Syarce
Oleh. Kiki Dian Fatmala Devi
Editor. Desti, S. Sos.
Palembang, 7 Oktober 2019.
Syair Cerita. Kisah Rindu
Apero Fublic.- Syarce. Di kalah senja
yang lalu. Aku dalam perjalanan pulang. Lagu-lagu syahduh menemani perjalanan
itu. Pikiranku kosong menatap alam sepanjang jalan. Alam yang temaram sebab
soreh menjelang. Aku merasa ada yang kurang dalam kehidupan ini.
Seperti perahu yang kehilangan dayungnya. Tetapi aku tidak tahu apa yang kurang itu. Mungkin seperti kopi tanpa gula. Atau seperti kuah tanpa garam. Setiba di perbukitan tempat aku sering menyendiri. Mengadukan nasip yang tidak seberuntung para pangeran.
Dimana padang savana membentang. Yang dilingkupi langit biru. Seperti membawa aku kedalam penjara raksasa yang indah. Namun terasa sempit oleh pagar rindu padamu. Terasa hampa karena raga berdendang nyanyian yang tak berjudul. Sampai aku lupa liriknya, mana yang harus aku nyanyikan. Tapi anehnya mulutku mala melafazkan namamu, berkali-kali. Sampai lidahku terasa heran dengan diriku sendiri.
Kisah Rindu.
Kisah Rindu yang tak padam.
Tak padam meski hanya sebatas angan.
Terpaut dalam jarak, tak terhitung waktu.
Seperti ukuran tingginya langit.
Bagai jarak jauhnya bintang-bintang.
Kisah Rindu,
Kisah yang dimulai dari hati.
Kisah rindu, dikalah malam melempar bulan.
Lalu terdampar di pojok gelap bumi.
Disana terkapar dalam siksa batin.
Saat mata terpejam.
Kau datang menghampiriku.
Lalu kau buka kelopak mataku.
Kau tiup perlahan, dengan nafas mesramu.
Aku terasa gemetar, angin hangat menerpa wajah.
Ku bukah mata perlahan.
Namun hanyalah ruang kosong, terhampar.
Berserak buku-buku yang aku baca, kemarin.
Secangkir teh yang aku minum telah dingin.
Aku sadar bahwa aku, menggigau.
Telah disapa oleh angin kerinduan padamu.
Tak banyak yang aku perbuat.
Tak ada yang aku lakukan, selain mengucak mataku.
Yang mulai berkaca-kaca.
Lalu aku buka handphone kesayanganku.
Ku bukak galeri foto, yang kosong dulu.
Sekarang dihuni oleh tiga lembar fotomu.
Senyumku kembang, merangkai wajahmu.
Di balik layar yang aku perbesar.
Lalu aku dekapkan di dadaku.
Terasa damai dan senyap.
Terasa sejuk dan tenang.
Seakan dunia milikku, namun hati jauh merontah.
Takut kau pergi bersama lelaki lain.
Angin rindu yang berlalu.
Bercelotehlah hari ini.
Yang berkisah tentang rindu.
Pada hari, yang penuh harapan, bertemu.
Inilah kisah rindu, pada dia yang jauh. Entah, apakah dia merasa yang sama. Atau aku hanya terjebak dalam mimpi yang nyata. Tapi aku harap hatimu mengerti. Sebab di lembah yang sempit itu. Ada terjepit hati yang dirundung malang. Musibah rindu menimpahnya, sehingga patah dan lumpu dirinya. Hanyalah dirimu yang mampu membuat dia bangkit dan berjalan seperti dulu lagi.
Seperti perahu yang kehilangan dayungnya. Tetapi aku tidak tahu apa yang kurang itu. Mungkin seperti kopi tanpa gula. Atau seperti kuah tanpa garam. Setiba di perbukitan tempat aku sering menyendiri. Mengadukan nasip yang tidak seberuntung para pangeran.
Dimana padang savana membentang. Yang dilingkupi langit biru. Seperti membawa aku kedalam penjara raksasa yang indah. Namun terasa sempit oleh pagar rindu padamu. Terasa hampa karena raga berdendang nyanyian yang tak berjudul. Sampai aku lupa liriknya, mana yang harus aku nyanyikan. Tapi anehnya mulutku mala melafazkan namamu, berkali-kali. Sampai lidahku terasa heran dengan diriku sendiri.
Kisah Rindu.
Kisah Rindu yang tak padam.
Tak padam meski hanya sebatas angan.
Terpaut dalam jarak, tak terhitung waktu.
Seperti ukuran tingginya langit.
Bagai jarak jauhnya bintang-bintang.
Kisah Rindu,
Kisah yang dimulai dari hati.
Kisah rindu, dikalah malam melempar bulan.
Lalu terdampar di pojok gelap bumi.
Disana terkapar dalam siksa batin.
Saat mata terpejam.
Kau datang menghampiriku.
Lalu kau buka kelopak mataku.
Kau tiup perlahan, dengan nafas mesramu.
Aku terasa gemetar, angin hangat menerpa wajah.
Ku bukah mata perlahan.
Namun hanyalah ruang kosong, terhampar.
Berserak buku-buku yang aku baca, kemarin.
Secangkir teh yang aku minum telah dingin.
Aku sadar bahwa aku, menggigau.
Telah disapa oleh angin kerinduan padamu.
Tak banyak yang aku perbuat.
Tak ada yang aku lakukan, selain mengucak mataku.
Yang mulai berkaca-kaca.
Lalu aku buka handphone kesayanganku.
Ku bukak galeri foto, yang kosong dulu.
Sekarang dihuni oleh tiga lembar fotomu.
Senyumku kembang, merangkai wajahmu.
Di balik layar yang aku perbesar.
Lalu aku dekapkan di dadaku.
Terasa damai dan senyap.
Terasa sejuk dan tenang.
Seakan dunia milikku, namun hati jauh merontah.
Takut kau pergi bersama lelaki lain.
Angin rindu yang berlalu.
Bercelotehlah hari ini.
Yang berkisah tentang rindu.
Pada hari, yang penuh harapan, bertemu.
Inilah kisah rindu, pada dia yang jauh. Entah, apakah dia merasa yang sama. Atau aku hanya terjebak dalam mimpi yang nyata. Tapi aku harap hatimu mengerti. Sebab di lembah yang sempit itu. Ada terjepit hati yang dirundung malang. Musibah rindu menimpahnya, sehingga patah dan lumpu dirinya. Hanyalah dirimu yang mampu membuat dia bangkit dan berjalan seperti dulu lagi.
Oleh. Kiki Dian Fatmala Devi
Editor. Desti, S. Sos.
Palembang, 7 Oktober 2019.
Sy. Apero Fublic
Via
Syarce
Post a Comment