Cerita Rakyat
Sastra Klasik
Raden Kamandaka. Cerita Rakyat Dari Banyumas. Jawa Tengah.
APERO FUBLIC.- Raden
Kamandaka sebuah cerita rakyat dari dari daerah Banyumas, Jawa Tengah. Cerita
Rakyat ini bercerita tentang Kerajaan Pajajaran. Tentu tema dan subjeknya
adalah Prabu Siliwangi raja Kerajaan Pajajaran. Tiga putra dan satu putrinya
serta melibatkan kehidupan para bangsawan.
Kesaktian dan kekuatan supranatural menjadi topik bahasan dan induk alur cerita. Cerita Raden Kamandaka ini berbeda dengan cerita film Raden Kian Santang sebuah sinetron laga yang pernah populer di sebuah stasiun televisi. Kalau cerit di stasiun televisi ada persinggungan dengan Islam. Dalam cerita Raden Kamandaka berlatar kepercayaan Hindhu menyeluruh.
Kesaktian dan kekuatan supranatural menjadi topik bahasan dan induk alur cerita. Cerita Raden Kamandaka ini berbeda dengan cerita film Raden Kian Santang sebuah sinetron laga yang pernah populer di sebuah stasiun televisi. Kalau cerit di stasiun televisi ada persinggungan dengan Islam. Dalam cerita Raden Kamandaka berlatar kepercayaan Hindhu menyeluruh.
Dikisahkan
masa kejayaan Kerajaan Pajajarana. Prabu Siliwangi memiliki empat orang anak.
Anak pertama bernama Raden Banyakcatra. Anak kedua Raden Banyakngampar, dan
putra ketiga Raden Banyakblabur. Sedangkan anak keempat seorang Putri bernama
Retna Pamungkas yang lahir dari seorang selir.
Saat itu, Prabu Siliwangi sudah
tua dan ingin menyerahkan tahtah kepada Raden Banyakcatra. Namun sebelum
dinobatkan menjadi raja. Raden Banyakcatra harus menikah terlebih dahulu. Tapi
sang raden belum memiliki calon pilihannya sendiri. Dia berkata pada Prabu
Siliwangi kalau dia inging menikah dengan gadis yang wajahnya mirip dengan
ibundanya. Maka Raden Banyakcatra pergi mengembara untuk mencari calon istrinya.
Sebelum
berangkat dia bersemadi dan mendengar ilham dari Hyang Widih: “Hai Banyakcatra
sudah cukup semadimu, pergilah ke gunung Tungkeban. Di gunung itu kau akan
bertemu dengan seorang Resi yang sangat sakti, Ki Hajarwirangrong
namanya. Kalau sudah bertemu mintalah nasihatnya.” Bagian percakapan ini
menjelaskan sangat kental nuasa Hindhuisme.
Dalam
perjalanan setelah mendapat wangsit Dewata. Sebelum berangkat Raden Banyakcatra
meminta nasihat Resi, Ki Hajarwirangrong. Setelah mendapat pencerahan Raden
Banyakcatra pergi ke arah Pasirluhur dan langsung menuju Kepatihan Pasirluhur.
Menghadap Patih Pasirluhur Raden Banyakcatra meminta untuk mengabdi di
Kepatihan Pasirluhur. Mengubah namanya menjadi Kamandaka yang berasal dari
Kalipuncang. Seiring waktu dimana sang Patih Reksanata tidak memiliki anak.
Maka dia mengangkat Kamandaka atau Raden Banyakcatra menjadi anaknya.
Pada
waktu itu, Kadipaten Pasirluhur dipimpin oleh Adipati Prabu Kandadaha. Sebuah
perintah, Prabu Kandadaha memerintahkan Rekyan Patih untuk menyediakan beberapa
orang penangkap ikan. Para putri Prabu Kandadaha ikut menyaksikan penangkapan
ikan. Hanya putri bungsu bernama Dewi Ciptarasa ditemani biyung emban Nyai
Kandeg tidak bergabung.
Dia hanya memperhatikan dari jauh dan matanya tertuju
pada seorang penangkap ikan, Kamandaka. Setelah beberapa waktu Putri Dewi
Ciptasari mencintai Kamandaka dan meminta datang ke Kaputren Kadipaten
Pasirluhur. Seiring waktu Putri Dewi Ciptasari dan Kamandaka menjalin cinta.
Kemudian, pada suatu malam pertemuan mereka diketahui prajurit dan Kamandaka
dikenali. Kamandaka dituduh sebagai seorang pencuri.
Prabu
Kandadaha memerintahkan Patih Reksanata ayah angkat Kamandaka untuk membunuh
Kamandaka. Tapi karena tidak tega dia memerintahkan Wiradusta. Kamandaka
diserang saat mandi di sungai. Prajurit mengira Kalau manandaka sudah mati di
sungai. Kabar tersiar kalau Kamandaka sudah mati. Membuat sedih Putri Dewi
Ciptarasa dan bergembira para prajurit.
Raden
Banyakcatra yang sudah lama berkelana tidak kunjung pulang. Maka Prabu
Siliwangi memerintahkan Raden Banyakngampar untuk mencari dan segerah mengajak
pulang ke istana Pajajaran. Raden Banyakngampar juga sampai di Kadipaten
Pasirluhur. Lalu dia mengabdi dan menjadi prajurit dengan nama samaran
Silihwarna. Adipati kemudian memerintahkan untuk menangkap atau membunuh
Kamandaka yang dianggap pengacau.
Raden Kamandaka ternyata telah menjadi seorang
penyabung ayam. Berangkatlah Raden Banyakngampar atau Silihwarna bersama
prajurit berbaju samaran. Mereka membawa ayam aduan untuk menjebak Kamandaka.
Pertarungan terjadi beberapa waktu dan sampailah puncaknya pertarungan
Kamandaka dan Silihwara. Keduanya sudah tidak lagi saling mengenali karena
sudah bertahun-tahun tidak berjumpa.
“Hei
bedebah, kalau aku tidak dapat menandingi kesaktiamu, jangan kau sebut aku
putra Maharaja Silihwangi, ratu agung di negeri Pajajaran. Mendengar perkataan
yang dahsyat itu. Barulah Raden Banyakngampar tahu kalau Kamandaka adalah
samaran dari sang kakak yang dia cari selama ini. Mereka bertukar cerita dan
penjelasan sehingga saling meyakinkan. Setelah itu mereka pulang dan membohongi
Adipati dengan megirim jantung dan darah anjing hutan untuk disantap Adipati.
Kembali Putri Dewi Ciptarasa bersedih. Namun dia belum yakin karena dahulu
Kamandaka juga pernah dikabarkan mati tapi belum mati.
Setelah
pulang ke Pajajaran Raden Banyakcatra mendapat anugerag dewata. Dia mendapat
semacam pakaian yang dapat mengubah dirinya menjadi seekor lutung. Seorang
utusan Raden Banyakcatra menemui Putri Ciptarasa. Lalu dia mengirim surat
kepada Kamandaka atau Raden Banyakcatra menjelaskan kalau dia masih mencintai
Kamandaka. Beberapa waktu kemudian Adipati Kandadaha berburu dan menemukan
lutung yang ajaib. Lalu membawak lutung ke istana kadipaten.
Karena ajaib semua
putri Adipati ingin memelihara si lutung. Kelak dikenal dengan julukan Lutung
Kasarung. Maka untuk menentukan yang berhak memelihara lutung adalah putri yang
disukai lutung. Maka setiap Putri Adipati diberi satu buah pisang, lalu
ditugaskan memeberikan pada si lutung. Apabila saat disodorkan pada lutung
pisangnya di ambil lutung. Maka dialah yang akan memelihara lutung ajaib
itu. Tentu saja karena lutung adalah jelmaan Raden Banyakcatra maka dia memilih
pisang yang diberikan Putri Dewi Ciptarasa. Maka bertemulah kedua sepasang
kekasih itu.
Sebuah
kerajaan bernama Nusatembini di perintah oleh Prabu Pule Bahas. Raja
Nusatembini mengirim utusan melamar Putri Dewi Ciptarasa. Membuat sebuah
keputusan serbah salah sang Adipati Kandadaha. Tentu saja lamaran ditolak oleh
Putri Dewi Ciptarasa. Ada bahaya apabila lamaran ditolak, yaitu perang.
Putri
dan Raden Banyakcatra mengatur siasat karena kalau lamaran ditolak maka akan
terjadi perang. Putri Dewi Ciptarasa mengajukan syarat diterimanya lamaran,
yaitu 1000 kodi mori dan 40 orang putri kembar sebagai emas kawin. Kemudian
para pengiring tidak boleh membawa senjata. Sesampai di alun-alun kadipaten
Pasirluhur. Saat membuka pintu tandu. Prabu Pule Bahas disambut tikaman oleh
Lutung Kasarung jelmaan Raden Banykcatra.
Adipati
memanggil Putri Dewi Ciptarasa dan mempertanyakan perbuatan lutung
peliharaannya. Maka Putri menceritakan semua bahwa lutung tersebut adalah
jelmaan Kamandaka atau Raden Banyakcatra putra mahkota kerajaan Pajajaran. Maka
Adipati dengan senang hati menikahkan keduanya. Setelah itu mereka pulang ke
Pajajaran.
Karena
terbunuhnya Prabu Pule Bahas raja Nusatembini maka perang tidak terelakkan.
Raden Banyakcatra atau Kamandaka memimpin perang dan berhasil menghancurkan
pasukan Kerajaan Nusatembini. Masa-masa berikutnya Raden Banyakcatra diangkat
menjadi Adipati Kadipaten Pasirluhur.
Demikianlah
cuplikan dari cerita rakyat dari Banyumas, Jawa Tengah berjudul Raden
Kamandaka. Dalam penulisan gaya bahasa masih seperti gayah tulisan sastra lama.
Seperti menggunakan kata-kata syahdan yang sangat kental dengan gaya sastra
Melayu. Buku dokumentasi cerita Raden Kamandaka diterbitkan oleh Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Tidak ada pengarang hanya ditulis
nama seseorang yang menuturkan cerita ini, yaitu Radjiati, BA.
Dengan
penyunting Bobin AB dan Atjep Djamaludin, tanpa tahun terbit. Penerbitan buku
ini terbilang sembrono. Kata pengantar tidak jelas, kemudian langsung daftar
pustaka dan pembahasan. Tidak ada penjelasan dimana tempat
terbitnya. Semoga selanjutnya kedepan, penerbitan buku-buku dokumentasi
kebudayaan negara seperti ini lebih rapi dan teratur.
Buku ini berisi 74
halaman, ditambah halaman judul, halam kata pengantar dan halaman daftar isi.
Demikianlah informasi dunia kesusastraan klasik Indonesia. Semoga bermanfaat bagi
anda pencinta sastra klasik Indonesia dan berguna bagi para akdemisi bidang
kesusastraan.
#Sastra
adalah cerminan masyarakat. Hadir di dalam kesusastraan yang kemudian akan
hadir di tengah masyarakat. Mari kita kembalikan sastra bangsa kita yang sesuai dengan kebudayaan kita.
Oleh. Joni Apero.
Editor. Desti. S. Sos.
Palembang, 17 Januari 2020.
Sumber. Radjiati. Raden Kamandaka Cerita Rakyat Dari Daerah Banyumas Jawa Tengah. Depatemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Oleh. Joni Apero.
Editor. Desti. S. Sos.
Palembang, 17 Januari 2020.
Sumber. Radjiati. Raden Kamandaka Cerita Rakyat Dari Daerah Banyumas Jawa Tengah. Depatemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Baca Cerita Bersambung Raden Kamandaka. Klik ling berikut:
Sy. Apero Fublic
Via
Cerita Rakyat
Makam raden kamandaka ada di wilayah kami cirebon girang tua gunung kumbang brebes.
ReplyDeleteTerimakasih infonya..
ReplyDeleteMakam raden Kamandaka ada di wilayah kami dengan makam istrinya di wilayah kami khusus nya terkenal dengan nama aki gesong ki Buyut dita wangsa dan makam aslinya ada pada makam aki gesong.
ReplyDeleteDahlan gunung kumbang
ReplyDeleteBoleh minta alamat lengkap nya makam Raden kamandaka