Budaya Dunia
Cina Salah Satu Negeri Muslim
(Sketsa gambar masjid tradisional Indonesia. Bentuk pengaruh kubah masjid Tingokok, perpaduan dengan budaya lokal. Di wilayah etnis Melayu berpadu antara arsitektur Melayu, Cina, dan budaya asli Indonesia Punden Berundak. Begitupun di Jawa, berpadu arsitektur Jawa, Cina, dan Punden berundak. Dan seterusnya mengikuti di daerah lain di Nusantara Indonesia).
Pengaburan Islam Melalui
Kesusastraan-Budaya.
Apero Fublic.- Republik Rakyat Cina (RRC) atau orang
Indonesia lebih suka menyebutnya dengan Negeri Cina. Orang Cina sudah
sejak zaman pra sejarah Asia Tenggara sudah kontak dengan orang Nusantara
termasuk Indonesia. Cina dikenal oleh masyarakat dunia sebagai negeri agama
Budha, Kong Hu Cu.
Bahkan orang-orang menganggap kalau agama Budha muncul di
Cina. Tapi sesungguhnya agama Budha muncul di Asia Selatan di anak benua India
sebagai bentuk oposisi pada agama Hindhu. Di awal kahadiran dan kebangkitan
agama Islam. Agama Islam juga sampai ke Negeri Cina abad ke 7 Masehi. Kemudian
Islam menjadi salah satu komunitas masyarakat terbesar di Cina. Tapi Islam kini
berbenturan dengan paham sosialis: Komunisme-Leninisme.
Dr. Syeh Djamaluddin salah
satu anggota delegasi Indonesia yang mengunjungi Tiongkok atau Cina pada akhir
tahun 1956 M, mengemukakan pendapatnya bahwa Islam akan mati dalam jangka waktu
10 tahun di Republik Rakyat Cina.[1]
Syeh Djamaluddin begitu khawatir
dengan keadaan Islam dalam kekuasaan Komunis. Serta buruknya perlakuan mereka
pada kaum Muslimin. Namun ternyata perkiraan Syeh Djamaluddin meleset. Muslim
Cina ternyata mampu bertahun sampai sekarang. Bahkan Muslim Hui sudah hidup
tenang. Walau dalam tekanan paham komunis. Islam sesungguhnya tinggal menunggu
waktu yang tepat untuk bangkit kembali.
Dunia Islam tidak banyak
tahu tentang Islam di Negara Cina. Terutama orang-orang Indonesia dan Asia
Tenggara pada umumnya. Masyarakat di Dunia, Asia Tenggara, di Indonesia
berpikir dan mengira kalau di negara Cina hanya ada tiga hal. Perta agama
Budha, Kedua Kong Hu Cu, dan ketiga Komunisme. Sejarah Cina dalam pikiran
masyarakat dunia hanyalah sejarah dinasti-dinasti Cina yang beragama Budha dan
Kong Hu Cu.
Di dunia sekarang ini, Cina
dikenal dengan ilmu beladiri kungfu dan shaolin. Image ini dibentuk dengan
film-film laga mandarin yang selalu menamfilkan cerita-cerita shaolin. Cerita
legenda yang sangat terkenal adalah kisah Kera Sakti. Sun Go Kong, Cu
Fat Kai, Wu Cing dan Bik Su Tong. Mengisahkan
perjalanan mereka mengambil kitab suci ke barat.
Begitulah jalan-jalan cerita
sastra Cina yang dipublikasikan. Begitupun dengan jenis sastra tertulis juga
berlatar Budha, Kong Hu Cu, dan Komunisme sekarang. Yang paling baru datang
adalah agama kristen. Sehingga latar agama dalam kesusastraan sering
menggunakan latar agama kristen, misalnya pernikahan di gereja. Masyarakat
dunia pun akhirnya mengira kalau di Cina hanyalah negeri yang tidak
ada Islam sedikitpun. Termasuk umat islam di Indonesia.
Tidak ada satu pun film Cina
yang menceritakan latar Islam. Misalnya orang Cina sedang shalat. Sehingga prem
pemikiran masyarakat Muslim dunia dan Muslim Indonesia tentang orang Cina:
kafir, pelit, makan babi, tidak sunat, pedagang, non Islam. Begitupun dengan
masyarakat Cina yang jauh dari wilayah Muslim Cina atau mereka besar di negara
rantauan mereka. Mereka juga mengira kalau negara asal mereka tidak ada orang
Islam, sedikitpun. Mereka menganggap Islam agama keras dan tidak bersahabat.
Sehingga mereka tidak suka dengan Islam, dan melarang anak-anak masuk Islam.
Berbeda kalau masuk agama
Kristen, atau agama lain mereka tidak begitu peduli. Islam hanya dari Arab
pikir mereka. Berbeda dengan Kristen orang Cina lebih dekat. Sebab kristen
lebih sering terekspos di publik, seperti di film-film misalnya dari Hongkong,
Taiwan dan Cina Daratan. Padahal agama kristen baru berkembang di Cina. Orang
Cina dan non Cina tidak banyak yang tahu kalau Islam telah ada sejak 1400 tahun
yang lalu di Cina.
Entah mengapa Islam yang
telah datang ke dataran Cina sejak abad pertama Hijriyah. Bahkan kuburan
sahabat Rasulullah SAW ada di dataran Cina, Saad Bin Waqash, R.a. Tapi begitu
dianggap asing. Terdapat sejumlah Masjid-masjid tua di Cina. Kubah kayu masjid
Cina juga tersebar ke Asia Tenggara, terutama di Indonesia.
Dapat kita lihat dari
arsitektur masjid tua di Indonesia. Dimana masjid-masjid tua memakai sistem
atap mustaka yang bermakna berleher dan berkepala. Seperti Masji Agung
Palembang yang sangat kental dengan arsitektur Cina. Bahkan para akademisi di
Indonesia juga tertipu dalam munulis sejarah kedatangan Cina Muslim di
Indonesia. Menurut mereka Muslim Cina yang datang ke Palembang semasa Sultan
Mahmud Badaruddin I masuk Islam di Palembang. Namun kemungkin mereka memang
sudah Islam dari sebelumnya. Keturunan masih dapat dijumpai di Palembang dengan
gelar Baba, Cina Muslim.
Istilah marga muslim Cina
adalah Ma. Ma berarti singkatan dari nama nabi
Muhammad. Kalau kita mendengar nama orang Cina di awali Ma, maka
dia seorang Muslim. Misalnya, Ma Ying adalah seorang prajurit
Cina beragama Islam semasa Pemerintahan Demokratis Cina.[2] Ma
Hu-shan muslim Cina peteran perang melawan pasukan Rusia di Xinjiang
semasa Pemerintahan Nasionalis. Dia memimpin tentara Divisi 36 tentara
nasionalis.[3] Penjelasan marga Ma adalah muslim
juga di jelaskan oleh Ustadz Aan Wan Seng. Tapi banyak juga muslim yang namanya
tidak bermarga Ma.
Cina dan dunia memang
berusaha menutupi keberadaan muslim di dataran Cina. Propaganda melalui
kesusastraan sukses dengan baik di luar Cina. Pernah kalian menemukan
film-film, novel dari Cina misalnya adegan muslim pergi shalat atau terdengar
azan dari masjid saat berlalu.??
Islam memang hendak
dipadamkan dimanapun dia berada di negeri-negeri kafir. Namun ketika mereka
berada di negeri Islam. Orang-orang kafir selalu lantang meminta toleransi.
Walaupun tidak di minta umat Islam memang selalu memberikannya. Karena tertulis
tegas di dalam Al-Quran, tidak boleh berbuat tidak adil hanya karena tidak
menyukai sebuah kaum.
Tidak boleh memaksa orang masuk Islam. Tidak boleh
mengganggu mereka dan tempat ibadah mereka. Kaum muslim berkewajiban melindungi
kaum dzimmy di negeri mereka. “Mereka hendak memadamkan cahaya Allah. Tapi
Allah itu sendiri yang menjaganya. Mereka berpikir musuh umat Islam. Tapi
sesungguhnya Allahlah yang menjadi musuhnya.
Kebudayaan Islam di Cina
Umat Islam di Xinjiang atau Daerah Otonomi
Uighur di Xinjing menggunakan tulisan abjad Arab. Begitupun muslim lain di
Cina. Pada bulan Agustus 1956 Pemerintahan Komunis menghapus dan menggantikan
dengan hurup Cyrilik. Penduduk Uighur telah menggunakan abjad Arab selama 800
tahun, sehingga menyebabkan kekacauan bahasa mereka. Sementara etnis Hui
komunitas Muslim terbesar di Cina, Mata pelajaran bahasa Arab dihapus.[4]
Begitupun pengaburan
budaya-budaya orang Islam. Kalau pada film laga atau film kolosal Cina kita
hanya mengenal kunfu shaolin dan para biksu. Tapi kunfu sesungguhnya juga milik
kaum Muslim. Orang Islam selain mengembangkan tehnik kunfu, juga berperan dalam
penyebar luasan kunfu. Salah satu jenis kunfu aliran yang dikuasai Muslim
adalah kunfu Xin Yi, tantui.
Komunis Cina juga tidak
menghormati agama Islam. Tahun 1958 ketika ada seorang pemuda dari Liga Komunis
Muda Cina yang ingin menikah dengan seorang gadis muslim dimana orang tua
muslim tidak merestui kalau si pemuda tidak menjadi muslim. Komunis muda itu
mengelukan hal tersebut, dia berkata kalau umat Islam bersifat bermusuhan.
Padahal di dalam Islam memang dilarang menikahkan anak-anak dengan orang-orang
kafir.[5]
Kaum muslim tidak mau
menggabungkan tanah wakap milik masjid pada koperasi-koperasi milik pemerintah.
Karena umat Islam tidak ingin menghilangkan pemasukan untuk masjid. Kemudian
mereka juga tidak mau misalnya tanah digunakan untuk beternak babi dimana hasil
babi adalah haram dalam Islam (Harian Hopei, 20 Januari 1958). Umat Islam sudah
menyatakan keterpisahan agama dari negara. Namun karena komunis ingin
menghancurkan Islam. Maka mereka terus mengganggu kehidupan umat Islam
(Liaoning Daily, 8 April 1958).
Karena hal demikian,
Nationality Unity pada 14 Mei 1958 melaporkan bahwa seorang Ahung bernama Ting
Wen-hao mengorganisir konflik bersenjata besar-besaran antara orang Hui dan
orang Han di Kota Chinling sebuah Kota Praja Tzupo (Shantung). Harian Rakyat 16
Mei 1958 melukiskan kalau umat Islam tidak puas dengan kebijakan komunis,
dianggap anti partai di provinsi Honan.
Yuan Ch’ang- hsiu seorang imam Masjid
dari Ningling (Honan) dituduh memprovokasi Muslim Hui untuk merebut koperasi di
desa-desa. Harian Kwangming 18 Mei 1958 memberitakan kalau seorang pengurus
masjid di dekat Peking telah memimpin 300 orang Muslim untuk mengacau desa Wu
Lung Su (Lima Naga).[6]
Sebuah surat kabar
propaganda komunis bernama Harian Chinese Moslem tanggal 10 September 1958
menyatakan “rektifikasi” suatu gerakan pembersihan elemen-elemen oposisi
dikalangan rakyat. Banyak masjid-masjid menyerahkan tanahnya pada
koperasi-koperasi pertanian. Banyak juga Ahung yang menggabungkan diri dengan
koperasi.
Tetapi mereka juga mengeluh karena banyak juga masjid-masjid yang
tidak mau menyerahkan tanah wakaf pada koperasi pertanian. Pada 15 Oktober 1958
harian Chinghai Daily melaporkan di daerah otonom Muslim Hua-long, Hsien
(Chinghai) kaum muslim menunjukkan kontra-revolusioner. Beberapa orang kaum
muslimin, Ye Erh-Li, Yeh Wan-lin, Ma-i-assu-ha dan Yeh Te-yuan dituduh
membiarkan tuan-tuan tanah, petani-petani kaya melakukan kontar-revolusioner.[7]
Harian Chinghai pada 14
Nopember di jalan-jalan Sining saja sudah dipasang sebanyak 30.000 halaman
surat kabar didinding anti Muslim. Melihat hal demikian tentu kerasnya upaya
komunis dan kuatnya perlawanan umat Islam.[8]
Di Negara Cina terdapat 56
kelompok etnis Muslim. Mereka berkonsentrasi diwilayah Gansu, Xinjiang,
Qinghai, Ningxia, Shaanxi, Yunnan, Hebei, Henan, Shandong dan kawasan pedalaman
Mongolia. Terdapat 10 etnis muslim terbesar, yaitu Hui, Uygur, Kazak,
Dong-xiang, Kirghis, Salar, Tajik, Uzbek, Baoan, dan Tatar. Kemudian diikuti
dengan etnis lain. Banyak juga etnis Han yang memerluk Islam.[9]
Masjid di Cina
Pelarangan pembangunan masjid baru di Cina
dimulai sejak tahun 1950. Komunis juga menyita sebagian tanah-tanah milik wakaf
masjid. Ada suatu ketika para Ahung-Ahung (pemuka agama Islam) di paksa memakan
daging babi. Sistem pengelolaan masjid di Cina didukung oleh
keluarga-keluarga dalam memakmurkan dan mengurus masjid.
Di Cina satu buah
masjid biasaya didukung oleh kelompok-kelompok keluarga. Mulai dari dukungan
10.000 kepala keluarga. Tapi tidak begitu banyak yang mencapai 10.000 keluarga.
Yang umum adalah satu masjid dimakmurkan oleh 2000 sampai 4000 keluarga. Sama
seperti di Indonesia seumpanya satu desa ada sebuah masjid jamik dan beberapa
musholla. Sebelum meletus perang Dunia Kedua di Cina terdapat 16.600 buah
masjid.[10]
Menurut Aan Wan Seng di Cina terdapat
sekitar 35.000 masjid yang berusia ratusan tahun, bahkan ada yang sudah berusia
ribuan tahun.[11] Ada masjid-masjid kuno yang
dibangun pada masa pemerintahan dinasti-dinasti di Cina, diantara: Masjid Jamik
Peking, Masjid Jamik di Sian, Masjid Jamik Nanking, Masjid Jamik Tsi Nan, dan
lainnya.[12]
Pada masa dinasti Yuan di
bawa Kaisar Tai Co (1368-99), seorang ulama muslim Syaikul Masyaik
menerjemahkan buku-buku berbahasa arab kedalam bahasa Cina. Kalau kita di
Indonesia memiliki ulama-ulama yang dikagumi dan makamnya sering diziarahi.
Maka di Cina ada seorang ulama Muslim bernama Lui Tshih yang dianggap orang
suci atau wali oleh kaum muslimin Cina. Ulama ini banyak menulis tentang kisah
hidup Rasulullah SAW.[13]
Di Cina juga telah ada
upaya menterjemahkan Al-Quran kedalam bahasa Cina. Seorang sarjanah Jepan non
muslim Lee Tei Ching. Menterjemahkan Al-Quran yang sudah diterjemahkan kedalam
bahasa Jepang, lalu dia diterjemahkan kedalam bahasa Cina.[14] Kemudian
dibentuk komisi dibawah pimpinan Wang Chin Zai yang kemudian diterbitkan pada
tahun 1935. Salah satu penyumbang biayah penerbitan seorang muslim kaya dari
Taiwan.[15]
Kaum Nasionalis-Demokratis
dan Islam berhasil menumbangkan Dinasti Manchu yang kejam. Dinasti Manchu bukan
dari orang Han atau orang Cina. Dinasti Manchu adalah dinasti suku bangsa dari
daerah Mongolia. Semasa Pemerintahan Nasionalis Demokratis kaum muslim Cina
selain banyak menjadi petinggi negara, dari mentri, prajurit, pegawai
pemerintah.
Kaum muslim juga memiliki banyak penerbitan. Dalam tahun 1911 di
Yunan terbit sebuah Journal Islam (Islamic Journal). Di Peking muncul terbitan
Islamic Literature (Kesusastraan Islam). Di Kanton berdiri harian Domestic
Education 1912. The Light of Islam (Cahaya Islam) di Sanghai 1920. Islamic
Sciences (Ilmu Pengetahuan Keislaman) di Ko Kiang 1921. Muslim Youth (Pemuda
Muslim) terbit di Kanton 1926. Selain itu ada juga harian Teh Islamic Comunity
(Masyarakat Islam), terbit di Cina.[16]
Pokok Permasalahan Muslim Cina
Permasalahan Islam di Cina selalu terkait
kemerdekaan beragama dan Islam yang terus berkembang apabila Islam memiliki
kemerdekaan beragama. Maka mau tidak mau penguasa Cina selalu berbuat kejam,
yaitu dengan membantai. Pembantaian umat Islam dimulai dari masa Dinasti Manchu
yang tidak menyukai umat Islam yang terus tumbuh dan berkembang.
Kemudian dilanjutkan oleh
Pemerintahan Komunis. Umat Islam di Xinjiang dan daerah-daerah lain di Cina
melakukan perlawanan karena mereka tahu Komunis tidak memberikan kebebasan
beragama dan berbudaya Islam. Sehingga sering muncul perlawanan, dan diakhiri
pembantaian-pembantaian.
Apabila Pemerintahan Cina
memberikan jaminan kemerdekaan beragama dan berbudaya. Maka umat Islam dan
pemerintah pasti sejalan dan selaras, damai. Demikinlah sedikti kupasan kalau Negeri
Cina adalah bagian dari salah satu Negeri Masyarakat Muslim.
Negeri Islam
terbentang sangat luas, mulai dari Turki, daerah Balkan Eropa Timur, menuju
Timur Tengah, Asia Selatan, Asia Tengah, sebagian Rusia, sebagian Cina adalah
wilayah masyarakat Muslim di daerah tersebut, lalu ke Asia Tenggara. Telah
banyak runtuh peradaban dan agama-agama sebelumnya.
Tinggal tunggu waktu komunis juga hancur oleh Islam dengan sendirinya. Bukan hal yang aneh kalau kita melihat Ustadz Felix Siau, Ustadz Ko Stepen, dan banyaknya keturunan Cina memeluk Islam di Indonesia. Karena Islam salah satu agama leluhur orang Cina.
Tinggal tunggu waktu komunis juga hancur oleh Islam dengan sendirinya. Bukan hal yang aneh kalau kita melihat Ustadz Felix Siau, Ustadz Ko Stepen, dan banyaknya keturunan Cina memeluk Islam di Indonesia. Karena Islam salah satu agama leluhur orang Cina.
Oleh. Joni Apero
Editor. Desti. S.Sos.
Palembang, 6 Januari 2020.
Palembang, 6 Januari 2020.
Sumber:
Aan Wan Seng. Rahasia Sukses
Muslim Cina: Kegemilangan Islam di Negeri Komunis. Jakarta: Hikmah, 2007.
Rafiq Khan. Islam di Tingkok.
Jakarta: Tintaemas, 1967.
Leo Agung. Sejarah Asia Timur 2.
Yogyakarta: Ombak, 2012.
Joni Apero, “Kajian Sosiologis Pada
Transformasi Atap Masjid di Kota Palembang” Skripsi. Palembang:
Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang. 2018
[1]Rafiq Khan, Islam di Tingkok,
h 109.
[2]Rafiq Khan, Islam di Tingkok,
Jakarta: Tintaemas, 1967, h. 67.
[3]Rafiq Khan, Islam di Tingkok,
h. 70.
[4]Rafiq Khan, Islam di Tingkok,
h 133
[5]Rafiq Khan, Islam di Tingkok, h 121
[6]Rafiq Khan, Islam di Tingkok, h 128-129.
[7]Rafiq Khan, Islam di Tingkok, h 130.
[8]Rafiq Khan, Islam di Tingkok, h 131.
[9]Aan
Wan Seng, Rahasia Sukses Muslim Cina: Kegemilangan Islam di Negeri
Komunis, Jakarta: Hikmah, 2007, h. 37.
[10]Rafiq Khan, Islam di Tingkok, h. 97 dan
131.
[11]Aan Wan Seng, Rahasia Sukses Muslim di Cina,
h. 30.
[12]Rafiq Khan, Islam di Tingkok, h 131
[13]Rafiq Khan, Islam di Tingkok, h 132
[14]Rafiq Khan, Islam di Tingkok, h 35
[15]Rafiq Khan, Islam di Tingkok, h 36
[16]Rafiq Khan, Islam di Tingkok, h 36.
Sy. Apero Fublic
Via
Budaya Dunia
Kalau diizinkan, saya mau meminta sumber gambar a.n. Medikal Rohim tersebut, apakah dalam bentuk karya ilmiah/jurnal ? Saya tinggal di 16 Ulu
ReplyDeletesebuah skripsi berjudul" Kajian Sosiologis pada transpormasi atap masjid di kota palembang. anda dapat menjumpai di perpustakaan daerah bagian arsip ruang atas, di balai arkeologi, di perpustakaan fakultas adab..
Delete