadalah satu cahaya penerang.
Dan tiadalah suatu kejayaan.
Hancur jua ditelan zaman.
Peradaban jangan dibangun diatas gedung-gedung.
Peradaban hanya ada didalam.
Ilmu pengetahuan, budaya, dan Agama.
Inilah yang mesti kita bangun.
Agar tercapai kejayaan negeri.
Oleh: Joni Apero.
Palembang, Senin 23 Januari 2017.
Kategori. Syarce Fiksi.
Berikut adalah bentuk puisi atau sajak kenangan dari beberapa penyair Indonesia. Maksud dari tulisan ini adalah untuk memperbandingkan antara syarce dan syair biasa (sajak). Kalau kita sebagai orang awam sastra dapatkah kita mengerti syair melankolis di bawah ini. Karena makna dari syair berikut sangat sulit dimengerti bagi orang awam sastra.
Ketidak mengertian tersebut disebabkan karena malas berpikir dan kurangnya ilmu pengetahuan. Syair melankolis mengajak pembaca untuk berpikir. Berbeda dengan syair atau sajak yang sudah dimengerti maknanya. Pembaca atau pendengar akan langsung memahami makna pesan yang disampaikan. Pembaca diajak, berpikir mencari tahu itulah tanpa sadar pembaca telah belajar bijak dan belajar berpikir. Sehingga bentuk kecerdasan sedang diasah.
Syarce hadir untuk menuntun pemikiran dari pembaca. Memberi pandangan tentang apa yang dimaksud penyair. Syarce yang diawali dengan deskripsi singkat atau cerita singkat dimaksudkan agar pembaca mengerti maksud dari syair. Sehingga pembaca tidak jemu dan dapat menangkap pesan yang disampaikan.
Pembaca akan tahu maksdu dan makna yang disembunyikan dari balik kata-kata melankolis yang bersimbol. Berikut adalah pentuk syair biasa (sajak). Dapatkah kalian menangkap makna dari syair dibawah ini. Coba bandingkan dengan syarce di atas yang saya tulis sedikit makna dari syair saya (ada cerita). Yok, menulis syarce.
SURAT DUNIA MATI.
Telah kau sebar isyarat gaib.
Lewat seekor kucing mengeong di gelap malam
Matanya begitu dingin, tajam memandang ku
Menggetarkan bulu kudukku. Dan aku
Sepanjang jalan menghayati keasingan.
Mengalir sendirian di sungai deras waktu.
Sinar Alam Semesta Berkobar.
Mempersaksikan pemberontakan tauhidku
Pada selingkat ibadah jam kerja
Mengkonddisikan pikiran dan perasaanku.
Pada target produksi yang pasar.
Ya, kutanya pemberontakan tauhidku
Agar kehidupan terjaga menghayatiNya
Dalam siklus peradaban, mengaliri.
Urat-urat daraku. O dunia![1]
Soni Farid Maulana, 1987.
ELISA
Sekali kau bernyanyi
Sekali tertabur wangi
Mengantar segala ingatan ke pangkal hari
Kurasa kini aku jadi burung camar
Melepas diri dari segala sangkar
Mencelup sama biru melihat kelasi
Matanya kuyu rindukan tepi.
Tapi kurasa kini akupun kelasi.
Diluar mauku datanglah angin selatan
Membawa kapalku jauh melancar
Tidak ku tahu kapan aku kembali
Sekali kau bernyanyi
Sekali kau pautkan hati
Membayang segala impian di jauh hari.[2]
(Vita 1955)
Nafiri, Djamil Soeherman
IBU
Diredup bayangan senja
Nono lelap dipeluk bunda
Diayun mata
Dinyanyi lupa
Nono kecil jangan menangis
Ada matahari esok, Nonoku
Ibu buatkan mainan cahaya
Ibu suntikkan setangkai bunga.
Apa ibu harap
Nono yang pintar cerita
Tentang langit dan cinta
Bila renta punggung bunda
Dan matahari bukan ia punya?
Nono yang pintar cerita
Antar saja kembang tiap jumah
Di kubur bunda.[3]
Oleh. Djamil Soeherman.
(suara masyarakat, 1955).
SUBUH
Katakan aku berlindung aku,
pada penyempurna cahaya subuh
Dari petaka segala ciptaan-Nya
Dan gulita bila datang menyeluruh
Dan mereka yang menghembus buhul tali
Dan pendengki bila sakit hati.[4]
(Al-Falaq)
Mohammad Diponegoro, 1988.
Dari perbandingan tersebut dapat membedakan antara syair biasa tanpa cerita. Dengan syarce atau syair yang diberikan pengantar atau cerita diawal atau diakhir syair. Tentu kata-kata yang tidak dapat ditapsirkan sedikit dimengerti oleh pembaca.
Dalam menghadirkan cerita, dapat juga tempatkan dibagian awal atau dibagian akhir dari syarce. Atau cerita boleh juga diberikan pada awal dan akhir. Sehingga syair, puisi, sajak berada di tengah-tengah. Syarce terbagi dua, yaitu syarce fiksi (imajinasi murni) dan syarce nonfiksi atau objektif berdasarkan fakta yang ada.
Oleh. Joni Apero.
Editor. Selita. S.Pd.
Fotografer. Dadang Saputra.
Palembang, 2018.
Syair:
BADAI NEGERIKU
Banyak cerita negeri-negeri.
Bertahta mahkota raja-raja
Mengalir cerita zaman.
Dan ramailah disudut negeri.
Kisah akan terhenti.
Cerita akan berakhir.
Sejarah tinggallah kenangan
Negeri-negeri jua tenggelam.
Dan bumi dalam kegelapan.
Tiadalah satu cahaya penerang.
Dan tiadalah suatu kejayaan.
Hancur jua ditelan zaman.
Peradaban jangan dibangun diatas gedung-gedung.
Peradaban hanya ada didalam.
Ilmu pengetahuan, budaya, dan Agama.
Inilah yang mesti kita bangun.
Agar tercapai kejayaan negeri.
Oleh: Joni Apero.
Palembang, Senin 23 Januari 2017.
Kategori. Syarce Fiksi.
Berikut adalah bentuk puisi atau sajak kenangan dari beberapa penyair Indonesia. Maksud dari tulisan ini adalah untuk memperbandingkan antara syarce dan syair biasa (sajak). Kalau kita sebagai orang awam sastra dapatkah kita mengerti syair melankolis di bawah ini. Karena makna dari syair berikut sangat sulit dimengerti bagi orang awam sastra.
Ketidak mengertian tersebut disebabkan karena malas berpikir dan kurangnya ilmu pengetahuan. Syair melankolis mengajak pembaca untuk berpikir. Berbeda dengan syair atau sajak yang sudah dimengerti maknanya. Pembaca atau pendengar akan langsung memahami makna pesan yang disampaikan. Pembaca diajak, berpikir mencari tahu itulah tanpa sadar pembaca telah belajar bijak dan belajar berpikir. Sehingga bentuk kecerdasan sedang diasah.
Syarce hadir untuk menuntun pemikiran dari pembaca. Memberi pandangan tentang apa yang dimaksud penyair. Syarce yang diawali dengan deskripsi singkat atau cerita singkat dimaksudkan agar pembaca mengerti maksud dari syair. Sehingga pembaca tidak jemu dan dapat menangkap pesan yang disampaikan.
Pembaca akan tahu maksdu dan makna yang disembunyikan dari balik kata-kata melankolis yang bersimbol. Berikut adalah pentuk syair biasa (sajak). Dapatkah kalian menangkap makna dari syair dibawah ini. Coba bandingkan dengan syarce di atas yang saya tulis sedikit makna dari syair saya (ada cerita). Yok, menulis syarce.
SURAT DUNIA MATI.
Telah kau sebar isyarat gaib.
Lewat seekor kucing mengeong di gelap malam
Matanya begitu dingin, tajam memandang ku
Menggetarkan bulu kudukku. Dan aku
Sepanjang jalan menghayati keasingan.
Mengalir sendirian di sungai deras waktu.
Sinar Alam Semesta Berkobar.
Mempersaksikan pemberontakan tauhidku
Pada selingkat ibadah jam kerja
Mengkonddisikan pikiran dan perasaanku.
Pada target produksi yang pasar.
Ya, kutanya pemberontakan tauhidku
Agar kehidupan terjaga menghayatiNya
Dalam siklus peradaban, mengaliri.
Urat-urat daraku. O dunia![1]
Soni Farid Maulana, 1987.
ELISA
Sekali kau bernyanyi
Sekali tertabur wangi
Mengantar segala ingatan ke pangkal hari
Kurasa kini aku jadi burung camar
Melepas diri dari segala sangkar
Mencelup sama biru melihat kelasi
Matanya kuyu rindukan tepi.
Tapi kurasa kini akupun kelasi.
Diluar mauku datanglah angin selatan
Membawa kapalku jauh melancar
Tidak ku tahu kapan aku kembali
Sekali kau bernyanyi
Sekali kau pautkan hati
Membayang segala impian di jauh hari.[2]
(Vita 1955)
Nafiri, Djamil Soeherman
IBU
Diredup bayangan senja
Nono lelap dipeluk bunda
Diayun mata
Dinyanyi lupa
Nono kecil jangan menangis
Ada matahari esok, Nonoku
Ibu buatkan mainan cahaya
Ibu suntikkan setangkai bunga.
Apa ibu harap
Nono yang pintar cerita
Tentang langit dan cinta
Bila renta punggung bunda
Dan matahari bukan ia punya?
Nono yang pintar cerita
Antar saja kembang tiap jumah
Di kubur bunda.[3]
Oleh. Djamil Soeherman.
(suara masyarakat, 1955).
SUBUH
Katakan aku berlindung aku,
pada penyempurna cahaya subuh
Dari petaka segala ciptaan-Nya
Dan gulita bila datang menyeluruh
Dan mereka yang menghembus buhul tali
Dan pendengki bila sakit hati.[4]
(Al-Falaq)
Mohammad Diponegoro, 1988.
Dari perbandingan tersebut dapat membedakan antara syair biasa tanpa cerita. Dengan syarce atau syair yang diberikan pengantar atau cerita diawal atau diakhir syair. Tentu kata-kata yang tidak dapat ditapsirkan sedikit dimengerti oleh pembaca.
Dalam menghadirkan cerita, dapat juga tempatkan dibagian awal atau dibagian akhir dari syarce. Atau cerita boleh juga diberikan pada awal dan akhir. Sehingga syair, puisi, sajak berada di tengah-tengah. Syarce terbagi dua, yaitu syarce fiksi (imajinasi murni) dan syarce nonfiksi atau objektif berdasarkan fakta yang ada.
Oleh. Joni Apero.
Editor. Selita. S.Pd.
Fotografer. Dadang Saputra.
Palembang, 2018.
Daftar Baca.
Djamil Soeherman dan Mohammad
Diponegoro, Kabar Dari Langit, Bandung: Pustaka, 1988.
Djamil Soeherman, Nafiri,
Bandung: Pustaka, 1983.
Soni Farid Maulana, Matahari
Berkabut, Bandung: Pustaka, 1989.
Sumber foto sunrise. Nur Aisyah.
[1]Soni Farid Maulana, Matahari
Berkabut, Bandung: Pustaka. 1989, h. 6.
[2]Djamil Soeherman, Nafiri,
Bandung: Pustaka, 1983, h. 9.
[3]Djamil Soeherman dan Mohammad
Diponegoro, Kabar Dari Langit, (Bandung: Pustaka 1988), h. 43.
Sy. Apero Fublic
Via
Ilmu Kesastraan
Post a Comment