Sastra Kita
Aku bertahan dan mengobati.
Syarce. Sakit Hati
Apero
Fublic.- Pernah sesekali seseorang begitu sakit hatinya. Baik itu, karena
cinta yang di hianati, atau mungkin juga karena hinaan seseorang pada dirinya.
Sebab kekurangannya. Kadang juga karena tipuan orang, yang membuat
kehancuran. Atau karena sahabat yang menggunting dalam lipatan.
Celakanya orang yang menusuk kadang kalah adalah orang yang dekat, mungkin
teman, atau saudara sendiri. Teman atau saudara yang seperti itu memang sangat
mengerikan, seperti kalajengking yang bersembunyi dibalik rerumputan, kemudian
menyengat tiba-tiba. Bahkan sengatan kalajengking, kalah dibandingkan sakit
oleh penghianatan.
Dimana awalnya kita sangat percaya, bahwa dia seperti
matahari yang bersinar menerangi. Tetapi kemudian ternyata dia seorang
penghianat. Sehingga rasa sakit, kemudian memunculkan kemarahan, dan kebencian.
Dahulu seperti bulan dan bintang, muncul bersamaan saat malam, dan menghilang
bersamaan saat siang.
Sekarang bagaikan matahari dan rembulan, yang tidak akan
pernah bersatu atau bertemu lagi. Bila pergi sebab merantau lambat laun akan
kembali. Namun pergi sebab kekecewaan, mungkin seseorang akan pergi untuk
selamanya.
Lalu dalam luka para itu, pergi dengan sendirinya. Mencoba mengobati
hati, menapak jalan seorang diri. Apabila dibayangkan betapa sakit rasanya.
Apalagi membayangkan mereka tertawa dalam kemenangan. Dia berbangga dengan
kehebatan menipunya, dengan penghiatannya.
Sementara di sini, menahan rasa
sakit yang tiada taranya. Bolehkah membalas dendam, bolehkah membenci mereka.
Namun dengan sekuat tenaga mengubur itu semua. Sedikit tersenyum dengan nada
rendah. Bersabar mencoba sabar. Menangis mencoba berhenti. Memang aku kalah
jawab hati. Tuhan, kuatkan aku dalam pengasingan ini. Untuk membangun duniaku
kembali.
SAKIT HATI
Kau kalajengking malam.
Tubuhmu hitam, sehitam-hitamnya.
Bermata merah berontak racun
kepalamu bertanduk kakimu bercakar.
Sekali kau sengat aku.
Hampir aku menangis, hampir aku menjerit
Kau kalajengking malam.
Tubuhmu hitam, sehitam-hitamnya.
Bermata merah berontak racun
kepalamu bertanduk kakimu bercakar.
Sekali kau sengat aku.
Hampir aku menangis, hampir aku menjerit
Namun semua aku benamkan,
di hati ku yang pilu.
Pecah empedu ku, pecah
jantung ku.
Andai tiada tuhan,
Telah
ku belah dikau dengan amuk ku
Nyeri, ngilu, menggigil
tubuh ku.
Kau gigit aku.
Kau gigit aku.
Kau suntikan racunmu,
dengan ekor api mu.
Aku bertahan dan mengobati.
Dengan kesabaran dan ke
ikhlas.
Mungkin aku tak dapat
memaafkan.
Mungkin tuhan dapat
memaafkan.
Berbuailah engkau dengan
karma,
dan hari perhitungan.
Sekarang,
Sekarang,
bisa mu menebar racun dihidupku.
Membuat sekujur tubuhku mati.
Aku pergi, aku berhenti berharap.
Biarlah langit dan bumi selamanya berpisah.
Membuat sekujur tubuhku mati.
Aku pergi, aku berhenti berharap.
Biarlah langit dan bumi selamanya berpisah.
Bukanlah suatu takdir.
Tetapi memang itu,
semestinya.
Aku benci akan engkau, matahari.
Biarlah, aku berlari ke pelukan malam.
Kan ku cari cahaya ku sendiri.
Aku benci akan engkau, matahari.
Biarlah, aku berlari ke pelukan malam.
Kan ku cari cahaya ku sendiri.
Nan di langit,
beribu-ribu, bintang-bintang.
Kan kudapat, satu
bintang, akan ku miliki.
Matahari, bakarlah seluruh bumi.
Matahari, bakarlah seluruh bumi.
Dengan api nafsu dan
keserakahan mu.
Tiadalah peduli.
Karena aku sudah mati.
Karena aku sudah mati.
Kehidupan
memang sangat keras. Namun semua itu tidak akan menyebabkan siksa apabila kita
berserahdiri pada Allah. Satu hal yang harus kita tahu, bahwa manusia berjalan
di garis takdirnya masing-masing. Ketiga garis itu berbeda sebagaimana kita
kuat untuk menyatukan tidak akan mungkin bersatu.
Kita akan bersatu dengan dua
jalan yang berbeda kemudian ujung jalan itu menyatu dengan jalan yang lainnya.
Maka saat itulah nanti kita melangkah bersama. Jadi
ikutilah jalan kita dan jangan risaukan kehidupan orang. Saat mereka menyakiti
dan saat mereka melukai maafkan mereka. Akhiri kemarahan diri. Hapus rasa sakit
hati, dan melangkah dengan cerita baru lagi. Semoga yang pernah sakit hati,
yang pernah patah akan tetap kuat melangkah.
Oleh: Adral Edwan.
Editor. Selita. S.Pd.
Fotografer. Dadang Saputra
Palembang,
10 November 2013.
Catatan: Yang
mau belajar menulis: mari belajar bersama-sama: Bagi teman-teman
yang ingin mengirim atau menyumbangkan karya tulis seperti puisi, pantun,
cerpen, cerita pengalaman hidup seperti cerita cinta, catatan mantera, biografi
diri sendiri, resep obat tradisional, quote, artikel, kata-kata mutiara
dan sebagainya.
Kirim
saja ke Apero Fublic. Dengan syarat karya kirimannya hasil tulisan
sendiri, dan belum di publikasi di media lain. Seandainya sudah dipublikasikan
diharapkan menyebut sumber. Jangan khawatir hak cipta akan ditulis sesuai nama
pengirim.
Sertakan
nama lengkap, tempat menulis, tanggal dan waktu penulisan, alamat penulis. Jumlah
karya tulis tidak terbatas, bebas. Kirimkan lewat email: fublicapero@gmail.com
idline: Apero Fublic. Messenger. Apero fublic. Karya kiriman
tanggung jawab sepenuhnya dari pengirim.
Sy. Apero Fublic
Via
Sastra Kita
Post a Comment