Mitos
Mitos Hantu Air di Sumatera Selatan
Apero Fublic.- Hantu Air adalah sejenis mahluk halus atau
siluman yang tinggal di dalam air, seperti lautan, sungai atau danau. Di
Sumatera Selatan nama Hantu Air bermacam-macam nama. Di Kota Palembang lebih
sering disebut hantu banyu. Nama hantu banyu adalah nama baru, karena bentuk
pengaru bahasa jawa.
Di berbagai tempat di Sumatera Selatan sering disebut
dengan dugok. Dugok adalah nama untuk hantu air.
Di sebagian lagi dinamakan indung dogok. Indung bermakna induk.
Dinamakan demikian karena hantu air dipercayai wanita tua. Di Kecamatan Sungai
Keruh, Musi Banyuasin sendiri dikenal dengan nama Dugook. Ada juga yang
menamakan dengan Suban Ayo.
Suban bermakna siluman, dan ayo bermakna air. Mitos
ini dahulu lebih di kenal dengan nama Suban Ayo, Suban Aek, Suban ayek,
tergantung logat bahasa Melayu Sumatera Selatan. Penyebutan Hantu Air adalah
pengindonesiaan istilah-istilah tersebut.
Ciri-ciri yang dikenal oleh
masyarakat luas di Sumatera Selatan. Yaitu, wujud Hantu Air adalah seorang
wanita tua berumur limapuluhan tahun. Warna kulit kuning langsat dengan alis
mata yang hitam dan lebat. Matanya berwarna merah dan hitam. Tinggi badan
seukuran wanita normal sekitar 160 cm. Kuku tangan sepanjang lima senti meter,
runcing. Memiliki dua gigi taring diatas dan bawah. Taring sedikit lebih
panjang dari gigi-gigi lainnya.
Yang menjadi ciri khas dari
Hantu Air ini adalah rambutnya yang sangat panjang. Panjang rambut Hantu Air
dua kali panjang tubuhnya. Sehingga saat berjalan rambutnya menyeret di atas
tanah. Maka akan tampak bekas seretan rambutnya. Apabila rambut itu basah saat
baru keluar dari air maka tampak basah dari seretan rambutnya pada apapun yang
dilewati.
Rambut panjang Hantu Air
memiliki kekuatan ajaib. Dapat bergerak hidup seperti ular-ular. Melilit,
melibas, dan mencekik. Rambut-rambut panjang menyatu lalu membuat
gulungan-gulungan menyerupai tali litam. Rambut-rambut dikendalikan oleh
kemauan si Hantu Air. Misalnya kemauannya membelit maka akan membelit.
Kemauannya menggantung maka akan menggantung. Kemauannya memukul akan memukul.
Sehingga rambutnya seperti ular hidup yang bergerak-gerak.
Hantu Air tetap selalu ingin
didekat air yang dapat membuat dia menyelam. Apabila dia ingin menjangkau
korban yang tidak pernah ke sungai atau tidak pernah di kedekat sumber air. Dia
akan menunggu musim banjir. Hantu Air kalau malam bulan purnama suka muncul ke
permukaan air. Disekitar dia tinggal. Lalau duduk atau bergelantungan pada
tumbuhan merambat di atas air. Tempat yang dia sukai adalah sumber air yang
dalam dan tenang.
Hantu Air menyerang korban
saat manusia berada di dalam air seperti saat mandi. Saat berada di atas perahu
atau rakit. Manusia yang di Serang berada di sekitar tebing sungai atau danau
yang di diaminya. Seandainya dia marah pada manusia akan didatanginya saat
musim banjir. Dari dalam air rambut Hantu Air bergerak menyerang. Seperti
membelit, melibas mulut, lalu menarik kedalam air. Korban mati lemas atau mati tercekik
saat rambut yang membentuk seperti tali melilit lehernya.
Menurut masyarakat yang
percaya pada mitos ini. Korban Hantu Air yang paling banyak adalah anak-anak.
Hampir setiap kali musim banjir anak-anak sering jadi korban. Hantu Air yang
merasa kesepian tinggal di dalam air. Sehingga dia mencari korban untuk teman
hidup di dalam air. Ada juga yang berpendapat anak-anak tersebut dijadikannya
mainan seperti boneka. Namun karena dibawak kedalam air Dimana manusia tidak
dapat bernafas, akan mati.
Mitos Hantu Air
berasal dari daerah Kecamatan Sungai Keruh, di Kabupaten Musi Banyuasin,
Sumatera Selatan. Lalu menyebar ke seluruh bagian pulau Sumatera Bagian Timur.
Seperti Bengkulu, Jambi, Lampung, Bangka Belitung, Sumatera Selatan. Mitos ini
berkembang pesat zaman dahulu karena sangat berguna untuk orang Melayu yang
rata-rata pemukimannya di sekitar sumber air (laut, sungai, danau). Mitos
berawal dari seringnya anak-anak mati tenggelang di sungai.
Masa itu, perkampungan
masyarakat Melayu di Kecamatan Sungai Keruh semuanya di tepian Sungai Keruh.
Bangunan rumah menghadap ke badan sungai. Memang dahulu sungai adalah jalur
transportasi masyarakat Melayu. Air sungai yang dalam dan deras, apalagi saat
banjir, sangat berbahaya untuk anak-anak.
Baik itu karena jatuh,
terseret air, atau taberak[1] di dalam air. Kesukaan anak-anak
terhadap air telah menjadi kekhawatiran orang-orang tua. Dimana mereka harus ke
ladang untuk bekerja. Meninggalkan anak-anak di rumah. Maka dicarilah bagaimana
cara mengatasi permasalahan tersebut. Lalu dikaranglah mitos tentang hantu air.
Masa itu, orang-orang tua suka berandai-andai atau mendongeng. Saat itulah
diceritakan tentang Hantu Air. Hantu Air yang menghuni lubuk-lubuk yang dalam
di sungai-sungai atau danau.
Hantu air juga akan selalu
keluar saat musim banjir mencari korban. Dengan cerita hantu air yang
menakutkan ini. Menjadi pengendali kenakalan anak-anak yang suka bermain air.
Sangat efektif menakuti anak-anak masa itu. Sehingga mereka hanya mau mandi di
sungai, di danau, atau bermain air saat banjir. Apabila bersama-sama orang tua
mereka.
Oleh. Joni Apero
Editor. Selita. S.Pd.
Palembang, 1 November 2019.
Sumber. Cerita masyarakat.
[1]Taberak bermakna orang yang terjatu ke air sungai atau
danau dan tidak dapat berenang. Sehingga dia tenggelam dan lemas. Kalau tidak
di tolong atau di tarik keluar maka dia akan mati lemas.
Sy. Apero Fublic.
Via
Mitos
Post a Comment