Biruisme
Contoh Paham Neo-Feodalisme Di Indonesia
Apero Fublic.- Dalam
pembahasan ini akan menjelaskan sifat atau paham dari neo-feodalisme di tengah
masyarakat Indonesia sekarang (2019). Dalam tulisan ini tidak menyerang
institusi atau individu. Pembahasan ini untuk menamakan paham perilaku tersebut
secara umum.
Sehingga mengajak dialog pada sikap, sifat dan pemikiran dari kita
semua. Yang diserang itu adalah tabiat atau bahasa akademisi diistilahkan social
sick. Feodalisme adalah paham orang-orang pada masa monarki dimana mereka
merasa lebih tinggi, lebih hebat, sangat berkuasa (suverior). Orang-orang ini
tidak mau dianggap salah. Hal-hal yang dia kerjakan adalah mutlak benar bagi
dirinya.
Bantahan orang akan membuat dirinya tersinggung dan marah besar.
Sedikit saja salah maka akan dia besar-besarkan dengan keangkuhannya yang di
sandarkannya pada kedudukan, kekuasaan, pangkat, kekayaan, dan gelar. Tidak mau
sedikitpun terlihat kalah dari orang yang dibawa otoritasnya. Meskipun itu
sebatas kata-kata.
Skrinsut
ini bagaimana si Bapak Polisi meminta maaf karena kehilafannya pada Abang Ojol.
Tulisan ini tidak menyerang individu tapi mengilustrasikan sifat neofeodalisme
yang sering terjadi. Mungkin kasus yang ini adalah bentuk kehilafan.
|
Skrinsut
berita oknum rektor yang menjadi dosen pembimbing si mahasiswi sudah sering di
tunggu bimbingan. Namun rektor itu selalu tidak bisa, sudah berbulan-bulan.
Lalu waktu melemparkan disertasi ke mahasiswi tersebut Tulisan ini tidak
menyerang individu. Mengilustrasikan dari paham neofeodalisme tersebut.
|
Orang-orang
yang menganut paham feodalisme menilai keberhasilan mereka itu dengan simbol
dan materi. Semakin banyak materi yang mereka dapatkan. Maka merasa semakin
berhasil dirinya. Semakin besar dirinya, semakin berkuasa dirinya.
Dia merasa
tidak ada hal yang dia takutkan. Dia merasa tidak bergantung pada orang. Orang
yang di bawa otoritasnya, dia anggap remeh dan dipermudah dalam
memperlakukannya. Sedikit saja membantah, salah maka akan dia persulit dan dia
rendahkan.
Paham feodalisme ini sekarang telah menjangkiti komponen bangsa ini.
Kalau zaman dahulu feodalisme ini di anut oleh kaum bangsawan dan orang kaya.
Di zaman sekarang paham ini dianut oleh oknum orang-orang berkedudukan, orang
kaya, dan dunia akademisi.
Seperti anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR-D/MPR),
oknum polisi, oknum TNI, oknum dosen (kadang jadi dosen cabul), oknum PNS,
oknum pengusaha, oknum hakim, oknum pejabat, oknum bupati, oknum gubernur,
oknum mentri dan sebagainya. Oleh karena itulah disebut dengan istilah penganut
paham Neo-Feodalisme. Atau dengan pengertian munculnya kelompok orang-orang
yang berpaham feodalisme baru.
Namun apabila dia si feodalisme memerlukan orang lain. Orang-orang ini juga tidak malu
menjadi penjilat. Kelompok tersebut, bahasa kasar dalam istilah orang Melayu Sekayu
“Mentang-Mentang.” Saya pernah mendengar sebuah percakapan cekcok. “mentang-mentang
kau raje, nga ndak mbasengke uang. Aku ini manusio bukan pulek binatang.
Salah-salah omongke aman salah. Dem tu ngasek pulek aman salah, jangan pulek
mentang-mentang igek, idupkak segal kalu mati gancang.
Artinya:
mentang-mentang kau pemimpin (TNI, Polisi, DPR, PNS, dan lainnya), dirimu memperlakukan orang sesuka hati. Aku ini
manusia bukan binatang. Kalau ada salah, beri tahu. Kau itu, juga sadar diri. Kalau salah, ya salah. Jangan terlalu mentang-mentang. Hidup di dunia ini
sebentar, nanti cepat mati (masuk neraka).
|
|
Sudah
menjadi mantan DPR masih membawa paham feodalismenya. Merasa dirinya hebat,
kuat, berkuasa. Meminta di istimewakan walau melanggar hukum. Oknum inilah yang dinamakan dengan penganut paham
neofeodalisme.
|
Seorang oknum anggota DPR memiliki paham neo-feodalisme. Merasa dirinya hebat,
kuat, berkuasa. Meminta di istimewakan, padahal itu salah. Oknum inilah yang dinamakan dengan penganut paham
neofeodalisme.
|
Oleh.
Joni Apero
Palembang,
6 Oktober 2019.
Sumber foto. Scrincut.
By. Apero Fublic
Via
Biruisme
Banyak bertebaran jenis orang-orang yang berwatak sepertibl ini, lucu saja bagi saya. Mereka menghargai dirinya nya dengan sangat tinggi, memberikan harga yang sangat rendah untuk orang lain
ReplyDelete