e-Biografi Tokoh
e-Biografi Singkat Mohammad Hatta (Bung Hatta)
Foto Bung Hatta sewaktu berumur 13 tahun.
Apero
Fublic.- Kota Bukittinggi terletak di Provinsi Sumatera Barat. Kota yang sejuk
terletak di dataran tinggi Agam. Kota ini juga dikenal dengan nama Kota Gadang.
Kata Gadang dalam bahasa Melayu Minang berarti besar. Penamaan
tersebut berkaitan dengan sebuah jam besar terletak di kota Bukit Tinggi, Jam
Gadang. Kota Bukittinggi menjadi istimewah di Indonesia karena kota ini tempat
kelahiran salah satu Pahlawan Proklamator Indonesia, Mohammad Hatta.
Mohammad Hatta yang juga dikenal dengan Bung Hatta. Lahir pada 12
Agustus 1902 dari seorang ibu bernama, Siti Salehah. Siti Salehah asli
kelahiran Kota Bukittinggi. Ayah beliau bernama Haji Mohammad Jamil, dari
daerah Batu Hampar di dekat Kota Payakumbuh. Kakek bernama Syaik Arsyad seorang
tokoh masyarakat dan guru pendidikan agama Islam. Kakek Bung Hatta dari pihak
ibu bernama Ilyas Bagindo Marah seorang saudagar.
Bung Hatta anak kedua, kakaknya seorang perempuan bernama Rafi’ah.
Sewaktu dilahirkan Bung Hatta diberi nama Athar, yang berarti harum. Panggilan
sehari-hari dipanggil Atta. Dari paggilan Atta itulah lama kelamaan namanya
berubah menjadi Hatta. Kemudian dilengkapi dengan Mohammad Hatta.
Ayah
kandungnya meninggal ketika Bung Hatta berumur tujuh bulan. Beberapa waktu
kemudian ibu beliau menikah lagi dengan seorang pedagang berasal dari
Palembang, bernama Masagus Haji Ning. Haji Ning salah seorang dari rekan
perdagangan kakek Bung Hatta. Dari pernikahan ibunya, beliau mendapat empat
saudara perempuan.
Budi pekerti dan ahlak baik Bung Hatta telah tampak sejak kecil. Dia
tidak pernah berbuat menjengkelkan keluarganya. Hidup dietngah keluarga terhormat
dan kaya. Beliau tidak menjadi sombong dan menjauh dari rakyat kecil.
Berdisiplin, mandiri dan yang paling luar biasa beliau hidup sederhana dan
hemat. Bung Hatta sudah sejak kecil gemar membaca buku. Buku sudah menjadi
teman dan sahabat beliau.
Dia tidak suka keluyuran dan berbuat hura-hura dan
sia-sia. Kedisiplinannya tercipta secara alami dan menjadi watak pribadi
beliau. Waktu mengaji, sekolah dan bermain dia seimbangkan. Di sekitar rumahnya
tidak banyak anak yang sebaya dengannya. Sehingga dia kurang bermain di luar
rumah. Besifat pendiam, serius dan jarang bersenda gurau besama siapapun.
Senyumnya penuh arti dan pandai menyembunyikan perasaannya.
Suatu soreh
Bung Hatta pulang kesorean saat magrib. Kakeknya menghukum beliau dengan
berdiri dibawa sebatang pohon. Saat pamannya menjemput untuk mengajak pulang.
Bung Hatta kecil menolak. Dia ingin kakeknya yang membebaskannya dari hukum dan
baru dia mau keluar dari garis lingkaran hukum yang dibuat kakeknya.
Kakek dari pihak ayahnya (Syaik Arsyad), menginginkan beliau menjadi
ulama. Beliau memanggil sang kakek dengan panggilan Ayah Gaek. Sedangkan
kakek dari ibunya, Ilyas Bagindo Marah yang dipanggilnya Pak Gaek. Mengingkan
beliau masuk ke sekolah umum. Pendidikan beliau dan kakaknya Rafi’ah dimulai dari
Sekolah Rakyat untuk Bumi Putra.
Setelah belajar selama tiga tahun beliau
dipindahkan kesekolah khusus orang Belanda atau anak bangsawan yang dianggap
sederajad dengan orang Belanda, Europese Lagere School (ELS).
Tidak banyak anak-anak asli Indonesia yang dapat bersekolah di ELS, dan tamat
tahun 1916.
Bung Hatta kemudian melanjutkan sekolah yang Bahasa Pengantaranya Bahasa
Belanda, MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs), setingkat SMP zaman
sekarang. Hatta kecil mulai mengenal paham kebangsaan saat mendapat pelajaran
sejarah di MULO. Pada tahun 1918 Nazir Datuk Pamuncak salah satu tokoh
pergerakan nasional Indonesia. Pulang dari Batavia, bermaksud untuk pergi ke
Belanda melanjutkan pendidikan di Universitas Leiden.
Karena dia sudah selesai
sekolah di HBS (Hogere Burgerschool), di Batavia (Jakarta). Karena
meletus perang Dunia Pertama maka rencana Nazir Datuk Pamuncak ditunda.
Sebelumnya Nazir dan rekan-rekan HBS sudah mendirikan organisasi pemuda “Jong
Sumatranen Bond” pada 9 Desember 1917. Nazir Datuk Pamuncak ingin mendirikan
cabang dari organisasi pemuda tersebut di Kota Bukit Tinggi.
Dengan bantuan
Marah Sutan sekretaris Persatuan Sosial di Padang bernama Sarekat Usaha
menyelenggarakan suatu rapat umum dengan para pelajar sekolah-sekolah menengah
di Padang dan Bukit Tinggi. Bung Hatta ikut menghadiri acara tersebut.
Pertemuan yang tidak terlupakan oleh Bung Hatta. Pidato Nazir Datuk Pamuncak
tentang kebangsaan dan kebangkitan Asia. Yang membuat jiwa kebangsaan Mohammad
Hatta memuncak.
Setelah selesai sekolah MULO, beliau diizinkan ibunya sekolah di
Jakarta. Masuk sekolah perdagangan, Prins Hendrik School (PHS). Saat
menjadi siswa beliau belajar tentang perdagangan dengan seorang pengusaha, Ayub
Rais. Belajar dari pengalaman dan bertukar pikiran tentang tata usaha. Dalam
masalah politik Bung Hatta juga mulai aktif mengikuti perkembangan politik masa
itu. Seperti peristiwa Insiden Cimareme.
Pemerintahan Kolonial
Belanda menginstruksikan agar penduduk menjual sebagian beras pada pemerintah.
Haji Hasan menolak menjual karena daerah beliau juga kekurangan beras. Maka
pemerintah mengirim serdadu dan menembak membabibuta kedalam rumah pak Haji.
Sehingga pak haji meninggal dunia. Oleh media pro pemerintah dituduhkan pada
perlawanan Organisasi Syarikat Islam. Haji Hasan dijadikan kambing hitam
sekaligus untuk menakuti-nakuti rakyat. Padahal masalah itu tidak
ada hubungannya dengan Syarikat Islam sama sekali.
Pengkambing hitaman karena
Haji Hasan anggota dari Syarikat Islam. Peristiwa ini dikenal dengan, Insiden
Syarikat Islam Seksi B. Maka sejak saat itu Pemerintahan Kolonial Belanda
mendapat alasan untuk memusihi Syarikat Islam. Banyaknya peristiwa
ketidakadilan tersebut membuat Bung Hatta terpanggil untuk terjun
memperjuangkan kehidupan rakyat dan kemerdekaan.
Pada tahun 1921 Bung Hatta menyelesaikan sekolah di PHS. Dia berencana
kuliah di Belanda. Seorang gurunya memberi saran untuk bekerja saja di
perusahaan milik Belanda. Dengan ijazah diploma yang dia miliki dia sangat
mudah mendapat pekerjaan dengan gaji besar. Kemudian beliau bertemu dengan
seorang gurunya De Kock.
Nasihatnya, Mencari uang itu gampang, tapi kesempatan
menuntut ilmu yang lebih tinggi tidak selalu ada. Maka Bung Hatta mantap dan
melanjutkan studi di Belanda. Bung Hatta mendapat beasiswa dari Yayasan Van
Depenter untuk melanjutkan studi ke Belanda. Tapi beasiswa baru dapat dia
terimah setelah dia berada di Belanda. Untuk ongkos keberangkatan dia harus
mengusahakannya sendiri.
Karena terbiasa hidup hemat dan suka menabung bunghata
memiliki banyak simpanan. Kemudian keluarga juga membantu keuangan Bung Hatta.
Di Belanda masuk Sekolah Tinggi Perdagangan atau Handles Hooge School di
Rotterdam. Bersama rekan-rekan beliau mendirikan organisasi Perhimpunan
Indonesia. Tahun 1926 dia terpilih menjadi ketua Perhimpunan Islam.
Dalam kegiatan aktif pergerakan kebangsaan. Salah satu dari kegiatan
Perhimpunan Indonesia mengikuti konres internasional di Brussels (Belgia), dari
tanggal 10 sampai 15 Februari 1927. Perhimpunan Indonesia mengirim, Achmad
Soebardjo, Gatoto Tarunamihardja, dan Abdul Manap. Pertemuan tersebut mendapat
sorotan dari surat kabar Belanda.
Pada tanggal 23 September 1927 Bung Hatta dan
tiga orang rekan ditangkap dan di penjarakan di Casuaristraat. Salah satunya
rekan dari Bukit Tinggi Nazir Datuk Pamuncak. Dakwaan adalah, pertama menjadi
anggota organisasi terlarang. Kedua terlibat pemberontakan, dan ketiga
menghasut untuk menentang Kerajaan Belanda.
Dalam bulan Juli 1932, Bung Hatta berhasil lulus ujian doktoral dan
mendapat gelar akademisi Sarjana Ekonomi. Pulang, beliau naik kereta menuju
Genoa sebuah pelabuhan di Italia Selatan. Dari sana beliau naik kapal Jerman
menuju Singapura. Dari Singapura beliau naik Maskapai Pelayaran Belanda dan
tiba di Tanjung Periuk pada Agustus 1932. Sebelas tahun beliau merantau di
Negeri Belanda.
Setiba di Indonesia, kaum pergerakan nasional menyambut beliau. Sebuah
partai non kooperatif PNI-Pendidikan yang dipimpin Sutan Syarir menyerakan
mandat kepemimpinan pada Bung Hatta. Bung Karno sudah bebas dari penjara yang
kesekian kalinya.
Dia masuk Partai Perindo dan berusaha menggabungkan dengan
PNI-Pendidikan, tapi gagal. Bulan November 1932 beliau pulang ke kota
kelahiran. Tapi kegiatannya terus di ikuti Belanda dan dia hayan bertahan satu
setengah bulan di sana. Sementara itu, Dinas Intelijen Politik Belanda semakin
keras mengawasi.
Setelah Bung Karno di buang, kini giliran Bung Hatta dan rekan-rekan
juga dibuang ke Boven Digoel di Papua. Bung Hatta dan enam rekannya bertolak
dari pelabuhan Tanjung Periuk dengan kapal Melchior Treub. Hatta dan Syarir
ditempatkan di kelas dua. Sedangkan lima rekan lainnya ditempatkan di atas dek
kapal hanya beralaskan tikar. Tapi dalam pelayaran mereka lebih suka di atas
dek kapal bersama teman-teman pembuangan lainnya.
Dalam pelayaran Bung Hatta berkata, “Kita harus berpendirian, di mana
pun kita berada. Kita masih tetap berada di tanah air kita sendiri. Aku bisa
hidup di mana pun dengan perasaan gembira. Bila alam luas dipersempit orang
untuk kita, tegakkan alam itu di dalam dada kita sendiri.
Untuk aktif
berpolitik memang tidak dapat dilakukan di tanah pembuangan. Tapi itu tidak
perlu disesalkan. Kita harus yakin,jika ada hari kemarin, pasti akan ada hari
esok. Terbanglah setinggi-tingginya selagi sayap masih bisa dikembangkan. Tetap
tawakal dan persiapkan diri untuk hari yang akan datang.”
Pada akhir bulan Januari 1936, Bung Hatta dan Syarir dipindahkan ke
Banda Neira di selatan Ambon. Tiba pada 10 Februari 1936. Waktu penduduk disana
baru 3.000 orang. Terdapat Sekolah Dasar Belanda, sekolah lanjutan tiga tahun
dan sekolah lanjutan, Sekolah Melayu 5 Tahun. Di pulau kecil tersebut mereka
berdua bertemu dengan Mr. Iwa Kusumasumantri yang telah lebih dahulu dibuang
Pemerintahan Kolonial Belanda.
Pada 8 Desember 1941 Jepang mengumumkan perang dengan Belanda. Perintah
telegram dari Jakarta memerinthkan Hatta dan Syarir dipindahkan ke Sukabumi.
Waktu itu tentara Belanda sudah menghadapi penyerangan Jepang dari utara.
Di
bagian timur Jepang sedang berperang melawan, Amerika Serikat, Inggris,
Prancis, Cina, Belanda, dan Australia. Di daratan Eropa, Jerman sedang
menghadapi seluruh kekuatan di Eropa. Pada 1 Februari 1942, pesawat terbang
Catalina datang menjemput Hatta dan Syarir. Kemudian terbang menuju Surabaya.
Tangga 2 Februari mereka di bawa ke Jakarta dengan kereta api, lalu ditempatkan
di sebuah asrama polisi. Pada 9 Maret 1942 Belanda menyerah pada Jepang.
Kolonel Ogura datang ke Sukabumi menyatakan kalau Pemimpin Pemerintahan Militer
Jepang ingin bertemu dengan beliau.
Sokarno pulang dari pembuangan dan tiba di pelabuhan pasar ikan Juli
1942, Jakarta. Mereka yakin kalau Jepang tidak akan bertahan lama karena
peperangan dengan Sekutu. Maka mereka akan menggunakan taktik bekerja sama tapi
tetap bergerak di bawah tanah.
Menggerakkan rakyat untuk menyambut perubahan
suhu politik dunia. Waktu berlalu, pada tanggal 15 Agustus 1945, Jepang resmi
menyerah pada Sekutu setelah dua kota besar di Jepang di Bom Atom, Amerika
Serikat. Pada tanggal 16 Agustus Bungkarno dan Bung Hatta di bawak
pemuda ke Rengasdengklok di daerah Karawang.
Perundingan akhirnya memutuskan
melakukan Proklamasi Kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945 atau 2605 menurut
tahun Jepang mewakili bangsa Indonesia Soekarno-Hatta. Perjuangan selanjutnya
melawan Belanda yang hendak menjajah kembali. Maka Bung Hata mulai memainkan
penananya di kanca politik Nasional dan Internasional.
Bung Hatta yang sudah bersumpah tidak akan menikah sebelum Indonesia
merdeka. Akhirnya menikah diumur beliau yang sudah menginjak 43 tahun.
Pengorbanan yang sangat besar beliau merelakan hidup dan mengenyampingkan
kepentingan pribadi demi Bangsa Indonesia.
Adakah yang relah berkorban
demikian. Setelah beliau menikah, dikaruniai tiga orang putri, yaitu Meutia
Hatta, Halidah Hatta, Gemala Hatta. Ibu Meutia Hatta pernah menjadi mentri di
era kepemimpinan Bapak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Mohammad Hatta adalah
salah satu tokoh pendiri bangsa Indonesia. Seorang muslim yang taat dan
disiplin.
Paham politik beliau berhaluan nasionalis demokratis. Bung Hatta anti
terhadap paham komunisme sejak beliau terjun di dunia pergerakan nasonal.
Beliau pernah mengusulkan berdirinya Partai Demokrasi Islam Indonesia (PDII),
namun tidak di izinkan oleh rezim otoriter Orde Baru dibawa Soeharto.
Foto masa kecil Bung Hatta yang sangat menyukai naik jenis kereta kuda yang tidak beratap.
Foto
kenangan Bung Hatta dengan keluarga, ibu, adik-adik dan kakaknya sebelum dia
berangkat ke pembuangan di Boven Digoel, Papua.
Oleh.
Joni Apero
Editor. Selita. S.Pd.
Palembang,
5 Januari 2020.
Sumber:
Syahbuddin Mangandaralam. Apa dan Siapa Bung Hatta. Jakarta: Rosda
Jayaputra. Tanpa tahun terbit.
By. Apero Fublic
Via
e-Biografi Tokoh
Post a Comment