Budaya Daerah
Bukit Pendape
Mengenal Kawasan Dataran Negeri Bukit Pendape. Sekayu. Sumatera Selatan.
Apero Fublic.- Dataran
Negeri Bukit Pendape adalah nama suatu kawasan tradisional di Kabupaten Musi
Banyuasin (MUBA). Terletak di wilayah Kabupaten Musi Banyuasin di seberang.
Dipisahkan oleh aliran Sungai Musi. Kawasan ini berbatasan dengan Kabupaten
Musi Rawas dan Kabupaten PALI. Penduduknya disebut "uwang
berang" oleh warga MUBA lainnya.
Uwang berang berarti
orang yang tinggal di seberang. Istilah itu merujuk diseberang pemukiman, atau
wilayah yang diseberang. Istilah uwang berang sudah
lama ada. Karena pada dasarnya penduduk MUBA awalnya tinggal di tepian tebing
Sungai Musi. Sedangkan penduduk di kawasan seberang, menyebut
penduduk ditepian Sungai Musi dengan Uwang Musi. Istilah Uwang
Musi ini merujuk seluruh kawasan Kabupaten Musi Banyuasin pada
umumnya.
Kawasan wilayah MUBA seberang, dinamakan dengan Dataran Negeri Bukit
Pendape. Karena di bagian pertengah kawasan ini terdapat, Bukit Pendape.
Kawasan kaki Bukit Pendape membentang menuruni tiga kawasan kecamatan.
Kecamatan Sungai Keruh, Kecamatan Jirak Jaya, Kecamatan Plakat Tinggi, dan
sebagian wilayah dari kecamatan lain. Lalu alur tanah terus menurun sampai ke
tebing Sungai Musi.
Bukit Pendape menjadi arus tertinggi kawasan. Misalnya arus hulu sungai,
arus air hujan. Serta ukuran tinggi tanah kawasan. Dataran atau permukaan tanah
di kawasan ini menginduk ke Bukit Pendape. Bukit Pendape juga menjadi sumber
air kawasan. Istilah Dataran Negeri Bukit Pendape adalah pembakuan dari
istilah-istilah sebutan dari orang tua-tua (Puyang), pada zaman dahulu.
Pada zaman dahulu, sistem ekonomi masyarakat berbeda dari masa sekarang.
Masyarakat masih menggantungkan hidup dari hasil berladang (baume),
beternak, dan berburu. Seiring dengan berkembanganya penduduk. Kebutuhan lahan
pertanian juga bertambah. Sedangkan di kawasan tinggal sudah ada pemiliknya
semua. Maka, menyebarlah orang-orang di kawasan Dataran Negeri Bukit Pendape.
Berasal dari berbagai daerah di Kabupaten Musi Banyuasin.
Pesebaran itu tentu berlatar belakang untuk mencari penghidupan. Karena
jauh, dibutuhkan tempat tinggal sementara. Lalu terciptalah talang-talang di
Dataran Negeri Bukit Pendape. Talang-talang di kemudian hari menjadi desa-desa.
Istilah yang dipakai zaman itu bume jauh.
Bume artinya
berladang, dan kata jauh bermakna; menjelaskan tempat yang
sudah tidak lagi di daerah tempat tinggal tetap. Pembahasan bume jauh ini
hanya akan dibahas satu titik saja. Untuk memudahkan pembahasan, yaitu
dari titik Kecamatan Sungai Keruh. Karena di sini induk kebudayaan dan
asal penduduknya.
Bume jauh memberikan sumbangan kemajuan daerah dan persebaran
penduduk. Jejak peninggalan dari kebiasaan bume jauh adalah
dengan adanya pemukiman-pemukiman Talang. Dari daerah Sekayu atau uwang Musi
juga banyak membuat petalangan. Misalnya Talang Bendar, Talang Piase dan
lainnya. Sedangkan talang masyarakat Marga Sungai Keruh mengarah ke
pedalaman arah Kabupaten Musi Rawas dan Kabupaten PALI.
Talang paling ujung peninggalan jejak bume jauh adalah
Talang Sungai Menang. Talang Sungai Menang terletak di sisi jalan proyek minyak
Pertamina, dan di pinggir Sungai Menang. Sehingga talang dinamakan Talang
Sungai Menang. Di talang ini tinggal masyarakat dari berbagai desa di Kecamatan
Sungai Keruh. Dari Desa Kertayu, Pagarkaya, Gajah Mati, dan daerah Sekayu
lainnya.
Daerah yang dijangkau masyarakat dalam berladang dahulu sampai ke
Bukit Kulim. Puluhan kilometer lebih jauh dari Talang Sungai Menang. Sekarang
Daerah itu sudah menjadi wilayah Kabupaten Musi Rawas. Padahal kawasan itu
wilayah tradisional milik masyarakat MUBA.
Selain itu, talang yang lebih dekat seperti Talang Simpang, Talang
Damuasam dan petalangan lain di pedalaman. Sesungguhnya, hampir semua
masyarakat Sungai Keruh sering bume jauh. Namun yang tinggal
menetap dan membangun petalangan hanya sedikit. Selain itu, masyarakat dari
daerah Panukal juga datang bume jauh.
Lalu bersama-sama membentuk
petalangan dengan masyarakat dari Sungai Keruh. Seperti Talang Sungai Rambutan,
Talang Kuning Air. Sedangkan Talang Lokasi pada awalnya dibangun beberapa warga
dari Desa Gajah Mati, Pagar Kaya dan lainnya. Sekarang petalangan tersebut
sudah menjadi Desa Talang Simpang. Bentuk talang memanjang jalan. Terletak di
jalan lintas dari Jirak ke wilayah Kabupaten Musi Rawas.
Sedangkan di sisi lainnya mengarah Kecamatan Pelakat Tinggi. Juga banyak
masyarakat yang bume jauh. Mereka membuka hutan disekitar kaki
Bukit Pendape. Masyarakat yang bume jauh di sekitar kaki bukit
pendape juga meninggalkan jejak berupa petalangan.
Seperti Talang Meranti,
Talang Jebang, dan Talang Bilik Panjang, dan talang lainnya. Pada umumnya
masyarakat yang datang juga dari sebelah hilir. yaitu dari Desa Pagarkaya, Desa
Kertayu, Desa Kertajaya, Desa Gajah Mati, Desa Tebing Bulang dan lainnya.
Pertanyaanya, mengapa hanya sedikit yang bertahan dikawasan tersebut.
Karena sewaktu pemerintah menanan penghijauan atau Hutan Tanam Industri
(HTI). Kalau masyarakat menyebutnya hutan sengon. Begitupun jauh sebelumnya di
kawasan Bukit Pendape juga sudah dijadikan hutan lindung. Pemerintah juga
melarang aktivitas ladang berpindah atau bume jauh. Dengan
demikian, terhentilah kebiasaan bume jauh. Penduduk kembali ke
daerah asal dan menanam hutan industri produksi, terutama karet.
Pernah aku mendengar kakek bercerita bersama-sama rekannya. Semasa
konflik PERMESTA di daerah-daerah hutan tersebut dijadikan markas tentara
PERMESTA (Perjuangan Rakyat Semesta). Kalau maysarakat menyebutnya tentra
hutan (tentara hutan). Pada masa kolonial Belanda menurut cerita
kakek.
Perhubungan daerah ini lancar karena terdapat industri minyak bumi.
Kakek pernah ikut puyang mengambil upahan menarik pipa minyak dengan kerbau.
Jalan tersebutlah yang dijadikan masyarakat akses menuju daerah bume
jauh.
Seluruh kawasan ini dahulunya diistilahkan oleh orang tua-tua dengan,
"Pematang bomi Bukit Pendape. Istilah penyebutan kawasan
luas wilayah di bagian seberang Sekayu (MUBA). Seperti ungkapan berikut, “bomi
boket pendape libok, kalu nak baume asak tan, tebentang melintang
dari sikak, sampai boket pendape laju ke bukit Kolem. Ngilo, ngulu,
ngidau-nganan utan galek. Itu tanah warisan puyang kitek. Sape nak
bume, bume.”
Terjemahannya: "Daerah kawasan Bukit Pendape luas,
kalau mau berladang, berladanglah. Terbentang luas melintang, dari sini (tempat
tinggal), ke Bukit Pendape sampai ke Bukit Kulim. Kehilir, kehulu, kekiri dan
kekanan, hutan semua. Semua wilayah itu warisan nenek moyang kita. Siapa yang
mau berladang, berladang saja."
Selain istilah bomi (bumi) ada juga yang menyebutnya
dengan pematang. Kata pematang bermakna suatu
kawasan tanah yang tidak terendam banjir, atau tanah yang berbukit-bukit. “Pematang
kitek kak libok. Mulak dari sikak, terus jauh laju ke Bukit Pendape sampai
Bukit Kolem. Kidau kanan utan galek. Kalu ngilo lah bukak uwang
Musi, kitek ngulu. Terjemahan; "daerah kita ini luas. Mulai dari
sini (tempat dia berkata), sampai ke Bukit Pendape, lalu ke Bukit Kulim. Kekiri
dan kekanan hutan semua. Kalau di daerah hilir sudah dikelolah oleh masyarakat
dari seberang. Maka kita ke sebelah hulu saja." Istilah kehulu merujuk
ke arah perbatasan Musi Rawas, dan Kabupaten PALI.
Sedangkan menghilir ke
daerah pinggiran Sungai Musi. Kawasan Dataran Negeri Bukit Pendape, ada
sebagian juga yang menjadi kawasan transmigrasi, seperti di Kecamatan Plakat
Tinggi. Dari istilah bahasa tradisional dan gambaran sebutan orang-orang
tua-tua (Puyang) terdahulu. Maka, dapat diterjemahkan ke bahasa sekarang.
Dengan nama, kawasan Dataran Negeri Bukit Pendape.
Bukit Pendape
Menyepakati
atau membakukan nama Bukit Pendape. Sehingga seragam dalam menyebut dan menulis
nama Bukit Pendape. Kita akan menyelidiki dari pola bahasa Melayu. Karena
bahasa adalah kebudayaan yang terkembang menyatu dengan kehidupan masyarakat.
Bahasa Melayu sudah mencul dan tumbuh berkembang sejak nenek moyang kita.
Dari
masa-masa belum berkebudayaan atau zaman suku-suku (purba). Masyarakat Melayu
di Sumatera Selatan sama dengan masyarakat Melayu di kawasan lainnya, baik di
Indonesia, Malaysia, Brunai Darussalam, Thailand Selatan, Mindanau di Pilifina
dan lainnya. Sebagai uraian kita mulai dari menjelaskan melalui ilmu bahasa.
Masyarakat Musi Banyuasin dalam penamaan Bukit Pendape banyak perbedaan.
Tersebar di tengah masyarakat. Hal tersebut wajar karena memang belum ada
pembakuan nama Bukit Pendape. Nama yang sering disebut masyarakat, Seperti
Bukit Bendape, Bandape, Pandape, Pendape dan juga Pendopo.
Kalau kita telusuri asal bahasa yang menjelaskan tempat, dalam bahasa
Melayu, yaitu awalan kata yang berbunyi, Pa,Pe, dan Pu.
Dicontohkan nama tempat, seperti Pa-nukal, Pa-lembang, Pa-garalam, Pa-dang, Pa-ngomobok, Pa-rabumuli, Pa-taling, Pa-sira, Pa-kalanpam, Pa-ngage, Pa-laju
dan lainnya. Dari uraian awalan pa tersebut menjelaskan
tempat. Tapi awalan pa menjelaskan tempat dalam artian sempit.
Misalnya di dalam kota, di talang, di desa, di ladang, di kebun.
Sedangkan awalan kata pe menjelaskan kawasan yang lebih
luas (umum). Melingkupi seluruh daerah tersebut. Meliputi, tempat tinggal,
desa, talang, kota, hutan, kebun, sungai, bukit. Kata pe menjelaskan
keseluruhan daerah dari tepi ke tepi. Kalau secara umum awalan kata pe sama
dengan kita menyebut daerah bahasa kita sekarang.
Coba kita cermati ketika kita
menyebut kata Pa-nukal. Kadang
orang-orang tua-tua juga menyebut dengan kata pe-nukal.
Karena dalam kata awalan pe menjelaskan
tempat secara keseluruhan daerah Panukal (umum) tanpa terkecuali, dari tepi ke
tepi (daerah Panukal).
Sedangkan maksud awalan kata pa (Pa-nukal),
hanya menjelaskan satu tempat saja. Misalnya, dia seorang penduduk Desa Air
Hitam di Panukal. Lalu dia berkata, "aku nak balek ke Pa-nukal. Itu
berarti menjelaskan dia mau pulang kedesanya di Desa Air Hitam di daerah
Panukal (artian sempit). Kata awalan pa tidak
menjelaskan Panukal secara keseluruhan daerah Panukal (umum).
Generasi sekarang
tidak tahu perbedaan dalam penyebutan tersebut. Antara pa dan pe tidak
mengerti. Asal sebut saja dan dianggap sama. Padahal ada perbedaan makna antara
sebutan awalan pe dan pa.
Yaitu makna luas (pe), dan makna sempit (pa). Begitupun dengan penyebutan
daerah lain. Misalnya pe-ngage dan pa-ngage. Pe-rabumuli
dengan Pa-rabumuli, dan sebagainya.
Untuk awalan kata pu menjelaskan tempat atau wilayah
yang dipimpin seseorang. Bisa juga wilayah yang dikuasai seseorang. Sehingga
muncul kosa kata dan gelar, pu-yang. Puyang dalam
artian adalah pemimpin setempat. Puyang juga diartikan nenek
moyang dari masyarakat setempat.
Puyang, dapat berarti orang tua setempat.
Dalam adat pernikahan muncul kata Pu-njung. Awalan kata Pu di
dalam kata punjung. Menjelaskan bahwah mereka memberikan
penghormatan pada pemimpin setempat. Yaitu, kepala keluarga mempelai perempuan
yang menjadi pemimpin setempat, besan.
Dengan ilustrasi penjelasan bahasa Melayu tersebut. Tentu awalan
kata pa tidak cocok untuk penamaan Bukit Pendape. Awalan
kata pu juga tidak sesuai, karena berbeda makna menjelaskan
tempat. Menurut hemat saya, nama bukit yang terletak di Desa Keramat Jaya,
Kecamatan Sungai Keruh, Kabupaten Musi Banyuasin tersebut. Kita sepakati dengan
nama BUKIT PENDAPE.
Karena awalan kata Pe menjelaskan
seluruh kawasan di bagian seberang Kabupaten Musi Banyuasin. Meliputi Kecamatan
Sungai Keruh, Kecamatan Jirak Jaya, Kecamatan Plakat Tinggi, Sebagian daerah
dari kecamatan lain, di Kabupaten Musi Banyuasin di bagian seberang.
Sedangkan istilah penyebutan tradisonal oleh orang-orang tua. Pematang
Bomi Bukit Pendape di bakukan dengan bahasa kita sekarang, "Dataran
Negeri Bukit Pendape." Untuk semboyan kawasan kita angkat dari
bahasa asli; Uwang kitek basanak, badulur galek.
Sedangkan moto yang sesuai: Hidup beradat dan becarek, baagama pulek.
Sebagai orang Melayu Islam kita patut memperkokoh agama Islam di daerah kita.
Sebab Melayu selalu identik dengan keislaman.
Pada
peta Kabupaten Musi Banyuasin disamping. Dimana terdapat garis kuning
melingkari. Itulah peta kawasan daerah Dataran Negeri Bukit Pendape. Yang
Meliputi, Kecamatan Sungai Keruh, Kecamatan Jirak Jaya, Kecamatan Plakat
Tinggi. Juga terdiri dari beberapa bagian dari kecamatan lain di Kabupaten Musi
Banyuasin. Pada garis kuning tengah peta, adalah aliran Sungai Musi. Dimana
terdapat Kota Sekayu dan daerah-daerah kecamatan lainnya.
Catatan:
Kalau
nama Bukit Pendopo adalah nama yang menyimpang. Karena itu nama kawasan
pengolahan minyak di Kabupaten PALI, Kota Pendopo. Pendopo baru ada sejak awal
abad ke 19. Kalau penduduk di Dataran Negeri Bukit Pendape sudah ada sejak
zaman Kesultanan Palembang Darussalam, bahkan jauh sebelum itu sudah ada. Maka
masyarakatlah yang memberi nama sesuai dengan pemahaman mereka di masa lalu.
Karena pembuat nama bukit bukan orang asli daerah jadi dia sesuka hatinya saja.
Maka saya sebagai wakil masyarakat asli meminta nama Bukit Pendopo agar
dirubah menjadi Bukit Pendape.
Oleh.
Joni Apero.
Palembang, 13 Desember 2019.
Sumber peta internet. Badan penanggulangan banjir di Kabupaten Musi Banyuasin. Salam dari Dataran Negeri Bukit Pendape. Kelak akan menjadi suatu kawasan Daerah Otonomi Baru (DOB) di Provinsi Sumatera Selatan.
Palembang, 13 Desember 2019.
Sumber peta internet. Badan penanggulangan banjir di Kabupaten Musi Banyuasin. Salam dari Dataran Negeri Bukit Pendape. Kelak akan menjadi suatu kawasan Daerah Otonomi Baru (DOB) di Provinsi Sumatera Selatan.
Sy. Apero Fublic
Via
Budaya Daerah
Post a Comment