Sastra Klasik
Jenis-Jenis Sastra Lisan Daerah Kepulauan Sangihe Talaud
Apero Fublic.- Setiap tempat dan wilayah di Indonesia
memiliki jenis-jenis sastra lisan. Sebagai bentuk perkembangan kebudayaan dan
kebiasaan setempat. Secara umum sastra klasik tersebut sama dengan
sastra-sastra lisan di daerah lain.
Di Sangir Talaud misalnya sastra bawowo sama
dengan sastra lisan masyarakat Kecamatan Sungai Keruh di Sumatera
Selatan, badundai. Yaitu sastra lisan yang digunakan untuk
menidurkan bayi. Sangir Talaud adalah istilah untuk penyebutan kepulauan
tersebut secara umum sebelum banyak pemekaran-pemekaran nama daerah seperti
sekarang (2020).
Sangir Talaud adalah
terletak di Timur Indonesia. Sebuah kabupaten di Provinsi Sulawesi Utara. Pulau
Sangir Talaud dikelilingi laut, yaitu laut Mindanau di sebelah utara. Selat
Taliso di sebelah selatan. Laut Sulawesi di sebelah barat, dan laut Pasifik di
sebelah timur. Kata Sangir adalah pergeseran dari kata Zanger. Zanger dalam
Bahasa Belanda berarti bernyanyi. Belanda menamakan karena penduduk di sana
sangat suka bernyanyi.
Sedangkan kata Talaud berasal dari kata, tau dan rode.
Tau berarti orang dan rode berarti laut. Maka kata Talaud berarti orang laut.
Sehingga kalau digabungkan menjadi Sangir Talaud bermakna orang laut yang suka
bernyanyi. Berikut jenis-jenis sastra lisan berbentuk puisi dari masyarakat
Sangir Talaud. Sekarang daerah Sangir Talaud telah berkembang menjadi Kabupaten
Sangihe dan Kabupaten Kepulauan Sangihe .
1. Sasalamate
Sasalamate adalah bentuk puisi bebas yang
diciptakan untuk mendatangkan keselamatan bagi yang mengucapkannya. Dalam penggubahan
sasalamate sama seperti doa-doa mantra seperti di wilayah barat Indonesia.
Dimana masyarakat Sumatera Selatan di masa lalu selalu membaca doa-doa dan
memberikan persembahan (sedekah).
Seperti sasalamate untuk pernikahan,
sasalamate untuk naik atau pindah rumah baru. Sasalamate untuk menerjunkan
perahu atau kapal baru ke laut atau sungai. Sasalamate untuk membuat kuburan.
Berikut ini, sebagai contoh sasalamate yang diucapkan pada waktu naik rumah
baru.
Bale ini bale ini
Banala ini banala
Bale koa i masingka
Langingi taha sipirang
Bale niko su ena
Nipatehang su endumang
Bale rerendunge wera
Sasaripine bisara
Atue kaliomaneng
Bawungane irui dasi
Menginteno kere duata
Manawuheng tahulending
Supatiku dalohone
Kalaumbure kalalaluhe
Terjemahan Bahasa Indonesia:
Ruma ini rumah ini
Istana ini istana
Rumah didirikan oleh yang tahu
Diperbuat oleh yang pandai
Rumah dibuat berdasarkan akal
Didirikan berdasarkan pikiran
Rumah dindingnya kata-kata
Istana dindingnya bicara
Atapnya doa sembahyang
Bumbungnya menjulang ke atas
Memandang ke bawah seperti Allah
Sebarkan kesejahteraan
Kepada segenap isinya
Agar umur panjang selamanya.[1]
2. Sasambo
Sasambo adalah sebuah tradisi sastra lisan
berupa pengucapan syair atau puisi yang dilagukan yang diiringi oleh tabuhan
tegonggong (sejenis tifa besar). Sasambo memiliki tema-tema dalam syairnya.
Seperti tema percintaan, kritik sosial, nasihat, sindiran dan jenaka. Ada dua
jenis sasambo. Pertama, jenis sasambo yang terdiri dua larik setiap bait.
Kedua, sasambo yang terdiri empat larik dalam satu bait. Berikut contoh sasambo
yang terdiri dari dua larik dalam satu bait syairnya.
Kasarang
matang manukang
Timole hesau
kuhia
Kapiang bulang limangu
Nabawa bituing lawa
Kapiang
bulang simenda
Kahumata
nelimangu.
Terjemahan ke dalam Bahasa Indonesia:
Salahnya
burung manukang
Mengikuti
rombongan lumba-lumba (sindiran pada orang tidak jujur).
Kebaikan bulan purnama
Membawa bintang banyak. (maksud,
pemerintah yang baik akan membawa berkah bagi rakyat).
Bulan
bersinar bercahaya
Bulan
sabit jadi purnama. (bermakna nasib baik).
Berikut ini contoh sasambo yang setiap
baitnya terdiri dari empat larik:
Mebua bou lawesang
Mahundingang keng tulumang
Pakapia magahagho
Makatulung kai rorong
Sasae
sumonang pato
Bulaeng
kere kineke
Suwalaeng
tahanusa
Sutaloarang
dadoa
Dala putung su saleng
Tatialang pamunakeng
Terimakase nawuna
Salamate natarima.
Terjemahan ke dalam Bahasa Indonesia:
Berangkat dari air pangkalan.
Disertai oleh pengasihan
Kuatkan hati minta berkat
Sebab pemberian dari tuhan
Disana
di haluan perahu.
Emas
bergemerlapan
Di
antara pulau-pulau
Di
tengah-tengah tanah besar
Di sana api di pantai
Tanda-tandanya akan sampai
Terima kasih sudah sampai
Selamatlah telah tiba.[2]
3. Bawowo
Bawowo adalah bentuk sastra lisan yang
dilakukan oleh orang-orang tua atau ibu-ibu. Mereka melantunkan bawowo untuk
menidurkan bayi di dalam ayunan atau dipangkuan mereka. Nada suara bawowo di
lirihkan dan lembut. Hanya terdengar oleh si bayi sehingga cepat tidur dengan
nyenyak. Sastra lisan bawowo terdiri dari dua larik dalam satu bait syairnya.
Kere ogho i lendu, i lairong bakiang
Mogho maki talentu, iro kasiang
Kawowo
inang kawowo, ana nitendengulawo
Suhiwang
Bataha Lawo, takaendengang u apa.
Terjemahan ke dalam Bahasa Indonesia:
Seperti keluhnya merpati, tangisnya
merpati hutan
Keluhnya memintah kasih, oh kasihan.
Sayang
si manis sayang, anak dimanja orang banyak
Di
pangkuan Bataha Lawo, tak akan mengapa.[3]
4. Kalumpang
Kalumpang adalah jenis puisi yang khusus
dibawakan pada waktu mengupas kelapa (mencukur). Kegunaan syair kalumpang untuk
menghilangkan rasa capek dan membakar semangat bersama rekan-rekan. Nada
kalumpang diatur sesuai irama-irama agar terdengar indah. Biasanya yang
mendendangkan kalumpang dua orang atau lebih. Syair kalumpang bertema pujian
pada tuhan, nasihat, humor, dan sebagainya. Berikut ini contoh kalumpang.
Dorong ogoh su Ruata
Kakindoa si ghenggona
Peliheng kebi silaka
Subarang makoa guna
Mesenggo
anging pantuhu
Nikailaseng
u pulangeng
Pakaimang
pakatuhu
Madiring
kapeberangeng
Terjemahan kedalam Bahasa Indonesia:
Mohon kehadirat Tuhan
Meminta doa kepada Allah
Dari bahaya dihindarkan
Dalam maksud yang berfaedah
Berlayar
searah angin
Terjatuh
dari tempat duduk
Harus
patuh dan hormat
Agar
tidak kena teguran
5. Papinintu
Papinintu adalah jenis perumpamaan yang
menggunakan bahasa kias. Berikut contoh papinintu. Kalau di perhatikan
papinintu sama dengan pepatah dalam bahasa Melayu. Berikut contoh papinintu.
Bulude siao lempangeng
Mebatu berang kanarang
Maning bulaeng sendepa
Tamaka sulung mesombang u hapi
Terjemahan kedalam Bahasa Indonesia:
Walaupun sembilan bukit dilewati
Demi mencari ilahi
Emas sedepa tak dipedulikan
Lebih baik bertemu kasih.
6. Papantung
Papantung adalah bentuk pantun dalam
kesastraan lama Indonesia (Melayu). Menggubah papantung merupakan kebiasaan
masyarakat Sangir Talaud sejak lama. Papantung digubah saat-saat riang.
Misalnya saat pernikahan, saat berkumpul-kumpul orang banyak. Diwaktu-waktu
senggang dan sebagainya. Papantung terdiri dari empat larik dalam satu bait.
Larik pertama dan kedua berfungsi menyiapkan larik-larik berikutnya. Berikut
contoh papantung.
Paniki pinela hebi
Nikakiking dendiling
Kadariring kami kebi
Sarang sunggile kimiling
Tarai
manuang patung
Pamileko
maghaghurang
Ia madidi
maghurang
Kapuluku
tanawatu.
Terjemahan ke dalam Bahasa Indonesia:
Kelelawar terbang bambu
Di gigit semut merah
Tidak mau kami semua
Sampai tungku pun menggeleng
Mari
memotong bambu
Pilihlah
yang telah tua
Saya
belum mau kawin
Masa
mudaku belum puas
7. Tatinggung
Tatinggung adalah jenis teka-teki.
Tatinggung menjadi bentuk permainan oleh anak-anak atau orang tua. Bentuk
permainan teka-teki menguji kecermatan orang-orang berpikir. Contoh
tatinggung, kelepa masasandehe yang berarti “pelepah kelapa
bersandar. Makna dan maksud dari teka-teki kelepa masasandehe adalah
hidung manusia. Karena hidung manusia letaknya seperti menempel di wajah.
Anae dudareng
Inange tutundo
Artinya:
Anaknya berjalan
Ibunya merayap.
Makna dari teka-teki adalah
perahu. Badan perahu diibaratkan ibu yang berjalan sedangkan dayung ibarat anak
dari si ibu. Dayung tampak sangat cepat dan bersusa paya digerakkan oleh
pendayung. Seakan-akan seperti gerak orang berlari.
8. Mesamper
Mesamper yang berarti menyanyi. Bentuk
kebiasaan masyarakat Sangir yang paling disukai. Mesamper sebagai suatu
kegiatan atau tradirisi sastra lisan yang dilaksanakan dengan cara
balas-membalas. Dalam adegan mesamper dipimpin satu sampai tiga orang posisi
berdiri. Melangkah satu persatu kehadapan hadirin. Tradisi sastra lisan
mesamper juga dikenal dengan sebutan metunjuke atau melakukan
pertunjukan.
Karena pembawaan yang
menghibur membuat mesamper disukai seluruh lapisan masyarakat Sangir, tua,
muda, bangsawan, dan laiinya. Di tengah masyarakat Sangir Talaud dikenal
bermacam-macam jenis nyanyian mesamper. Seperti nyanyian percintaan, kedukaan,
kebahagiaan, kerohanian, peperangan, ditinggalkan dan lainnya.
Tradisi mesamper dalam
berbalas nyanyian harus sama maknanya. Misalnya nyanyian peperangan hanya boleh
berbalas dengan nyanyian tema peperangan juga. Saat bernyanyi harus memiliki
kesinambungan saat bernyanyi dan berbalas nyanyian, sajak, irama, tema, nada
dan lainnya. Berikut ini contoh dari nyanyian mesamper.
O Mawu Ruata, teluntuko ia
Napene u rosa, rosa masaria
Tentiro ko sia, daleng mapia
Panata elangu, surararengangu
Terjemahan:
Oh Tuhan, kasihanilah daku
Penuh dengan dosa, berbagai dosa.
Tunjukilah daku, jalan kebaikan
Bimbinglah hamba-Mu, di jalan-Mu.[4]
Dari bahasa yang digunakan masyarakat
Sangir Talaud banyak kosa kata yang hampir sama dengan kosa kata dalam bahasa
Melayu, seperti kelepa yang berarti pelepa, metunjuke di
dalam Bahasa Melayu tunjukke. Seperti kata bale yang berarti rumah.
Di Indonesia
bagian barat berarti bangunan besar berbentuk rumah. Apabila ditelusuri dari
bahasa menunjukkan kalau masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang satu.
Dalam bahasa yang berbeda hanya kosa kata saja. Secara bentuk dan penyebutan
bahasa adalah bahasa Melayu.
Oleh. Joni Apero
Editor. Desti. S. Sos.
Fotografer. Dadang Saputra.
Fotografer. Dadang Saputra.
Palembang, 13 Januari 2019.
Sumber: Paul Nebarth, dkk. Sastra
Lisan Sangir Talaud. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta, 1985.
[1]Paul
Nebarth, dkk. Sastra Lisan Sangir Talaud. Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta, 1985, h. 17.
[2]Paul Nebarth, dkk. Sastra Lisan
Sangir Talaud, h. 18-19.
[3]Paul Nebarth, dkk. Sastra Lisan
Sangir Talaud, h. 19.
[4]Paul
Nebarth, dkk. Sastra Lisan Sangir Talaud, h. 22.
Sy. Apero Fublic
Via
Sastra Klasik
Post a Comment