Mitos
Mitos Makhluk Iyau Pada Masyarakat Melayu
Apero Fublic.- Pada
masyarakat Melayu Sekayu ada sebuah cerita rakyat yang sudah turun temurun.
Tidak tahu dari mana asal cerita, namun cerita ini tersebar di tengah
masyarakat. Cerita rakyat tentang mahluk yang tidak dikenal, bernama Iyau. Iyau
adalah mahkluk yang menggabungkan tiga unsur; unsur manusia, unsur hewan, dan
unsur suban (siuman) atau makluk halus.
Para orang tua dahulu sadar kalau unsur
sastra dapat menjadi media pengajaran yang sangat baik pada manusia. Ajaran
yang diselipkan dalam sastra lisan atau tertulis dapat berupa sastra nasihat
atau sastra melindungi. Fungsi cerita rakyat makhluk Iyau adalah untuk melindungi. Untuk
menakuti anak-anak agar tidak bermain terlalu jauh dari pemukiman. Sebab pada
masa dahulu hutan-hutan sangat lebat dan banyaknya binatang buas menjadi
ancaman.
Cerita juga diselipkan untuk pengendalian sosial, seperti hubungan
wanita dan laki-laki. Para orang tua yang harus bekerja di ladang atau
beraktivitas jauh dari rumah. Akan sulit mengawasi anak-anak yang suka bermain
terutama di sungai sebagai tempat mandi dan bermain. Orang Melayu dahulu setiap
pemukiman selalu di pinggir sungai-sungai. Hampir setiap nama sungai
selalu menjadi nama tempat.
Anak-anak, saat musim kemarau mereka akan berjalan jauh menyusuri
sungai-sungai mencari ikan, siput, kerang, kepiting dan sebagainya. Musim
kemarau dimana ular berbisa, hewan buas seperti harimau, beruang, serigala dan
gajah akan mendekati sumber air. Maka dikhawatirkan anak-anak akan di serang
oleh hewan-hewan lapar tersebut.
Begitupun di hutan yang lebat akan membuat anak-anak
tersesat dan juga kemungkinan diserang binatang buas. Kaum wanita juga rentan
dengan pelecehan seks sual di sungai. Atau akan terjadinya seks tidak sehat
mengingat sungai adalah bagian interaksi masyarakat waktu itu.
Menurut cerita masyarakat, bahwa makhluk Iyau ini muncul biasanya saat
kemarau panjang. Pernah suatu ketika, orang tua (orang zaman
dulu) bertemu atau melihat. Yaitu, memergoki Iyau sedang berjalan menyusuri
tepian sungai. Orang tersebut melihat mengintif dari atas tebing sungai.
Memperhatikan dan mengingat ciri-cirinya. Mahkluk Iyau menyusuri sungai-sungai
yang setengah kering mencari makanan seperti, siput, keong, kepiting,
labi-labi, ikan, berang-berang atau apa saja yang dapat ditemukan di sepanjang
sungai. Memakan semuanya mentah-mentah secara langsung tanpa di masak atau di
olah.
Saat mencari pasangan hidup Iyau juga sering menculik manusia untuk
istri atau suaminya. Mahluk ini menyihir sehingga manusia yang di culik lupa
diri atau tidak sadar. Mungkin sama seperti di hipnotis zaman sekarang. Manusia
yang di culik dibawak kemana mereka pergi. Mengikuti dari belakang tanpa
menyadari dan tidak tahu apa yang terjadi padanya. Perlahan-lahan manusia yang
mereka culik akan berubah secara psikologis dan fisik seperti Iyau.
Makhluk Iyau bermulah dari manusi-manusia yang dikutuk. Tersebutlah
seorang Datu Puyang Depati Sakti. Puyang Depati Sakti, zaman dahulu pemimpin
orang Melayu di suatu tempat. Kesaktian Puyang Depati Sakti mampu mengutuk
manusia. Konon Puyang Depati Sakti adalah guru Si Pahit Lidah. Suatu ketika ada
seorang istri bermain serong dengan seorang lelaki beristri. Kemudian kedua
sering berzina di dalam Sungai. Perbuatan mereka itu kemudian di ketahui
masyarakat dan mereka ditangkap.
Lalu Puyang Depati Sakti sebagai Datu di
daerahnya memberikan hukuman berupa kutukan. “Kalian berdua adalah
manusia, bersifat seperti binatang dan mengikuti ajaran suban. Akal terbalik
dan jalan hidup terbalik. Maka, jadilah kalian dari ketiganya.” Sepuluh tahun
kemudian, terjadi lagi perzinahan di dalam sungai. Seorang gadis dan seorang
bujang kali ini. Kembali Datu Puyang Depati Sakti memberikan kutukan. “Kalian
berdua adalah manusia, bersifat seperti binatang dan mengikuti ajaran suban.
Akal terbalik dan jalan hidup terbalik. Maka, jadilah kalian dari ketiganya.”
Keempat manusia itu menjadi Iyau yang sering berjalan di sepanjang
sungai di musim kemarau. Pasangan pelaku serong sering menculik anak-anak untuk
dijadikan anak mereka. Pasangan zina si bujang sering menculik wanita untuk
dijadikan Istrinya. Pezina gadis itulah Iyau yang sering menculik laki-laki
untuk dijadikan suaminya. Ada juga yang berpendapat kalau mereka menculik
sesuka hati mereka tanpa memilih.
Menurut
masyarakat ciri-ciri makhluk yang dinamakan Iyau:
1.
Bentuk tubuh sama seperti manusia, seperti kepala, bertangan dua, tubuh, paha,
dan berkaki.
2.
Telapak kaki makhluk Iyau terbalik, yaitu bagian tumit di depan dan jari di
bagian belakang. Kegunaan telapak kaki terbalik untuk mengecoh manusia.
Sehingga saat manusia mencari mereka akan salah arah saat mengikuti jejaknya.
3.
Seluruh tubuh Iyau ditutup oleh buluh lebat sepanjang lima centimeter dari
wajah sampai ke kaki.
4.
Tangan Iyau sepanjang tubuhnya. Kalau manusia panjang tangan hanya
sebatas paha saat dijulurkan. Tangan makhluk Iyau sampai mata kaki.
5.
Mata mahkluk Iyau bentuk matanya bulat seperti buah tomat. Kalau manusia bolah
matanya hitam putih, mata Iyau berbentuk bulat buah, berwanah merah biji
matanya, dan hitam sekelilingnya.
6.
Makhluk Iyau mulutnya membuka ke samping kiri dan kanan. Berbeda dengan mulut
manusia yang membuka keatas dan ke bawah.
7.
Makhluk Iyau dapat berjalan atau berlari-lari diatas semak-semak atau dedaunan.
8.
Rambutnya sangat panjang sampai ke mata kaki dan ada juga yang lebih sampai
menyentuh tanah. Saat berjalan rambut seperti menyapu tanah.
9.
Pakaiannya berupa dedaunan yang di rangkai-rangkai.
10.
Makhluk Iyau tidak berbicara seperti manusia. Tapi berbunyi sebentuk seperti
hewan, mereka berkata atau berbunyi "Iyau. Iyau. Iyau." Hanya
begitu saja sehingga orang menamakannya Iyau.
Mitos
makhluk Iyau masih hidup subur di tengah masyarakat Melayu di Sumatera Selatan,
terkhusus di daerah Kecamatan Sungai Keruh, Kabupaten Musi Banyuasin. Bahkan
masyarakat masih sangat percaya kalau makhluk Iyau benar-benar ada. Entalah, Wallahu
a'lam bish-shawabi.
Oleh.
Joni Apero.
Editor.
Desti. S.Sos.
Palembang,
12 Agustus 2019.
Sumber:
Cerita di tengah masyarakat di Kecamatan Sungai Keruh, Kabupaten Musi
Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan. Sketsa: Apero Fublic.
Sy. Apero Fublic
Via
Mitos
Post a Comment