Syarce
Sy. Apero Fublic
Tiga Jawaban Rindu
Apero Fublic.- Syarce. Aku
seperti bunga yang sedang mekar. Menyambut pagi dikebekuan embun. Butir-butir
embun menetes yang menyejukkan kelopakku. Menyambut pagi pekik jiwaku. Ada yang
tak sabar aku tunggu, saat mentari mulai merambat naik dikegelapan.
Menengada ke arah mentari menyapa itu. Aku ingin berteriak pada kumbang, kupu-kupu kalau aku sudah mekar. Tapi sayang tak sedikit kata terucap. Hanya berpura tak melihatmu, tapi berharap kau mengerti. Hatiku berkata dan aku kinci mulutku. Hatiku memberitahu kalau aku sudah siap dan menunggu.
Lihatlah aku sudah mekar, minumlah serbuk sari agar aku menjadi putik, buah, dan matang. Begitulah kiranya perumpamaan diriku. Kalau hendak jujur tentu sudah lama aku katakan padamu. Perasaan yang ingn bertemu dan kau mendatangiku disaat-saat rindu yang memuncak.
Menengada ke arah mentari menyapa itu. Aku ingin berteriak pada kumbang, kupu-kupu kalau aku sudah mekar. Tapi sayang tak sedikit kata terucap. Hanya berpura tak melihatmu, tapi berharap kau mengerti. Hatiku berkata dan aku kinci mulutku. Hatiku memberitahu kalau aku sudah siap dan menunggu.
Lihatlah aku sudah mekar, minumlah serbuk sari agar aku menjadi putik, buah, dan matang. Begitulah kiranya perumpamaan diriku. Kalau hendak jujur tentu sudah lama aku katakan padamu. Perasaan yang ingn bertemu dan kau mendatangiku disaat-saat rindu yang memuncak.
Namun
tidak semuda itu membuka bahasa hati. Tidak banyak yang mudah mengerti dengan
isyarat rindu. Rindu itu indah sekali saat-saat datang. Melambung mimpi dan
angan-angan untuk bersamamu. Tak sadar senyum muncul oleh angan-angan. Lalu aku
cepat sadar kalau itu hanyalah harapan.
Membuat aku resa dan bertanya. Akankah harapan itu menjadi nyata. Akankah suatu saat nanti rindu tidak perlu hadir lagi. Benar kata hatiku, rindu harus diusir dari jiwaku. Namun bagaimana mengusirnya tanya jantungku. Sedangkan disetiap denyut kau menyebut dan mengingatnya.
Filoshofi rindu, dia hadir karena perpisahan dan abadi dalam jarak yang jauh. Maka, ada tiga jawabanya. Pertama kau ada disisiku selamanya. Kedua, aku hadirkan rindu yang lainnya di hati ini. Ketiga, aku menghapus semua itu dan rindukan Allah semata. Semoga kau mengerti wahai penyebab rindu.
Membuat aku resa dan bertanya. Akankah harapan itu menjadi nyata. Akankah suatu saat nanti rindu tidak perlu hadir lagi. Benar kata hatiku, rindu harus diusir dari jiwaku. Namun bagaimana mengusirnya tanya jantungku. Sedangkan disetiap denyut kau menyebut dan mengingatnya.
Filoshofi rindu, dia hadir karena perpisahan dan abadi dalam jarak yang jauh. Maka, ada tiga jawabanya. Pertama kau ada disisiku selamanya. Kedua, aku hadirkan rindu yang lainnya di hati ini. Ketiga, aku menghapus semua itu dan rindukan Allah semata. Semoga kau mengerti wahai penyebab rindu.
RINDU
Rindu,
Kata
tepat yang mewakili perasaan ku.
Saat-saat
ini, tentunya.
Celoteh
lirik yang hampir ku ucap.
Di
sepanjang waktu-waktu ku.
Aku
ingin berlari menemui dirimu
Orang
yang selalu aku rindu.
Satu
saja pinta jiwa
Aku
ingin kau ada disisi ku.
Menemani
hari-hari ku.
Bagi
ku, bukan rindu yang berat.
Tetapi
menunggulah yang berat.
Lebih
berat.
Sekilas
tentang aku. Namaku Winda Ariska, aku lahir di Tempirai Kabupaten PALI, pada
tahun 1997. Kesibukanku sehari-hari adalah mengajar dan kulia di sebuah
universitas di Sumatera Selatan. Aku menyukai warna biru dan pink. Menurutku
warna biru adalah warna abadi. Sedangkan pink adalah warna kelembutan wanita.
Aku memiliki sifat cuuek kalau belum mengenal orang dengan baik. Tapi kalau sudah kenal aku jamin akan akrab dan humoris, baik, dan juga ramah. Kalau makanan kesukaanku adalah bakso, dan merujak yang pedes-pedas. Motonya, banyak jalan menuju Mekkah. Pesanya jangan terlalu berharap pada manusia karena Allah nanti marah.
Aku memiliki sifat cuuek kalau belum mengenal orang dengan baik. Tapi kalau sudah kenal aku jamin akan akrab dan humoris, baik, dan juga ramah. Kalau makanan kesukaanku adalah bakso, dan merujak yang pedes-pedas. Motonya, banyak jalan menuju Mekkah. Pesanya jangan terlalu berharap pada manusia karena Allah nanti marah.
Oleh:
Winda Ariska.
Editor. Joni Apero
PALI, 23 November 2018.
Kategori.
Syarce Fiksi.
Via
Syarce
Post a Comment