Berita Internasional
Kegagalan Sekulerisme dan Kegagalan Pendidikan Sosial Negara India
Apero
Fublic.-
Republik India adalah sebuah negara Demokrasi Liberal yang terletak di Benua Asia
bagian Selatan. Merdeka dari India pada 15 Agustus 1947. Ibu kota New Delhi atau Delhi baru sebagai bentuk nama yang menjelaskan
suatu peralihan sejarah India. Dari semasa Kesultanan Moghul, Kolonialisme Inggris dan Kemerdekaan India sebagai republik.
Bahasa resmi negara ini adalah Bahasa Hindi dan
Bahasa Inggris. Selain itu terdapat sekitar 21 bahasa lokal yang diakui. Mayoritas
penduduk India beragama Hindu, kemudian diikuti Islam, Kristen, Sikhisme,
Budhisme, Jainisme dan lainnya. Dengan ekonomi tumbuh cepat, diiringi teknologi
dan memiliki kemampuan senjata nuklir. Serta telah mampu mengirim astronot ke bulan.
India
secara simbolis adalah negara sekuler. Sekuler bermakna suatu paham yang tidak
memihak dan memiliki paham kemanusiaan yang tinggi. Sikap sebuah negara sekuler
adalah memisahkan urusan agama dan urusan kepercayaan dengan urusan negara. Dengan
maksud supaya pemerintahan tersebut bersifat netral terhadap semua pemeluk
agama.
Kekuatan
suatu pemerintahan demokrasi terletak pada partai dan pendukungnya. Dalam
praktik suatu pemerintahan sekuler yang didukung kelompok agama. Sangat
cendereng menghancurkan identitas sekuler sebuah negara. Mengapa demikian,
sebab integritas dari para agamawan dan pemerintahan rendah dan lemah.
Mereka hanyalah orang-orang yang tumbuh sebab umur, sebab lamanya di partai politik, sebab materi. Lalu kelompok mereka ini menduduki jabatan di pemerintahan yang kemudian berbuat berat sebelah. Saat itulah, negara tersebut telah berubah menjadi negara agamis yang berbaju sekuleris-demokratis. Pada administrasinya sekuler dan pada penerapan dan tindakan agamis yang tidak netral. Maka negara tersebut dapat dikatan sebuah pemerintahan negara yang gagal.
Mereka hanyalah orang-orang yang tumbuh sebab umur, sebab lamanya di partai politik, sebab materi. Lalu kelompok mereka ini menduduki jabatan di pemerintahan yang kemudian berbuat berat sebelah. Saat itulah, negara tersebut telah berubah menjadi negara agamis yang berbaju sekuleris-demokratis. Pada administrasinya sekuler dan pada penerapan dan tindakan agamis yang tidak netral. Maka negara tersebut dapat dikatan sebuah pemerintahan negara yang gagal.
Faktor-faktor
yang menyebabkan kegagalan dari negara sekuler tersebut. Terletak pada pola
pendidikan masyarakatnya secara umum. Di mulai dari sekolah dasar sampai
perguruan tinggi. Karena pemerintah teresebut tidak dapat memberikan pemahaman
pada masyarakatnya bagaimana berbangsa dan bernegara.
Begitupun
dengan negara besar India. Negara yang telah banyak melahirkan manusia-manusia
hebat seperti Mahatma Ghandi dan sahabat Presiden Soekarno Jawaharlal Nehru melawan inperialisme. Namun kemuliaan orang-orang ini kemudian dihancurkan oleh kelompok Hindu
radikalis dan teroris.
Sebagaimana kita ketahui UU Kewarganegaraan anti Islam disahkan oleh Pemerintahan India pimpinan Perdana Mentri Narendra Modi. Narendra Modi termasuk pemimpin hindhu ekstrim India, anti Islam. Naiknya pengaruh agama selalu membuat sebuah pemerintahan menjadi ekstrim. Hanya pemerintahan keagamaan Islam yang mampu berdiri netral dalam urusan agama sebagaimana zaman kekhalifaan Turki Usmani.
Walau sudah sekaliber perdana mentri orang ini masih tidak dapat berdiri sebagai negarawan sekuler yang baik. Dia bersama pengikutnya masuk dalam kategori orang-orang ortodoksi hindhu yang ekstrim dan bengis. Malaysia, yang memberikan kritik atas perlakuan dan perbuatan tidak manusiawi mereka. Langsung melakukan boikot terhadap produk Malaisya.
Pada 1 Maret 2020 dikutif dari kompas tercatat ada 42 warga Muslim yang syahid di serang massa hindhu terorganisir dan sebuah masjid di bakar dan beberapa tokoh dijarah. Kalau pelaku rasialis dan radikalis adalah kelompok masyarakat adalah wajar. Namun kalau pelaku rasialis dan radikal adalah pemimpin pemerintahannya. Dimana lagi letak kemanusiaan pada sebuah negara. Tentu itu adalah sesuatu yang sangat berbahaya. Sebab minoritas yang dibawah tekanan mereka akan habis tanpa belas kasihan.
Sebagaimana kita ketahui UU Kewarganegaraan anti Islam disahkan oleh Pemerintahan India pimpinan Perdana Mentri Narendra Modi. Narendra Modi termasuk pemimpin hindhu ekstrim India, anti Islam. Naiknya pengaruh agama selalu membuat sebuah pemerintahan menjadi ekstrim. Hanya pemerintahan keagamaan Islam yang mampu berdiri netral dalam urusan agama sebagaimana zaman kekhalifaan Turki Usmani.
Walau sudah sekaliber perdana mentri orang ini masih tidak dapat berdiri sebagai negarawan sekuler yang baik. Dia bersama pengikutnya masuk dalam kategori orang-orang ortodoksi hindhu yang ekstrim dan bengis. Malaysia, yang memberikan kritik atas perlakuan dan perbuatan tidak manusiawi mereka. Langsung melakukan boikot terhadap produk Malaisya.
Pada 1 Maret 2020 dikutif dari kompas tercatat ada 42 warga Muslim yang syahid di serang massa hindhu terorganisir dan sebuah masjid di bakar dan beberapa tokoh dijarah. Kalau pelaku rasialis dan radikalis adalah kelompok masyarakat adalah wajar. Namun kalau pelaku rasialis dan radikal adalah pemimpin pemerintahannya. Dimana lagi letak kemanusiaan pada sebuah negara. Tentu itu adalah sesuatu yang sangat berbahaya. Sebab minoritas yang dibawah tekanan mereka akan habis tanpa belas kasihan.
Selain itu, perlakuan
orang Hindu India terhadap Kasta Dalit seperti memperlakukan binatang. Bahkan
lebih rendah dari binatang. Kalau kita melihat hal demikian. Maka
sekolah-sekolah dan universitas-universitas di India gagal mendidik masyarakat
India. Bole dikatakan Pemerintahan India sekarang adalah pemerintahan negara yang sangat tidak berkeprimanusiaan di zaman moderen ini.
Walau kondisi sosial budaya masyarakat buruk. Seharusnya sebagai pemerintahan yang sekuler berkebijakan yang netral pada setiap manusia yang mendiami bumi Hindustan. Hinduisme India telah runtuh dengan menanjaknya radikalisme Hindu di mata dunia. Dan tidak mustahil juga runtu di mata masyarakat India yang bijak lainnya.
Walau kondisi sosial budaya masyarakat buruk. Seharusnya sebagai pemerintahan yang sekuler berkebijakan yang netral pada setiap manusia yang mendiami bumi Hindustan. Hinduisme India telah runtuh dengan menanjaknya radikalisme Hindu di mata dunia. Dan tidak mustahil juga runtu di mata masyarakat India yang bijak lainnya.
Oleh.
Joni Apero
Editor.
Selita. S.Pd.
Palembang, 28 Maret 2020.
Sy. Apero Fublic
Post a Comment