Biruisme
Sy. Apero Fublic
Atfecs: Penyakit Masyarakat Pemakan Kotoran Sosial.
Apero
Fublic.- Atfecs adalah suatu penyakit sosial masyarakat. Sering
juga di sebut dengan kelompok manusia-manusia pemakan kotoran sosial. Atfecs
diambil dari dua kata dalam bahasa Inggris, ate dan feces. Ate yang
bermakna makan atau memakan. Sedangkan kata feces adalah
kotoran manusia atau tinja.
Zaman sekarang penyakit ini menyerang hati dan
pemikiran manusia. Para pengidapnya terdiri dari bermacam-macam kelompok
masyarakat. Terdiri dari berbagai profesi dan tingkatan. Penyakit ini sangat
merusak dan salah satu penyebab akutnya korupsi di Indonesia. Berikut
ulasannya.
Misalnya dia seorang kepala Dinas di suatu departemen.
Gaji bulanannya sepuluh juta. Kemudian dia ingin terlihat berhasil dan hebat.
Ingin memenuhi kebutuhan yang banyak dalam waktu yang cepat. Kebutuhan misalnya
beli mobil anak-anaknya, henpon anak-anak yang mahal, kebutuhan makan yang
mewah.
Semua itu, bentuk dari keinginan terlihat kaya. Itulah yang menyebabkan
orang-orang tersebut mengidap penyakit atfecs atau parasit pemakan kotoran
sosial masyarakat. Misalnya ada keluarga si kepala dinas yang ulang tahun.
Kemudian makan keluar dan menghabiskan uang tiga sampai empat juta untuk sekali
makan saja. Belum lagi untuk membeli hadiahnya.
Atau makan keluar dengan
keluarga dengan hura-hura. Sehingga dia bangga dilihat khalayak ramai bahwa dia
orang kaya dan orang sukses. Di dalam hatinya berkata, "aku ini seorang
kepala dinas loh." Tapi apakah dia sukses!!! Tidak, dia sedang bermain teater
sendiri. Sutradara sendiri, panggung sendiri dan menulis sekenario sendiri.
Dari mana si kepala dinas ini mencari untuk uang-uang tersebut. Gajinya
hanya sepuluh juta sebulan. Belum biaya-biaya yang lainnya. Tanpa gaya-gaya
demikian dia merasa bukan kepala dinas. Untuk memenuhi gaya-gayanya tersebut.
Maka dia mencari jalan pintas. Misalnya, minta Pe dari
kontraktor dari proyek-proyek. Menunda SK pegawai honorer dan meminta uang saat
mau menjadi PNS. Atau jual beli jabatan istilahnya, dan sebagainya.
Penyakit atfecs ini menyebar kemana-mana. Dimana paham materialisme dan
simbol-simbol meningkat. Manusia menjadi homoriaisme yang
melampaui batas. Homoriaisme adalah manusia yang gila
pamer-pamer dan suka dipuji-puji, olok-olok tentang diri sendiri. Padahal semua
penghasilannya mendapatkannya sangat kepayahan dan haram.
Dari korupsi,
kreditan, ngutang, sampai menipu dan kadang juga mencuri. Kita lihat misalnya
seorang individu polisi nakal yang mencari-cari kesalahan sepeda motor. Lalu
pura-pura mau menilang dan mengajak damai. Itulah salah satu cara menipu dan
berbarengan dengan korupsi. Untuk apa uangnya, untuk jadi kaya atau terlihat
sukses.
Pengidap penyakit atfecs bisa jadi orang miskin yang pura-pura kaya.
Atau orang yang sedikit punya kelebihan. Misalnya seorang yang tinggal di kota
pulang kampung dia menipu penampilan agar terlihat sukses. Orang yang sedikit
punya kedudukan misalnya dia seorang individu Polisi, TNI, DPR Pusat atau
Daerah.
Seorang dosen, seorang bupati, gubernur, mentri, PNS, dokter, sarjanah
dan sebagainya. Dikalangan swasta juga demikian. Tidak lepas dari penyakit
atfecs tersebut. Misalnya dia seorang stap disebuah perusahaan.
Karena ingin
terlihat berhasil dan sukses di tengah masyarakat. Maka dia tidak suka lagi
makan makanan tradisional. Menurutnya kampungan sedangkan dia di kota dan
seorang stap perusahaan terkenal. Tapi beberapa tahun lalu dia, atau ayahnya,
mungkin juga kakeknya dari kampung.
Sehingga dia hanya mau makan
makanan yang mahal-mahal, ditempat terlihat mewah, ikut gaya-gayaan. Sehingga
keuangan mereka habis oleh gaya-gayaan tersebut. Lupa masah depan lebih baik,
lupa bayar pajak sepeda motor, lupa nyumbang panti asuhan, lupa membantu
keluarga yang kesusahan, dan sebagainya.
Demikianlah sedikit gambaran para pengidap penyakit atfecs atau
para pemakan kotoran sosial. Pengidap penyakit atfecs juga korban sinetron,
loh. Mereka mencontoh gaya-gaya peran orang kaya disinetron-sinetron. Padahal
itu cuma cerita yang di tulis oleh penulis atau kreasi sutradara.
Tidak masalah
kalau kamu memang mampu. Tidak masalah kalau kamu memang perlu. Tidak masalah
kalau tidak menilai semua itu sebagai tanda keberhasilan. Tidak masalah kalau
tidak ada niat ingin terlihat kaya.
Tidak masalah kalau tidak merasa tinggi dan
hebat. Tidak masalah kalau tidak meremehkan orang lain. Tidak masalah kalau
kamu biasa saja dan menilai sama rata. Lagi ada uang cukup makan ke tempat
mewah. Lagi keuangan sulit makan di warung biasa. Membumi dan melangit jadi
anda tidak perlu bersandiwara.
Dalam urusan kuliner tersebut penyakit atfecs ini biasanya
merendahkan, seumpama gado-gado. Penjual gado-gado ibu-ibu di warung sederhana.
Kamudian membandingkan dengan KFC dan merasa lebih bangga makan di sana.
Padahal KFC itu cuma ayam goreng dan nasinya hasil tanaman orang kampung. Juga
ayam KFC hasil ternakkan orang kampung. Sausnya juga tomat dan cabai yang
ditanam orang kampung. Kalau kamu seorang laki-laki dan punya calon istri.
Coba
uji ajak makan di warteg. Lihat, apakah dia mau atau dia hanya terpaksa dan merasa
malu. Itu berarti dia seorang wanita pengidap penyakit pemakan kotoran sosial,
atfecs. Sulit anda memenuhi gaya hidupnya nanti kalau ganji anda masih
pas-pasan. Korupsi nanti kalau kamu jadi seseorang.
Kalau si pengidap atfecs belanja di pasar tradisional menawar dan takut
sekali dibohongi pedagang kecil, merasa pintar dan merasa kelas tinggi. Kalau
belanja di supermaket, misalnya membeli sayur kangkung tidak nawar karena sudah
bertarip. Karena dia pengidap penyakit sosial atfecs kembaliannya di sedekahin
ke kotak amal di sebelah kasir.
Itulah orang-orang pemakan kotoran sosial atau
pengidap penyakit atfecs. Coba nilai dirimu, apakah termasuk pemakan kotoran
sosial atau pengidap penyakit atfecs. Sederhana kenapa sihhh...!!!. Tak perlu
sandiwara kenapa sihhh..!!!! Membumi dan melangit aja lah. Tak perlu terlihat
sukses kalau kamu memang sukses. #Salam
Revolusi Biru.
Oleh.
Joni Apero.
Editor.
Selita. S.Sos.
Palembang,
10 November 2019.
Via
Biruisme
Post a Comment