Mitos
Mitos Hantuan Di Tengah Masyarakat Melayu
Apero Fublic.- Hantuan adalah sejenis
makhluk halus. Hadirnya hantuan disebabkan ruh orang yang meninggal tidak
terima dengan kematiannya. Atau diistilahkan dengan arwah penasaran. Hantuan
muncul dan menghadirkan suatu mitos di tengah masyarakat Melayu Sekayu. Berikut
penjelasannya.
Mitos adalah cerita suatu bangsa tentang
dewa dan pahlawan zaman dahulu yang mengandung penafsiran tentang asal usul
alam semesta dan bangsa itu.[1] Mitos dapat juga ditafsirkan suatu cerita
dan keyakinan suatu masyarakat tanpa memiliki fakta-fakta sesuai logika dan
bersifat kegaiban dan keajaiban. Setelah mitos diikuti dengan paham animisme.
Animisme adalah kepercayaan pada roh-roh yang mendiami benda-benda, seperti
pohon, batu dan sebagainya.[2]
Animisme adalah kepercayaan kalau benda
yang hidup atau mati memiliki roh atau nyawa sama halnya dengan manusia atau
hewan. Manusia pada masa ini memuja atau menyembah pohon-pohon besar, batu
besar, dan kemudian berkembang dengan membuat patung-patung. Masyarakat
animisme yakin orang-orang yang sudah meninggal roh atau arwah mereka akan
tinggal di suatu tempat, seperti pepohonan besar, hutan lebat, gunung-gunung,
lembah, gua-gua. Dari pemikiran itu, akhirnya muncul paham tempat angker atau
menakutkan di suatu tempat.
Sedangkan dinamisme adalah kepercayaan
adanya kekuatan ghaib atau mistik yang terdapat di dalam suatu benda-benda.
Seperti senjata pusaka, jimat, mantera-mantera, kuburan, batu besar dan sebagainya.[3] Kedua paham ini dinamakan paham tahayul yang
dilarang di dalam Islam. Para pelaku yang percaya dihukum berdosa.
Kedua paham tahayul animisme dan dinamisme
tersebut mendarah daging di dalam jiwa bangsa Indonesia. Sejak masa-masa purba
sudah menjadi jalan pemikiran masyarakat. Sehingga walaupun sudah menjadi
seorang muslim tetap percaya dengan tahayul. Bentuk tahayul yang merupakan
turunan dari paham animisme dan dinamisme seperti percaya adanya sejenis mahluk
halus, yaitu Hantu. Pada masyarakat Melayu Musi Banyuasin, Sumatera Selatan ada
istilah penyebutan makhluk sejenis hantu dengan Hantuan.
Kata Hantuan berasal dari kata antu. Antu adalah
istilah penyebutan mahluk halus yang jahat. Sedangkan akhiran an adalah
menjelaskan proses menjadi. Sesuatu yang satu menjadi lebih dari satu. Dari
manusia kemudian menjadi bentuk lain, yaitu hantu.
Dalam pemikiran masyarakat proses adanya
atau munculnya Hantuan disebabkan kematian tidak wajar seseorang. Misalnya di
suatu tempat ada orang yang meninggal diterkam harimau di bawah sebatang pohon
besar. Maka ruh orang tersebut akan menjadi hantu. Masyarakat percaya kalau
disekitar itu, dan pohon tersebut akan menjadi rumah ruh orang yang meninggal
diterkam harimau itu.
Sehingga timbullah penyebutan dengan
Hantuan. Penamaan hantuan juga sesuai dengan tempat. Misalnya pohon itu namanya
pohon rengas. Maka namanya Hantuan Pohon Rengas. Atau dengan nama orang yang
meninggal di sana. Misalnya nama orang diterkam harimau tersebut, Zura. Maka
namanya Hantuan Zura.
Hal-hal yang dipercaya masyarakat saat
kehadiran hantuan. Adanya kejadian-kejadian aneh-aneh. Misalnya ada sesuatu
yang mengikuti aktivitas orang yang diganggu. Kalau orang itu sedang batuk si
Hantuan juga terdengar batuk. Kalau orang yang diganggu sedang melempar
seseuatu. Hantuan juga melempar sesuatu. Walau tidak terlihat diketahui dengan
suara-suaranya. Seandanya yang di ganggu minum terdengar suara meneguk air.
Maka Hantuan juga terdengar minum dan
meneguk air. Kadang muncul kejadian ganjil. Misalnya pohon bergoyang hebat tapi
tidak ada angin atau hewan di atasnya. Mitos ini berkembang terus menerus.
Cerita demi cerita yang berkembang melebar. Membuat masyarakat menjadi takut,
dan menghindari daerah yang diyakini ada hantuan.
Mitos Hantuan muncul dari cerita-cerita
tidak jelas. Kadang disuatu tempat ada angin puyuh kecil, kebetulan di sekitar
itu ada orang yang meninggal karena sakit misalnya bebrapa tahun lalu. Kemudian
masyarakat menghubungkannya dengan orang meninggal tersebut. Maka tuduhan
hantuan dialamatkan pada orang itu. Maka mitos hantuan terbentuk dari waktu ke
waktu.
Seiring penceritaan terus menerus, turun temurun.
Sehingga mitos hantuan tersebar dan diyakini keberadaanya. Kepercayaan dengan
adanya Hantuan ini adalah bentuk dari rentetan kepercayaan animisme dan
dinamisme. Pola pikir tahayul dan tidak logis ini patut untuk dihilangkan.
Oleh. Joni Apero.
Editor. Desti. S.Sos.
Palembang, 2 Agustus 2019.
Sumber: Wawancara dengan tetua masyarakat di Kecamatan Sungai
Keruh, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan.
Suharso dan Ana Retnoningsih. Kamus
Besar Bahasa Indonesia. Semarang: Widya Karya, 2011. Sumber foto:
Apero Fublic.
[1]Suharso
dan Ana Retnoningsih, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Semarang: Widya
Karya, 2011, h. 324.
[2]Suharso dan Ana Retnoningsih, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, h. 43.
[3]Suharso dan Ana Retnoningsih, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, h. 123.
Sy. Apero Fublic
Via
Mitos
Post a Comment