Cerita Kita
Kereta di Atas Awan
Apero Fublic.- Hari
belum terlalu siang. Tapi terik sinar matahari begitu tajam seakan
menembus kulit. Mentari seolah-olah begitu bisu hari itu. Sehingga panasnya tak
mengedip sedikit pun. Agenda mata kulia jurnalistik menjadi alasan untuk
berburu informasi. Sehingga mengurai rasa malas menjadi semangat. Perjalananku
dan teman-teman diawali mencoba transportasi baru di Kota Palembang.
Iseng-iseng kami menyebutnya dengan kereta di atas awan. Sebab jalur
jalannya berada tinggi diatas permukaan tanah.
Berjalan di rel-rel diatas tiang-tiang beton yang tinggi. Apabila sedang
duduk di dalam seakan-akan kita sedang berada diatas awan. Transportasi baru
yang dibangun bersamaan menyambut acara ASIA GAME Palembang-Jakarta. Dinamakan
dengan LRT atau Light Rail Transit. Rupanya menyenangakan menjadi
mahasiswa jurnalistik. Sebab tugas kuliah dapat berpergian untuk mencari data,
membuat foto menarik dengan angel yang bagus. Salah satu
tempat yang menjadi spot kami, adalah Taman Makam Pahlawan, bertempat di jalan
Jendral Sudirman. Kelurahan Pahlawan, Kecamatan Ilir Timur I, Kota Palembang,
Sumatera Selatan (30162).
Tempat bersejarah, saat datang kami seakan masuk dalam suasana masa
perjuangan kemerdekaan dahulu. Sebelum masuk area makam terlebih dahulu kami
melapor ke petugas jaga. Karena disini keamanan sangat di prioritaskan. Hati
kami berkata, terima kasih pahlawan jasa kalian begitu besar pada bangsa ini. Aku
dan keempat sahabatku berdiskusi bagaimana cara membuat dan mendokumentasikan
foto yang bagus, unik, menarik serta angel foto yang luar biasa. Sembari
memilih tempat spot foto. Kami menyusuri sekitaran Taman Makam Pahwan yang
tampak bersih.
Setiap makam kesuma bangsa itu, selalu dilengkapi dengan topi baja
perang mereka. Bentuk barisan makam, vertikal dan horizontal. Beberapa saat
kemudian, dengan usaha bersama. Kami sudah mendapatkan foto-foto yang sesuai
dengan dengan keinginan kami. Setelah dirasa cukup, kami pamit pada petugas
jaga. Karena tidak ada agenda lagi di sana. Kami memutuskan untuk kembali
berpetualang. Aku, Mirtha, Intan dan Lily naik Angkutan Kota atau angkot istila
populernya menuju stasiun LRT Cinde. Sementara Riki pergi dengan mengendarai
sepeda motor.
Saat masuk kedalam angkot. Entah siapa yang paling terakhir masuk. Lupa
menutup pintu angkot. Sehingga pintu angkot terbuka beberapa saat angkot
melaju. Seperti kipas besar yang bergerak. Untung tidak terjadi sesuatu yang
tidak diinginkan. Saat aku melirik kesamping ternyata pintu tidak tertutup.
Kami semua tertawa ringan sebab kecerobohan itu. Dalam perjalanan itu, Paman
sopir angkot kurang disiplin lalu lintas menurutku. Seakan dia adalah raja
jalanan saja. Berbelok dan menyalip sesuka hatinya. Mungkin dia memang sudah
biasa bisik kami. Kami hanya berdoa agar tidak menabrak saja.
Matahari yang tadinya begitu terik. Sekarang beransur-ansur ditutupi
awan hitam. Memang kata orang-orang kalau panas berlebih dimusim penghujan.
Tandanya hari akan turun hujan. Rencana petualangan kami berjalan. Sekarang
sudah mendekat Pasar Cinde. Karena disana ada stasiun LRT, Stasiun Cinde.
Terletak di 17 Ilir Timur I, Kota Palembang. Dinamakan Stasiun Cinde karena
tidak jauh dari stasiun terdapat Pasar Cinde. Stasiun Cinde merupakan salah
satu stasiun dari enam stasiun LRT yang dibuka pada awal pengoperasian perdana
LRT Palembang, 1 Agustus 2018.
Hal pertama, Naik menggunakan eskalator atau tangga listrik menuju
keatas stasiun. Kemudian memesan tiket perjalanan. Setelah pemesanan tiket,
kami menunggu. Saat menunggu, kami memperhatikan sekeliling ruangan yang nampak
bersih dan tertata rapi. Tanpa ada coretan di dinding ruangan. Para stap yang
ramah dan berpenampilan rapi. Kami merasa nyaman dengan suasana stasiun yang
sejuk dan aman.
Kurang lebih 20 menit berlalu. Barulah lokomotif LRT berlabu di
Stasiun Cinde. Lalu kami masuk ke dalam gerbong kereta. Kursi berbaris
memanjang, ternyata sudah terisi penuh. Terpaksa kami berdiri dan berpegang
pada pegangan di dalam gerbong khusu untuk orang yang berdiri.
Awan hitam sedari tadi sudah beransur-ansur menutupi langit. Kini
dilanjtkan dengan hujan deras. Beberapa saat kemudian kami sampai di stasiun
LRT DJKA. Stasiun LRT DJKA merupakan stasiun LRT Palembang yang terletak di
Rambutan, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan. Terletak di perbatasan antara
wilayah timur Kota Pelembang dan Kabupaten Banyuasin.
Stasiun ini menghubungkan OPI Mall dengan wilayah Kota Palembang
lainnya. Tanpa sengaja kami berjumpa dengan rekan-rekan kuliah, Jurusan
Jurnalistik Kelas A dan B, Anyana, Niken dan Akbar. Perjalanan yang
menyenangakan, dapat memandangi kawasan yang dilalui kereta. Tentu juga dengan
suasana nyaman gerbong kereta. Sesampai di stasiun DJKA kami turun. Sebab kami
akan berbelanja di OPI Mall terlebih dahulu sebelum pulang.
Seorang temanku, kehilangan tiket kereta. Sehingga dia terpaksa membayar
denda pinalti. Jangan sampai hilang tiketnya ya, kalau lagi naik LRT. Hari
telah siang, keluar dari sana kami mencari tempat makan sebab perut sudah
keroncongan, gitu. Bukan tanpa alasan, kami juga mencari spot foto, bentuk
latihan. Mirtha menyempatkan membeli sebuah novel berkisah tentang Muhasabah
dan sebuah gamis di OPI Mall.
Pulangnya kami terpaksa berpisah. Sebab rumah kami berbeda arah dan
berbeda alamat. Mirtha, Intan, pulang kembali menggunakan LRT. Sedangkan aku
dan Lili menunggu jemputan dari teman yang akan mengantar pulang. Hari yang
menyenangkan melakukan banyak hal. Dari tugas kulia, belajar dan praktek
latihan fotografi, belajar menulis, shoping, menjajal transportasi baru LRT,
dan menikmati pemandangan kota dari atas kereta LRT. Itulah, kisah kecil kami.
Kuliah, Jurnalistik saja ya, kalau kamu suka berpetualang.
Oleh.
Erna Nurdianti
Palembang,
15 Desember 2019.
Editor. Desti. S. Sos.
Sy. Apero Fublic
Via
Cerita Kita
Post a Comment