Budaya Daerah
By. Apero Fublic
Relevansi Gelar Puyang Untuk Tokoh Perempuan
Apero Fublic.- Relevansi
berarti suatu keterkaitan atau sesuatu yang terhubung atau juga sesuatu yang
cocok atau sesuai. Dalam pembahasan ini adalah bentuk kecocokan pemberian gelar
puyang pada kaum wanita.
Gelar puyang di Pulau Sumatera Bagian Timur, meliputi Bengkulu, Jambi,
Bangka Belitung, Sumatera Selatan, dan Lampung adalah gelar tradisional asli
yang dimiliki oleh kawasan ini. Kata puyang terdiri dari dua suku kata,
yaitu pu dan yang. Kata pu dalam
bahasa Melayu Pulau Sumatera Bagian Timur bermakna tempat.
Sedang kata yang berindikasi
kepemimpinan atau orang yang dihormati. Namun apabila kata puyang ini
muncul sewaktu datangnya pengaruh Hindu-Budha di Indoesia. Maka kata yang dapat
dirujukkan adalah kata hyang dalam bahasa sanskerta.
Hyang dalam
bahasa sanskerta bermakna; suatu keberadaan spiritual tidak kasat mata yang
memiliki kekuatan supranatural. Berupa kekuatan yang bersifat ilahia atau roh
leluhur (wikipedia). Sehingga tidak mengherankan kalau gelar puyang sering
diiringi dengan legenda-legenda mitos pada orang yang diberi gelar puyang.
Puyang memiliki empat pengertian pokok. Pertama, orang tua dari
kakek-nenek yang digunakan oleh sebagaian wilayah di Provinsi Sumatera selatan.
Kedua, gelar puyang diberikan untuk seorang pemuka agama disuatu tempat.
Ketiga, untuk menyebut leluhur atau nenek moyang masyarakat disuatu tempat.
Keempat, untuk gelar seorang pemimpin yang berasal dari masyarakat biasa yang
bukan keturunan dari bangsawan. Gelar puyang adalah gelar kepemimpinan
demokrasi yang di berikan masyarakat pada pemimpinya.
Gelar puyang kalau secara luas sama dengan gelar Datuk di Malaysia,
Teuku di Aceh, Sunan di Jawa, Daeng dari Bugis. Sebagaimana kita ketahui di
Aceh ada gelar Teuku yang kita tahu seperti Pahlawan Nasional Teuku Umar, Teuku
Cik Ditiro dan lainnya.
Baru-baru ini di Malaysia seperti pemberian gelar pada
penyanyi kondang Siti Nurhaliza yang diberi gelar Datuk Siti Nurhaliza. Kalau
kita mencermati di Malaysia gelar datuk dapat diberikan pada kaum wanita juga.
Apakah gelar puyang dapat diberikan pada wanita.
Di Desa Gajah Mati, Kecamatan
Sungai Keruh, Kabupaten Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan, ada sebuah
makam tua yang masyarakat menyebutnya, Puyang Gadis. Gelar makam Puyang Gadis
belum diketahui secara historis. Ada yang bilang memang dahulu yang dimakamkan adalah
seorang gadis perawan. Ada juga yang berkata karena makam itu hanya satu, tidak
ada yang pendampingnya.
Sehingga disebut Puyang Gadis. Masyarakat berpikir kalau
seorang wanita sudah menikah, biasanya makamnya berdekatan dengan kuburan
suaminya. Panggilan Puyang pada wanita juga berlaku dalam silsilah keluarga.
Yaitu pada panggilan pada ibu dari orang tua, kakek atau nenek kita.
Kalau mengkaji dan menelusuri jejak gelar puyang untuk tokoh wanita
adalah hal biasa, dan boleh diberikan. Berarti gelar puyang boleh juga
diberikan pada tokoh-tokoh perempuan. Dengan artian gelar puyang tidak
dimonopoli oleh kaum laki-laki. Pemberian gelar puyang juga harus memenuhi
syarat-syarat khusus. Terutama penjagaan nama baik oleh penyandang gelar.
Adanya badan hukum pemberian dan ketentuan-ketentuan pencabutan gelar puyang.
Foto
Makam Puyang Gadis di Desa Gajah Mati, Kecamatan Sungai Keruh, Kabupaten Musi
Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan. Nisan makam tinggal satu, dan sudah aus.
Kemungkin dahulu ada namanya. Posisi kuburan menghadap kiblat. Berarti kuburan
seorang Muslim. Nisan terbuat dari kayu ulin atau kayu belian (kayu besi).
Jejak pemberian gelar pada tokoh wanita. Kondisi makam tidak terawat.
Oleh.
Joni Apero
Palembang, 10 Oktober 2010.
Sumber foto. Apero Fublic.
Via
Budaya Daerah
Post a Comment