Sastra Klasik
Serat Dharma Wasita
Serat Dharma Wasita
Apero Fublic.- Salah
satu karya sastra klasik Indonesia adalah, Serat. Serat merupakan hasil buah
tangan dari penulis-penulis klasik dari Pulau Jawa. Serat banyak ditulis oleh
orang-orang terkemuka, tokoh masyarakat, atau para bangsawan.
Seperti Serat
Gendhing ditulis oleh Sultan Agung dari Kesultanan Mataram Islam. Dan
banyak lagi lainnya. Serat berupa tembang berbahasa Jawa bentuk sastra asli
orang Jawa. Berikut ini sedikit informasi tentang sebuah karya sastra serat. Serat
berjudul, Serat Darma Wasita yang didokumentasikan oleh Tatiek
Kartika dan kawan-kawan.
Merupakan kumpulan dari serat yang dijadikan satu. Serat
ini ditemukan dalam kumpulan “Serat Warna Warni” karangan Kanjeng Gusti
Pangeran Adipati Arya Mangku Negara IV, di Surakarta Jawa Tengah. Serat terdiri
dari tiga pupuh, yaitu: 1. Pupuh
Dhangdhanggula, sebanyak 12 bait. 2. Pupuh
Kinanthi sebanyak 10 bait. 3. Pupuh
Mijil sebanyak 20 bait.
Pupuh adalah istilah nama bagian-bagian dalam serat. Patokan dalam
mendendang atau menyanyikan. Jumlah keseluruhan bait dari ketiga pupuh ini
tersusun menjadi empat puluh dua bait. Serat ini berbentuk tembang, yang
ditulis pada bulan Maret tahun 1878 Masehi atau pada hari Selasa
Wage tanggal 13 Maulud Tahun Dal Ke 9, atau tahun 1607 Caka dengan sengkalan
Tahun Jawa, yang berbunyi; “Wineling
anengaha sariranta iku” yang berarti: hendaklah engkau mematuhi peraturan
itu.
Dalam ajaran serat ditekankan dalam pendidikan berkeluarga. Baik untuk
laki-laki atau pun untuk perempuan yang sudah menikah. Hendaklah
istri dapat membantu suami di dalam membina rumah tangga. Sebagai seorang istri
yang juga sebagai seorang perempuan. Dalam upaya menaklukkan suami atau supaya
dipercaya oleh suami.
Perempuan hendaklah berlaku baik, setia, lemah-lembut,
sabar, berbudi luhur, menutup aurat, menjaga kelakuan, menjauhi pergaulan yang
tidak baik. Jangan pergi ke dukun lalu mengguna-gunai sumai agar suami
percaya dan sayang. Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangku Negara IV,
menganjurkan masyarakat dengan memberikan ajaran, apa yang disebut dengan Astagina,
berarti Delapan Ajaran (pituduh).
1. Harus rajin bekerja. 2. Harus rajin dan suka akan pekerjaannya. 3.
Harus hemat. 4. Harus teliti. 5. Harus tahu perhitungan. 6. Harus rajin
belajar. 7. Harus dapat mengendalikan hawa nafsu. 8. Harus bisa mengatur
keuangan atau tidak boros dalam menggunakan uang. Berikut ini adalah
cuplikan dari Serat
Dharma Wasita yang terdiri dari tiga bagian pupuh, yaitu pupuh
dandanggula, pupuh
kinanthi, dan pupuh
mijil.
Serat Dharma Wasita
Pupuh
Dandanggula.
Mirih sarkara pamardining siwi,
Winusita denira manitra,
Nujwari Selasa Wage,
Triwelas sasi Mulud,
Ka sanga Dal sengkaleng warsi,
Wineling anengaha,
Sariranta iku,
Mring iki wasitaning wong,
Marang sira putreng sun jalir lan estri,
Nuga padha ngestokena.
Mirih sarkara pamardining siwi,
Winusita denira manitra,
Nujwari Selasa Wage,
Triwelas sasi Mulud,
Ka sanga Dal sengkaleng warsi,
Wineling anengaha,
Sariranta iku,
Mring iki wasitaning wong,
Marang sira putreng sun jalir lan estri,
Nuga padha ngestokena.
................................................
Pupuh
Kinanthi.
Dene wulang kang dumunung,
Pasuwitan jalu estri,
Lamun gregep wateg ira.
Tan karya gela kang nuding,
Pethel iku datan dadya,
Jalaran duk sayekti.
Dene wulang kang dumunung,
Pasuwitan jalu estri,
Lamun gregep wateg ira.
Tan karya gela kang nuding,
Pethel iku datan dadya,
Jalaran duk sayekti.
................................................
Pupuh
Mijil.
Wulang estri kang wus pala krami
Lamun pinitados.
Amengkoni mring bak wisma.
Among putra maru sentanabdi.
Deng angati-ati.
Ing sadurungipun
Wulang estri kang wus pala krami
Lamun pinitados.
Amengkoni mring bak wisma.
Among putra maru sentanabdi.
Deng angati-ati.
Ing sadurungipun
..................................................
Berikut
ini penjelasan singkat dari pembahasan isi Serat Darma Wasita:
Pupuh
Dhandanggula
Bagian
pengantar serat. "Serat Darma Wasita ditulis atas perintah Kanjeng Gusti
Pangeran Adipati Arya Mangkunegara IV pada tahun 1607 C atau tahun 1887 Masehi,
bulan Maret hari Selasa Wage, 13 Maulud tahun Dal ke 9. Dengan sengkalan tahun
"wineling anengaha sariranta iku." Serat ini ditujukan kepada kita
semua, baik laki-laki maupun perempuan. Kanjeng Gusti mengharapkan dengan Serat
Darma Wasita ini agar kita semua melaksanakan ajaran yang terkandung di dalamnya.
Pupuh
Kinanthi
Sedangkan
pupuh kinanti berisi ajaran yang diberikan kepada para wanita dan pria ini
adalah agar mereka memiliki sifat rajin, agar tidak membuat orang kecewa,
kebodohan tidak akan membuat orang menjadi baik.
Pupuh
Mijil
Pupu
Mijil berupa ajaran bagi wanita yang telah bersuami (menikah), hendaklah
dipercaya dapat mengatur rumah tangganya, dapat mengasuh (ngemong) kepada
keturunannya (anaknya), madu serta para pembantunya dengan sangat hati-hati
sebelum
Serat
Dharma Wasita ditulis dalam bahasa Jawa, dan menggunakan aksara Jawa. Pada
bait-bait memiliki baris yang berbeda dalam setiap pupuh. Bait pupuh dhandhanggula memiliki
sepuluh baris syair dalam satu bait. Pada pupuh
kinanti dan pupuh
mijil terdapat enam baris syair dalam setiap satu bait.
Serat
Dharma Wasita diteliti oleh, Tatiek Kartika Sari, Ninien Karlia, dan
H. Ahmad Yunus, sedangkan sebagai konsultan adalah Profesor S. Budhisantoso.
Diterbitkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 1990. Buku
penelitian ini terdiri dari empat bab dan 88 halaman, yang kata pengantarnya
oleh ketua tim penelitian Tatiek Kartika Sari.
Oleh: Joni Apero.
Editor. Selita. S. Pd.
Fotografer. Dadang Saputra.
Palembang, 2018.
Sumber dan Hak Cipta: Tatiek Kartika Sari, Ninien Karlina, H. Ahmad Yunus, S. Budhi santoso, Serat Dharma Wasita. Jakarta: Serat Dharma Wasita, 1990.
Oleh: Joni Apero.
Editor. Selita. S. Pd.
Fotografer. Dadang Saputra.
Palembang, 2018.
Sumber dan Hak Cipta: Tatiek Kartika Sari, Ninien Karlina, H. Ahmad Yunus, S. Budhi santoso, Serat Dharma Wasita. Jakarta: Serat Dharma Wasita, 1990.
Sy. Apero Fublic
Via
Sastra Klasik
Post a Comment