Biruisme
Contoh Paham Neofeodalisme Derajad Dirinya Diukur Dengan Makanan
Apero
Fublic.- Apakah ubi goreng makanan yang buruk, merusak kesehatan, atau
apa???. Bagaimana dengan makanan mewah, harga ratusan ribu satu porsi. Apa
begitu baik untuk kesehatan???. Apakah ubi goreng dan jajanan pasar lebih
mulia dari makanan yang dibeli dengan uang hasil korupsi???. Apakah
makanan yang rupanya bagus, wadah mahal, dimakan di tempat mewah atau di hotel
berbintang saat keluar dari dubur kita bukan kotoran???.
Yang
perlu dicatat, nilai sebuah makanan dinilai dari, kehalalan, kebaikan untuk
tubuh (gizi), dan kebersihan. Bukan dinilai dari harga, rupa, rasa, wadah, dan
tempat makannya. Pada pembahasan ini, bagaimana mencontohkan paham orang yang
berpaham neo-feodalisme. Orang tersebut seorang anggota Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR).
Orang
ini merasa dirinya memiliki derajad, kedudukan, posisi, yang tinggi atau kelas
orang elit, orang muliah. Untuk melegitimasi dia sebagai orang mulia. Maka
perlakuan orang pada dirinya harus spesial. Sebab dia seorang anggota DPR. Ke
spesialan ini dia ukur dengan hal yang luar biasa. Karena dengan perlakuan
istimewa dia baru merasa kalau dia orang yang dihargai. Penghargaan itu dari
simbol-simbol materi, dan sandiwara.
Misalnya,
kita harus berkata lemah-lembut. Selalu mengalah dan membenarkan kata-kata dia.
Begitupun dalam penyajian makanan harus yang mewah dan mahal. Sebab dia orang
yang terhormat dan kelas tinggi. Apabila dia tidak mendapatkan hal tersebut.
Maka dia akan tersinggung dan merasa tidak dihormati.
Kalau
kita memberikan jawaban yang tidak membenarkan pendapat dia. Maka darah akan
mendidih marah. Karena dia merasa dianggap bodoh atau digurui. Ketika dia
disuguhi makanan sederhana sudah pasti dia akan tersinggung. Sebab makanan
sederhana menurut dia tidak selevel dengan dirinya seorang pejabat. Dalam
pemikiran orang-orang feodalisme. Kelas pejabat negara haruslah disuguhkan
makanan mewah dan mahal.
Sebagai
bentuk ilustrasi. Perhatikan di film-film bagaimana seorang raja makan dengan
hidangan berhamparan. Tidak suka sedikit, langsung membanting sesuatu atau
mumukul orang. Bagi mereka ukuran tingginya seorang pejabat yaitu dengan
simbol-simbol tersebut, kekasaran. Bukan dengan prestasi dan kinerja Dirinya.
Ukuruan kemewahan tersebut menjadi letak tingginya derajad dirinya. Dia
tersinggung karena menganggap singkong atau ubi dan makanan sederhana lainnya
adalah makanan kelas orang rendah. Orang rendah misalnya petani, rakyat biasa.
Padahal dari pada anggota dewan tersebut lebih bergunahlah petani. Sebab petani
membayar pajak dan hasil pertaniannya dijual dan memenuhi kebutuhan manusia
lainnya.
Orang ini menilai kualitas sutu makanan dari rupa dan rasa. Tidak
dinilai dari kandungan gizi dan manfaat untuk kesehatan tubuh. Kalau
dibandingkan dengan coklat, kue manis-manis. Ubi lebih sehat dan lebih
bermanfaat untuk kesehatan tubuh. Pola pikir yang menilai makanan dari rasa dan
rupa adalah pola pikir masyarakat primitif dan pola pikir anak-anak. Bukan pola
pikir manusia moderen dan berpikir.
Bahasan sedikit ini menjelaskan bentuk paham neofeodalisme manusia
Indonesia. Paham seperti ini, hanya akan hilang dengan ilmu pengetahuan. Kalau
manusia tidak memiliki cukup ilmu pengetahuan maka sulit lepas dari paham
neofeodalisme. Neofeodalisme sumber korupsi dan awal korupsi di Indonesia. Di
negara kita manusia yang sedikit menyimpan uang saja sudah berpaham
neofeodalisme. Apalagi sekelas anggota dewan atau berkedudukan lainnya.
Bagi orang-orang yang merasa dirinya tinggi oleh sebab simbol dan
materi. Agar merenenungkan diri dengan mengambil hikmah dari Rasulullah SAW.
Rasulullah adalah seorang nabi, sekaligus seorang pemimpin negara. Namun beliau
tidak menjadi feodal pada zamannya. Pada suatu hari seorang sahabat mendatangi
beliau yang sedang mengambil kayu bakar.
Rasulullah SAW, dapat memerintahkan siapa saja untuk mengerjakan
keperluan hidup beliau. Tapi beliau tidak melakukan hal tersebut. Beliau tidak
mentang-mentang dan tidak mengambil kesempatan. Tidak merasa dirinya lebih
tinggi dari orang lain. Dia tahu kalau manusia itu sama saja. Di Indonesia,
baru kredit mobil dengan DP lima belas juta saja, gayanya sudah selangit.
Sebab
dia sudah merasa sukses dari orang yang belum punya mobil. Karena dia menganut
paham feodal. Bagi yang belum mengerti makna paham feodalisme. Feodalisme suatu
paham yang merasa berhasil dengan simbol-simbol, seperti memiliki kedudukan dan
materi, bukan diukur dari prestasi dan kebaikan.
Sebagai contoh lagi, ada seorang pemuda desa yang Kulia di kota.
Kemudian dia bekerja disebuah perusahaan. Pemuda ini karena sudah bekerja di
perusahaan tersebut merasa derajatnya sudah tinggi. Lalu dia merasa elegan,
tidak mau kotor lagi. Agak rumit dengan makanan.
Dahulu makan di warteg, air
putih gratis. Sekarang merasa tidak pantas lagi makan di warteg dikarenakan
sudah bekerja di kantoran. Inilah orang yang disebut penganut paham
neo-feodalisme. Dimana ukuran kesuksesan dan derajad diukur dari simbol-simbol
materi dan yang tampak, alias sombong.
Paham
feodalisme muncul bukan karena monarki tapi karena kebodohan intelektual,
kesombongan, ingin dipuji, ingin dihormati, ingin dipandang tinggi derajadnya
dan merasa lebih dari orang-orang, dan egoisme individu. Neo-feodalisme adalah
bentuk feodal baru. Kalau dizaman monarki kaum bangsawan dan borjuisme yang
menganut paham ini. Dizaman sekrang penganut paham ini adalah orang-orang yang
sedikit berkedudukan di tengah masyarakat.
#Salam
Revolusi Biru.
#Barisan
Indonesia Baru (BIRU).
Oleh.
Joni Apero.
Editor. Selita. S.Pd.
Palembang, 26 Januari 2020.
Palembang, 26 Januari 2020.
Sy. Apero Fublic
Via
Biruisme
Post a Comment