Sastra Kita
Syair Cerita. Merantau.
Apero
Fublic.- Kisah ini bukan sebuah ratapan. Kisah ini adalah sebuah history ku. Bermulahlah
kisa dari gelembung kecil, di sudut telaga. Di sebuah pondok yang berdinding
kulit pohon. Suatu pagi, aku pecahkan tabungan keramikku, yang berbentuk ayam
jago. Hingga berserakan uang yang telah lama aku tabungkan. Ada banyak koin,
ada juga uang kertas.
Menetes air mataku, lalu basahlah luka di hatiku, terasa
perih, juga pedih. Akhirnya penantian jiwaku terjawab sudah. Aku yang sudah
putus asa dalam kehidupan ini, sekarang sedikit berharap. Sesungguhnya, tidak
banyak cita-citaku. Aku ingin belajar dengan baik, sampai ke Perguruan Tinggi.
Kemudian aku akan banyak membaca dan menulis.
Sudah bertahun-tahun aku
memimpikan kembali belajar. Aku putus sekolah sebab ekonomi dan kehidupan
keluarga yang tidak stabil. Kini kesempatan kedua datang kembali. Walau aku
sudah dewasa, dan terlambat. Aku mempergunakan sisa waktu ini, untuk kembali
merajut mimpi-mimpi kecil aku dahulu.
Mimpi seorang anak petani yang miskin.
Hari ini, aku melangkah perlahan, dengan tas ransel yang penuh buku, dua kardus
buku-buku yang menjadi harta berhargaku. Kemudian, aku membawa kegetiran hidup
yang menggerogoti jiwaku yang kering. Kering ilmu, kering kasih sayang, kering
nasihat, dan kering ilmu agama.
Aku melihat kali terakhir desaku. Rumah-rumah panggung yang berjajar di
pinggiran jalan raya. Daun kelapa melambai-lambai tertiup angin. Suara kokok
ayam, dan nyanyian burung-burung. Seiring jalan aku melangkah pergi. Aku
memandang kelebatan hutan, dimana aku selalu berlari-lari dari kecil disana.
Aku mengintip di balik celah dedaunan itu. Disana ada ceritaku yang lebam oleh
hinaan, yang suram oleh hujatan, yang retak karena diremehkan oleh siapa saja.
Aku rindu bangku sekolah sewaktu sekolah dasar, aku rindu bangku sekolah
sewaktu SMP.
Aku menyambung harapan yang sudah lama tenggelam di lautan
kemiskinan, dan kebodohan. Sekarang walau hatiku teriris, dan pedih. Aku akan
memulai kembali dari awal semuanya. Aku pergi merantau ke bumi Sriwijaya.
Aku
akan kembali belajar, aku akan banyak membaca, aku akan memulai menulis. Dan
aku memulai berjuang kembali, untuk cinta-citaku, untuk Islam, untuk Indonesia,
dan untuk ayah dan ibu. Aku pergi semuanya, nantikan aku kembali disini. Aku
merantau.
MERANTAU
Aku
berdiri, di padang ilalang.
Menatap
sayu ke langit biru.
Tiupan
angin menggoyang rambutku.
Dalam
hembusan kotornya udara kota.
Aku
menapak sepanjang jalan.
Aku
mencoba menahan segala rasa.
Hati
pun, di rundung awan kelabu.
Demi
ilmu, demi masa depan, demi Islam.
Demi
negara dan demi membanggakan orang tua.
Aku
korbankan waktu.
Aku
tinggalkan kampung halaman.
Kelapa-kelapa
nan indah, melambai.
Bukit-bukit yang
hijau.
Dengan
berat hati, ku kenang dengan indah.
Di
antara gulungan ombak dan badai.
Di
balik petir yang memecah langit.
Sekilas
raja angkara menghampiri.
Dengan
cambuk api menyalah.
Mencambuk, Memecut, Melibas.
Hingga.
Rinti-rinti
pun bergetar.
Sedu-sedu
tangis menembus Nasip.
Aku
buang rasa Ragu.
Aku
Hempaskan rasa Gentar.
Ku
hancurkan rasa Bimbang.
Aku
Bulatkan Tekad.
Akan
aku, Songsong Masa Depan.
Walau,
Tak pernah ku tau,
Di
mana aku berteduh.
Ku
kais apa, agar Makan.
Bilah
haus, Ku nanti hujan dari langit.
Ya,
Allah aku berjihad, aku berdoa.
Aku
serahkan jalan ku, pada mu.
Dalam
kefanaan dunia.
Orang
bilang merantaulah agar kita mengerti apa itu rindu. Kemudian pulanglah agar
kita tahu bahwa kampung halaman adalah tempat terindah. Merantau yang baik
adalah merantau menuntut ilmu. Sebab dengan berilmu akan membuka pemikiran yang
positif.
Kalau merantau tanpa ilmu, maka akan sulit untuk bangkit. Setelah
selesai mencari ilmu, maka mulailah mencari kehidupan. Aku berharap dalam
perjalanan ini, aku mulai menemukan jalan dari cita-cita dan perjuanganku.
Aku
bertekad untuk berbuat sesuatu yang berharga semasa hidup ini. Aku akan
berusaha menjadi seseorang yang berguna bagi orang lain. Namun aku juga jalan
ini tidak mudah. Mungkin aku akan terluka dan terus berdarah-darah. Atau
mungkin aku gugur sebelum datang pada tujuan.
Oleh.
Joni Apero.
Editor.
Selita. S.Pd.
Palembang,
2013.
Kategori.
Syarce Fiksi.
Catatan: Yang
mau belajar menulis: mari belajar bersama-sama: Bagi teman-teman
yang ingin mengirim atau menyumbangkan karya tulis seperti puisi, pantun,
cerpen, cerita pengalaman hidup seperti cerita cinta, catatan mantera, biografi
diri sendiri, resep obat tradisional, quote, artikel, kata-kata mutiara
dan sebagainya.
Kirim
saja ke Apero Fublic. Dengan syarat karya kirimannya hasil tulisan
sendiri, dan belum di publikasi di media lain. Seandainya sudah dipublikasikan
diharapkan menyebut sumber. Jangan khawatir hak cipta akan ditulis sesuai nama
pengirim.
Sertakan
nama lengkap, tempat menulis, tanggal dan waktu penulisan, alamat penulis. Jumlah
karya tulis tidak terbatas, bebas. Kirimkan lewat email: fublicapero@gmail.com
idline: Apero Fublic. Messenger. Apero fublic. Karya kiriman
tanggung jawab sepenuhnya dari pengirim.
Sy. Apero Fublic
Via
Sastra Kita
Post a Comment