Budaya Daerah
Filosofi PUNJUNG dalam Syarat Adat Pernikahan Masyarakat Melayu Sumatera Selatan
Apero Fublic.- Masyarakat
Indonesia pada zaman dahulu kemungkinan tidak pernah menumbalkan manusia dalam
ritual kepercayaan mereka. Sebagai bangsa penganut animisme dan dinamisme
mereka memberikan persembahan pada arwah leluhur dan bangsa jin. Persembahan
mereka dari hewan dan buah-buahan. Bentuk ritual persembahan yang paling tua di
kawasan Austronesia.
Kepercayaan pada hal tersebut bahkan bertahan sampai
sekarang. Walaupun sudah tidak begitu kental dan mulai ditinggalkan. Masuk dan
berkembangnya Islam perlahan mengikis kepercayaan Animisme dan dinamisme. Saat
ini, kepercayaan dan ritual kuno masih bertahan di beberapa daerah dan
desa-desa. Persembahan berupa ayam dan pelengkapnya, ditempatkan didalam wadah
melebar lalu diletakkan di tempat yang dianggap ada roh atau jin. Cara memasak
ayam sama dengan cara memasak untuk makanan manusia.
Ayam dibersihkan, dimasak
utuh tidak dipotong-potong, dibumbuhi, dan diiukuti makanan pelengkap lainnya.
Layaknya untuk makanan manusia. Karena mereka percaya kalau roh-roh, arwah,
bangsa jin. Makan seperti manusia pada umumnya. Dimasak dengan baik agar
sedekah (persembahan) mereka diterimah. Apa yang mereka minta akan
dikabulkan.
Persembahan diberikan pada arwah-arwah, roh gentayangan, bangsa jin.
Semua makhluk tersebut biasanya menempati suatu tempat, misanya tempat keramat
atau angker. Dahulu sewaktu aku berumur delapan tahun.
Banyak orang-orang tua
memberikan sedekah (persembahan) di suatu tempat. Saat ada keluarga mereka
sakit. Misalnya si sakit pernah duduk di bawah sebatang pohon besar. Kemudian
diperkirakan kalau dia diganggu penunggu pohon itu. Maka sedekah di antar ke
bawah pohon tersebut.
Pada masa peradaban Megalitikum tempat persembahan dibuat semacam altar.
Sedangkan tempat-tempat yang dianggap keramat, seperti situs-situs, muara
sungai, pohon besar, gunung, batu besar, gua, lobang dan sebagainya. Setelah meletakkan
persembahan mereka meminta pertolongan dan keberkahan pada tempat tersebut.
Meminta kesembuhan, dan perlindungan dari gangguan jin yang jahat. Yang
membedakan jenis sedekah hanyalah jenis ayam. Seperti ayam kumbang, ayam biring
kuning, ayam putih, dan jenis lainnya. Tergantung dari saran orang
yang dianggap mengerti (Datu). Masuknya Hindhu dan Budha ke Asia Tenggara
menjadikan ritual persembahan berasimilasi dengan kebudayaan Hindhu atau Budha.
Hal demikian masih bertahan dibeberapa kawasan di Indonesia.
Masuk pengaruh Islam pola ritual kuno tersebut sedikit bergeser. Mantra
bacaan ritual dimulai dari basmallah dan diakhiri Haq kata Allah. Kemudian
persembahan tidak lagi diantara ke situs atau tempat-tempat tertentu. Tapi
dimakan bersama dirumah orang yang menyelenggarakan sedekah (ritual kuno).
Mantra yang sudah dipengaruhi Islam tetap dibaca. Kemenyan tetap dibakar. Lalu
tetua memimpin membaca surah yasin, zikir, tahlil, doa selamat, doa tolak bala.
Ayam tetap dimasak utuh dan diwadahi berbeda dengan hidangan. Kalau orang
Melayu menamakannya Makanan Puyang. Tapi itu juga dimakan oleh orang-orang
juga.
Kata sedekah kosa kata baru dalam menyebut istilah persembahan kuno. Kata
sedekah diserap dari kosa kata bahasa Arab, sodaqoh. Kata asli penamaan dari
persembahan kuno tersebut tidak diketahui lagi. Tapi menurut perkiraan saya
nama ritual kuno tersebut adalah punjung.
Mankna sedekah yang dilaksanakan semasa Islam. Juga masih meminta
kesembuhan dari penyakit, belum dapat keturunan, pengusir siluman dan lainnya.
Apabila diperhatikan dalam proses masuknya Islam, ada perang kebudayaan untuk
menghapus kebudayaan pagan Austronesia. Namun pergeseran berjalan sangat
lambat. Masyarakat masih sering melakukan ritual kuno walau sebagian besar
tidak melakukannya.
Dalam hal ritual sedekah ini. Apabila terdapat keramat yang diyakini
masyarakat pendukungnya. Maka sedekah dilaksanakan dikaitkan dengan keramat
tersebut. Keramat biasanya berupa situs atau makam orang sakti, tokoh
masyarakat, ulama, nenek moyang (puyang). Masyarakat menakannya sedekah nyambat puyang.
Nyambat puyang bagian
dari kebudayaan kuno orang Melayu yang dipengaruhi Islam. Puyang atau nenek
moyang mereka dianggap memiliki kekuatan sakti yang dapat membantu permasalahan
mereka. Dari pokok ini, maka yang masih tersisa dari kepercayaan kuno adalah
kepercayaan pada roh-roh yang dapat membantu permasalahan mereka. Biasanya yang
dikeramatkan adalah tokoh agama atau leluhur masyarakat setempat.
Begitupun saat membuka lahan baru. Untuk membangun rumah atau bertani.
Istilah ini disebut dengan sedekah tanah. Persembahan atau sedekah diberikan.
Orang tua-tua yang dianggap mengerti. Dia akan melaksanakan prosesi sedekah.
Dari memilih tempat peletakan, membakar kemenyan, dan membaca mantra, doa dan
harapan.
Mantra yang pernah aku dengar. "Puyang tugggu tanah tani. kami
anak adam numpang membangun rumah. jangan ganggu anak cucu kami. Kami datang
membawa makanan untuk puyang. Kami anak cucu Putri Kembang Dadar. Kami dalam
lindungan Puyang Segentar Alam. Haq kata Allah, bukan aku yang berkuasa. Tapi
Allah yang berkuasa." Mantra ini sudah dipengaruhi Islam.
Persembahan biasanya dimakan manusia yang ikut ritual itu. Kadang
dimakan hewan-hewan ternak, ayam atau anjing. Pada zaman sekarang dimana tahayul
mulai hilang. Orang akan berebut ingin menyantap persembahan tersebut. Kalau
zaman dahulu tidak ada manusia yang berani menyentuh persembahan tersebut.
Karena akan menyebabkan celaka, memakan makanan roh atau jin. Dari uraian kecil
ini. Dapat dipahami kalau ayam begitu kental dengan budaya asli masyarakat
Melayu Austronesia. Alasannya sederhana, karena ayam hewan ternak yang mudah
dikembang biakkan. Juga dimiliki oleh semua lapisan masyarakat pada masa lampau.
Pada masyarakat Melayu Sumatera Selatan ayam yang paling berharga adalah
ayam biring kuning. Dinamakan biring kuning karena dari kaki,
buluh-buluhnya, berwarna kuning atau kekuningan (jantan). Ayama jenis ini
selalu digunakan untuk nazar dan sedekah-sedekah (ritual) apa saja.
Bahkan
hampir sama dengan kambing. Nazar menyembelih ayam biring kuning harus
ditepati bagi masyarakat. Kalau tidak akan menyebabkan mudarat-mudarat besar
bagi si penazar. Nazar dalam sedekah menyembelih ayam biring kuning sama
dengan sumpah.
*****
Dari uraian diatas kita mengetahui bagaimana jalan kebudayaan orang
Melayu dari masa lampau sampai masa sekarang. Dari ritual kepercayaan animisme
dan dinamisme. Kemudian masuk kedalam kebudayaan dan berkembang. Yaitu,
penggunaan ayam menjadi syarat adat pernikahan. Masyarakat Melayu
mengistilahkannya dengan punjung.
Kata punjung terdiri
dari dua kata, pu dan njung. Kata pu disini
menjeslakan tempat. Karena setiap awalan kata pu-pe-pa selalu
menjelaskan tempat dalam bahasa Melayu. Di tempat dalam artian yang dijelaskan
kata pu. Menerangkan kalau di tempat tersebut ada sesuatu yang
dihormati, didekati, dimuliakan dan dihargai. Kalau dalam adat pernikahan
berarti menghormati, menghargai, mendekati dan dimuliakan. Yaitu keluarga dan
mempelai perempuan.
Tempat yang dimaksud adalah rumah kediaman mempelai
perempuan. Sedangkan kata njung berasal dari kata anjung. Anjung bermakna
mengangkat sesuatu tinggi-tinggi dengan tangan di atas kepala. Dalam kata
njung ini menerangkan menghargai atau memuliakan. Menjelaskan kalau ada
kedudukan yang dihormati. Untuk mengecek pola bahasa Melayu ini. Dapat
dilacak dari penggunaan aksara lama, KAGANGA atau Aksara Ulu.
Maka kata punjung dapat didefinisikan sebagai berikut.
Punjung suatu syarat adat pernikahan yang memberikan tanda penghormatan yang
tinggi pada keluarga mempelai wanita dan memuliakan wanita yang akan menikah.
Selain tanda penghormatan pada keluarga mempelai wanita.
Punjung juga
bermakna kalau seorang wanita derajadnya tinggi. Harus diperlakukan dengan baik
dan dihargai. Dengan memberikan punjung berarti calon suami
meminta restu untuk menikahi anak mereka atau saudara mereka. Punjung kalau
kita kembalikan pada sistem kepercayaan kuno sebagaimana diterangkan di atas.
Sama dengan persembahan dalam ritual kuno orang Melayu.
Nenek moyang orang Melayu telah mewariskan bermacam-macam bentuk
kebudayaan. Seperti warisan kebudayaan dalam wujud material, gagasan, dan
aktvitas. Kebudayaan yang berbentuk aktivitas bukan hanya sebatas ritual dan
kesenian saja. Tapi dalam konsep pelaksanaan kebudayaan juga terkandung ada
makna-makna. Yang kadang oleh generasi sekarang tidak terbaca atau tidak
diketahui. Bahkan cenderung diabaikan dan diremehkan.
Sebagai bentuk uraian dari kearifan lokal punjung dalam
pembinaan keluarga. Dapat kita telusuri dari makna pemberian punjung. Punjung sebagai
pemberian penghormatan dan tanda bersambungnya dua keluarga. Punjung menghormati
wali perempuan dan keluarga mempelai perempuan. Punjung adalah
ikatan keluarga yang kuat bagi orang tua terdahulu. Bahkan Punjung Wali sama
pentingnya dengan mahar.
Punjung dibuat dari seekor ayam yang dimasak atau diberikan oleh
mempelai laki-laki yang menjadi syarat adat pernikahan. Ukuran ayam disesuaikan
untuk dikonsumsi. Punjung terdiri dua jenis, yaitu punjung wali dan punjung
sanak. Punjung wali berupa ayam yang dimasak secara utuh oleh keluarga
mempelai laki-laki.
Dalam proses pernikahan punjung wali dan punjung sanak
diberikan bersamaan dengan syarat-syarat lainnya. Punjung wali dilengkapi
pengiringnya, seperti nasi, gulai dan lainnya. Punjung wali akan disantap oleh
wali mempelai perempuan dan keluarga intinya (ayah, ibu, kakak, paman, dll).
Sedangkan punjung sanak, diberikan pada keluarga-keluarga mempelai
perempuan.
Kata sanak berarti keluarga besar, atau sanak
saudara. Banyaknya tergantung kesepakatan kedua belah pihak. Punjung
sanak, berupa ayam hidup beserta perlengkapan masak (bumbu), beras, kelapa.
Banyak bumbu dan beras juga menyesuaikan. Syarat punjung sanak ayam sehat,
tidak cacat, dan sesui untuk dimasak.
Nanti keluarga yang diberikan punjung sanak mengundang
kedua mempelai perempuan kerumah mereka. Punjung sanak dimasak
bersama-sama, mempelai perempuan membantu memasak hari itu. Kemudian mereka
makan bersama keluarga yang diberikan punjung sanak.
Sebagai
contoh; Misalnya punjung sanak diberikan pada paman dari
mempelai perempuan. Si paman dan keluarganya nanti menyembeli ayam punjung tersebut.
Tentu waktu pelaksanaan juga diatur. Itulah mengapa punjung sanak harus
ayam hidup. Agar dapat mengatur waktu dalam proses acaranya.
Sesuai dengan
aktivitas masing-masing. Baru mengundang pengantin baru tersebut kerumah mereka
untuk makan bersama. Kadang mereka menginap ada juga yang seharian saja (pagi
pulang sore). Si mempelai wanita memasak bersama sang bibi. Mempelai laki-laki
berbincang-bincang dengan sang paman.
Setelah memasak selesai, lalu makan
bersama-sama. Saat itulah, terjalinlah ikatan keluarga yang baik. Rasa hormat,
penghargaan dan perkenalan keluarga. Si paman akan berwibawa bagi pengantin
laki-laki dan pengantin perempuan. Sang suami sebagai orang baru akan menjadi
akrab dengan keluarga paman sang istri.
Kemudian sang paman, istri paman, bercerita, bercengkrama, memberikan
nasihat yang baik tentang bagaimana berkeluarga. Mereka menceritakan
suka-duka mereka selama ini. Jangan muda terhasut dengan kata-kata orang.
Jangan egois dan saling pengertian antara suami istri. Memberikan motivasi dan bimbingan
yang baik berdasarkan pengalaman keduanya. Agar keluarga baru tersebut tetap
berjuang membangun keluarga dengan baik. Perbincangan yang bersifat pribadi
tapi tidak kaku. Mengalir biasa tanpa rekayasa. Tentu akan berkesan yang
mendalam pada pengantin baru itu.
Sang paman selaku keluarga pengantin perempuan juga menitip pada
mempelai laki-laki agar menjaga keponakannya dengan baik. Didik dengan ahlak
Islam yang benar. Saat pulang Paman dan Istri Paman memberikan hadiah
pernikahan sesuai kemampuannya.
Inilah yang disebut dengan diplomasi keluarga.
Yang menjalin kekeluargaan dan menciptakan rasa segan atau saling menghargai
dan menghormati. Apabila suatu saat nanti dalam perjalanan rumah tangga
pengantin baru tersebut ada permasalahan.
Teguran dan saran dari keluarga akan berwibawa. Keluarga mempelai
perempuan akan disegani keduananya. Mereka ada rasa malu pada keluarga kalau
sampai berbuat tidak baik. Begitu juga saat mereka diundang keluarga
penerima punjung yang
lain. Mereka kembali mendapatkan nasihat-nasihat dan kebersamaan keluarga.
Perkenalan sebagai keluarga baru berlangsung terus. Sehingga wibawa keluarga
akan menjadi landasan keduanya dalam mengambil keputusan hidup. Zaman dahulu
sangat jarang orang bercerai apa lagi bercerai muda. Itulah makna dari
pemberian Punjung dalam
adat pernikahan masyarakat Melayu Sumatera Selatan.
Masyarakat Melayu Sumatera Selatan tidak tahu tentang filoshofi dari Punjung.
Nasihat pernikahan diganti dengan pidato atau ceramah. Sesungguhnya ceramah
atau pidato saat akad nikah atau resepsi tidak akan berpengaruh sedikit pun
bagi kedua mempelai.
Berbeda dengan nasihat dan perbincangan secara pribadi.
Kemudian, punjung di sebagian daerah Sumatera Selatan diganti dengan barang.
Misalnya, satu punjung
sanak diganti satu kotak indomie, satu kaleng roti, dan sebagainya.
Kemudian yang mendapat indomie atau roti kaleng memberikan hadiah
pernikahan. Baik berupa barang layaknya pemberian kado biasa. Ada juga ayam punjung
sanak diternakkan oleh keluarga yang menerima. Tapi tetap memberikan
hadiah pernikahan. Kekurangan dalam hal ini, adalah saat momen bersama-sama.
Dimana diplomasi keluarga yang dituju tidak terpenuhi. Dimana seharusnya yang
mendapat punjung
sanak bertugas memberi nasihat dan pengajaran hidup pada kedua
pengantin baru tersebut. Mereka ditugaskan mengambil wibawa dan simpati dari
keluarga baru tersebut.
Kekacauan budaya ini membuat kondisi sosial masyarakat Melayu Sumatera
Selatan limbung atau goyang. Tingkat perceraian dan biayah pernikahan meningkat.
Arisan pernikahan yang berlebihan, dan sebagainya. Saya rasa memang perlu
dilakukan penggalian-penggalian kearifan lokal sekarang.
Untuk membantu
masyarakat mengatasi problematika kehidupan sosial dan memantapkan kebudayaan.
Dalam hal budaya pemberian punjung ini,
sebagian besar masyarakat Melayu terutama di Sumatera Selatan sudah tidak
mengenali lagi. Boleh dikatakan tradisi adat istiadat syarat pernikahan
pemberian punjung
sanak mulai punah ditelan zaman.
Oleh.
Joni Apero.
Editor. Selita. S.Pd.
Palembang,
8 Desember 2019.
Arti kata:
Biring: warna yang menempel tapi tidak merata sehingga diselang-selang oleh warna lain. Tapi warna utama tetap satu. Misalnya bulu ayam yang dominan itu warna kuning. maka dinamakan biring kuning.
Biring: warna yang menempel tapi tidak merata sehingga diselang-selang oleh warna lain. Tapi warna utama tetap satu. Misalnya bulu ayam yang dominan itu warna kuning. maka dinamakan biring kuning.
Sedekah: dalam tulisan ini bermakna ritual atau memberikan persembahan berupa makanan baik pada manusia atau pada makhluk halus.
Sy. Apero Fublic.
Via
Budaya Daerah
Post a Comment