Islam dan Budaya
Pengertian Paham Dak Ilok dan Misteri Kata Orang Tua
Apero Fublic.- Masyarakat
pada zaman dahulu memiliki pola pengendalian sosial yang berkaitan dengn mitos
atau ketahayulan. Dalam pembahasan ini merujuk pada masyarakat Melayu di
Sumatera Selatan. Sebelum masuknya Islam orang Melayu Sumatera Selatan hidup
dalam lingkaran animisme, dinamisme, Hinduisme atau Budhisme.
Sehingga
pemikiran yang rasional tidak ada sediktitpun. Islam yang sudah berkembang di
Kota Palembang sejak zaman Kedatuan Sriwijaya. Perlahan masuk ke pedalaman dan
menyebar rata sehingga 99% masyarakat Sumatera Selatan menjadi Muslim. Para
ulama Islam harus berperang dengan paham pemikiran non rasionalisme tersebut
(tahayul).
Sehingga Islam masuk beradaptasi dengan budaya lokal orang Melayu
terutama dalam paham pemikiran dikenal dengan istilah Dak Ilok.
Bangsa Melayu (Indonesia) suatu suku bangsa yang memiliki tingkat ketahayulan
yang sangat tinggi. Aliran dari kepercayaan purba nenek moyang orang Melayu
melekat dan mendara daging.
Sampai sekarang kepercayaan terhadap mitos-mitos
belum hilang. Bagaimana para ulama masuk dalam kebudayan dan mengambil hati
orang Melayu. Kemudian menanamkan nilai-nilai keislaman di tengah kehidupan
masyarakat Melayu sampai sekarang. Pola didikan sosial digunakan
istilah-istilah yang menyesuaikan dengan paham tahayul tersebut.
Pertama yang dilakukan adalah memasukkan nilai-nilai Islam dalam sistem
adat istiadat dan pemikiran orang Melayu. Dalam hal ini, dapat ditinjau dari
kebiasaan orang-orang tua dari dahulu sampai sekarang. Apabilah menasihatai
perbuatan yang tidak baik dengan berkata “dak ilok, kata orang tua.” (dialek
menyesuaikan A,e,U,E,O). Diartikan secara bahasa kata dak sama
dengan tidak.
Kata ilok sama dengan elok.
Maka makna dak ilok diartikan tidak baik dalam
bahasa Indonesia. Atau pamali yang lebih dikenal luas. Di sini yang
menjadi pertanyaan adalah siapa “orang tua” yang menjadi rujukan
bagi masyarakat turun-temurun. Kata orang tua begitu populer
di tengah masyarakat Melayu. Di bagian wilayah lain terdapat dialek berbeda
seperti jeme tu’e.
Penyelidikan, siapa orang tua dalam paham pemikiran
masyarakat selama ini ?. Dari mana mereka mendapatkan ajaran yang dirujukkan
dengan kata orang tua. Dalam melakukan nasihat atau teguran pada
seseorang. Karena orang Melayu 99% adalah Muslim. Kemudian penelitian tentang
kehidupan masa sebelum Islam yang belum memiliki pola pendidikan secara luas
dan merata kedalam masyarakat. Maka pelacakan pemahaman itu ditelusuri ke dalam
ajaran agama Islam.
Di waktu kecil aku sering minum dengan cara mengangkat cerek secara
langsung, tanpa memakai cangkir. Hal ini kemudian diteguri kakek bahwa minum
seperti itu dak ilok kata orang tua. Karena seperti meminum air
kencing setan akan sakit kembung dan sering kecing.
Pernah juga waktu aku ikut
ayah bertandang kerumah paman. Tapi paman tidak dirumah, maka ayah tidak jadi
bertandang. Padahal aku sudah sangat ingin bermain dengan adik sepupuku. Aku
bertanya pada ayah mengapa tidak jadi bertandang. Ayah bilang dak ilok
kata orang tua, sebab pamanku sedang tidak di rumah. Karena akan mendapat
balak bencana.
Berikut ini contoh hadis yang dirujukkan dengan kata orang tua: Dari Abu
Hurairah, Baginda Rasulullah SAW bersabda: “Rasulullah melarang minum
langsung dari mulut qirbah (qirbah adalah wadah minum dari
kulit atau wadah minum lainnya). H.R. Bukhari No. 5627. Dari sini
perujukan orang tua yang dikiaskan oleh para Ulama adalah Imam
Bukhari dan para periwayatan hadis dan tersambung ke Rasulullah SAW. Dalam
pelarangan minum secara langsung dari mulut cerek atau teko air minum.
Berbagai ungkapan dak ilok kata orang tua, seperti ditujukan
pada wanita yang berpakaian tidak sesuai atau terlalu terbuka. Tidak boleh
memberi asi pada anak di pinggir jalan atau di ruang terbuka, karena dak
ilok kata orang tua. Pakaian harus tertutup baik laki-laki atau perempuan.
Sehingga berkembang busana kain sepinggang yang menutup sampai mata kaki,
mengingat dulu kain adalah busana utama Nusantara. Kemudian celana panjang dan
baju kurung di dalam masyarakat Melayu.
Nilai-nilai Islam dapat dilihat saat
adanya kegiatan masyarakat seperti acara pernikahan, lelaki dan wanita duduk
tidak boleh bercampur, wanita di dapur lelaki bagian depan. Wanita bersuami
tidak boleh tersenyum pada lelaki selain suaminya. Wanita bersuami tidak boleh
memperlihatkan keramahan pada lelaki lain selain suaminya dan keluarganya. Saat
seorang gadis tidur tidak boleh ngangkang, nanti diperkosa siluman.
Wanita dan laki-laki Tidak bole berjalan berdua dengan lelaki
bukan mahramnya. Tidak boleh berdua-dua ditempat sepi, sebab “Dak ilok kata
orang tua, nanti di omongkan orang.” Sehingga menjadi acuan wanita dan
laki-laki dalam bersosialisasi. Yang dimaksud dengan diomongkan
orang adalah terjadinya fitnah. Baik fitnah dari mulut masyarakat yang
melihat juga fitnah atau cobaan syawat.
Pelacakan dari perujukan “kata orang tua” tersebut
ditemukan dalam hadis-hadis, atau fatwah para ulama. Sehingga dapat
disimpulkan kata orang tua dalam makna kiasan yang
dimaksud adalah Rasullah. SAW, para sahabatnya, kemudian para ulama.
Sebab
hampir semua kata dak ilok selalu sesuai dengan hadis-hadis
dan patwah ulama. Sehingga walaupun orang Melayu terlihat tidak terlihat begitu
Islami, misalnya jarang berhijab, jarang berzikir. Tapi secarasosial budaya dan
adat-istiadat orang Melayu sesuai dengan ajaran Islam.
Karena aturan-aturan
hukum Islam dijadikan dasar beradat-istiadat. Masa awal kedatangan Islam,
orang-orang Melayu belum mengenal keilmuan Al-quran dan Hadis. Maka hukum Islam
diterjemahkan para ulama terdahulu dengan paham dak ilok kata orang
tua atau membumikan hukum Islam.
Paham dak ilok kata orang tua lama kelamaan menjadi
sastra lisan. Tidak tertulis hanya disampaikan secara turun temurun. Sehingga
dalam perkembangannya kata-kata dak ilok kata orang tua semakin
lama semakin berkembang. Sudah biasa paham masyarakat yang kurang pengetahuan
sering memunculkan paham sendiri sehingga ungkapan Dak Ilok kata orang
tua sering menyimpang pada masa-masa berikutnya.
Mereka menjual
ungkapan sesuai kepentiangan atau menduga-duga saja. Maka muncullah
ketahayulan, dan kesyirikan. Namun hukum adat istiadat berlandaskan Islam tetap
tertanam secara naluri di kehidupan sosial. Hanya saja timbul paham mengarang
sendiri dari kata dak ilok kata orang tua.
Masyarakat masa selanjutnya yang tidak tahu menahu kalau ulama
menciptakan ungkapan dak ilok kata orang tua merujuk hadis,
fatwah ulama, atau Al-Quran. Banyak masyarakat biasa memunculkan sesuai nafsu
mereka. Masyarakat tidak menguasai ilmu keislaman, apalagi periwayatan.
Kemudian membuat kata-kata sendiri yang tidak logis dan masuk akal. Maka
ketahayulan menjadi lebih dominan dari pada akal sehat. Kepercayaan terhadap
dukun dan kata-kata sembarangan telah membawa orang Melayu dalam kebodohan
akidah. Berikut ini kata dak ilok kata orang tua ciptaan
masyarakat yang tidak berilmu dan dipengeruhi pemikiran tahayul.
Misalnya dak
ilok kata orang tua rumah “menghadap pengkolan sungai sering
sakit-sakitan penghuninya.” Dak ilok kata orang tua bujang
alim karena masa tua nanti berubah tidak alim lagi atau menjadi juaro
(penjudi). Dak ilok kata orang tua berladang diapit dua
sungai, akan mati anak atau istri. Dan banyak lagi lainnya tersebar di
masarakat dimana mereka menduga-duga dan mengarang sesuai nafsunya.
Oleh.
Joni Apero
Editor. Desti. S.Sos.
Palembang,
13 September 2019.
By. Apero Fublic
Via
Islam dan Budaya
Post a Comment