Sejarah Islam
Puyang Gadis. Mitos dan Misteri. Serta Kontroversi Tahun Makam Oleh Para Pemugar
Apero Fublic.- Desa
Gajah Mati yang terletak di Kecamatan Sungai Keruh, Kabupaten Musi Banyuasin,
Provinsi Sumatera Selatan. Adalah sebuah desa yang memiliki banyak situs
budaya. Di Desa Gajah Mati terdapat dua situs arkeologi sejarah dan budaya.
Pertama, rumah-rumah tradisional tipologi basepat dan tipologi malamban.
Kedua situs keramat Puyang Tengah Laman dan situs Makam Keramat Puyang
Gadis.
Makam Keramat Puyang Gadis terletak di Kampung Laut. Istilah penyebutan laut diambil karena dikawasan ini termasuk dataran tanah renah. Saat banjir Sungai Keruh dan Sungai Gelumbang meluap. Maka terjadi banjir yang cukup luas. Dari luasnya banjir menggenangi itulah yang diperumpamakan laut.
Makam Keramat Puyang Gadis terletak di Kampung Laut. Istilah penyebutan laut diambil karena dikawasan ini termasuk dataran tanah renah. Saat banjir Sungai Keruh dan Sungai Gelumbang meluap. Maka terjadi banjir yang cukup luas. Dari luasnya banjir menggenangi itulah yang diperumpamakan laut.
Kata Laut juga bermakna di tengah-tengah hamparan.
Seperti di tengah-tengah danau atau di tengah sungai. Kampung Laut adalah kampung
tua terletak di pigiran tebing Sungai Keruh. Di hulu dan di seberang Kampung
Laut terdapat lokasi bekas pemukiman lama masyarakat Desa Gajah Mati pada masa
lalu. Atau istilah masyarakat menamakannya dengan Talang Gajah Mati.
Makam Keramat Puyang Gadis terletak di sisi tebing Sungai Keruh. Berjarak kira-kira kurang lebih lima belas meter. Terdapat sebuah pohon kiara beringin yang menaungi makam. Tanah tempat makan Puyang Gadis terletak di tanah kempungan. Kempungan berarti tanah yang dikelilingi air saat banjir. Tidak terendam air saat banjir di sekitarnya.
Makam Keramat Puyang Gadis terletak di sisi tebing Sungai Keruh. Berjarak kira-kira kurang lebih lima belas meter. Terdapat sebuah pohon kiara beringin yang menaungi makam. Tanah tempat makan Puyang Gadis terletak di tanah kempungan. Kempungan berarti tanah yang dikelilingi air saat banjir. Tidak terendam air saat banjir di sekitarnya.
Menurut cerita-cerita penduduk. Sebelumnya terdapat dua nisan asli. Namun
seiring waktu nisan tinggal satu. Nisan asli makam terbuat dari kayu ulin
atau kayu besi. Karena aus dimakan waktu nisan asli luntur. Sehingga permukaan
nisan bergaris-garis. Kemungkinan dahulu ada tulisan di papan nisan makam Puyang
Gadis.
Menurut cerita masyarakat yang tua-tua di Kampung Laut dahulu ada juga terdapat sebuah makam lain, Puyang Bujang. Terletak di sekitar Kampung Laut. Situs makam Puyang Bujang terletak tidak terlalu jauh dari makam Puyang Gadis.
Menurut cerita masyarakat yang tua-tua di Kampung Laut dahulu ada juga terdapat sebuah makam lain, Puyang Bujang. Terletak di sekitar Kampung Laut. Situs makam Puyang Bujang terletak tidak terlalu jauh dari makam Puyang Gadis.
Namun makam Puyang
Bujang hilang akibat di dorong oleh buldoser. Entah tahun berapa sehingga makam
tidak lagi di ketahui. Cerita kisah keduanya, Puyang Gadis dan Puyang Bujang saling
mencintai. Namun entah apa ceritanya sehingga keduanya tidak menikah.
Puyang Bujang dan Puyang Gadis mereka akhirnya meninggal pada waktu yang tidak terpaut lama. Istirahat masyarakat mereka masih perawan dan perjaka. Untuk nama Puyang Bujang
belum ada informasi. Kalau nama Puyang Gadis bernama Siti Rohani. Dari nama
Siti Rohani dan arah makam yang menghadap kiblat. Menandakan resmi kalau yang
dimakamkan adalah seorang muslimah.
Sekarang tempat keramat Puyang Gadis telah diperbaharui. Oleh Pemerintah Daerah
dengan cara membangun bangunan kecil berbentuk bangunan beratap dan dicor beton.
Pada nisan terbaru yang dibuat pihak-pihak terlibat dalam pemugaran makam Puyang Gadis tertulis
angka tahun 1725-1815 Masehi. Apero Fublic belum mengetahui dari mana sumber
data tahun oleh para pemugar makam Puyang Gadis.
Kalau kita membandingkan dengan masa pemerintahan Kesultanan Palembang Darussalam. Maka masa itu di Kecamatan Sungai Keruh berlangsung sistem pemerintahan marga. Yang kita kenal sekarang Marga Sungai Keruh.
Kalau kita membandingkan dengan masa pemerintahan Kesultanan Palembang Darussalam. Maka masa itu di Kecamatan Sungai Keruh berlangsung sistem pemerintahan marga. Yang kita kenal sekarang Marga Sungai Keruh.
Pemerintahan marga di pimpin seorang Pasirah
dengan gelar Depati. Masa Kesultanan pemimpin pemerintahan marga lebih dominan
dengan gelar Pasirah. Gelar depati dominan semasa Kedatuan Sriwijaya.
Membandingkan dengan tahun hidup Puyang Gadis 1725-1815 dengan kepemimpinan Kesultanan Palembang. Maka Puyang Gadis hidup antara pemerintahan Sultan Mahmud Badaruddin I (1724-1758 Masehi. Kemudian Sultan Ahmad Najamuddin (1758-1756 Masehi). Kemudian semasa Pemerintahan Sultan Mahmud Baddaruddin II jilid satu (1776-1803 M).
Masuk Inggris dan meletus perang sehingga Sultan Mahmud Badaruddin II masuk ke pedalaman dan perang gerilya melawan Inggris. Pada tahun 1812-1813 Sultan Mahmud kembali ke Palembang dan kembali memimpin Kesultanan.[1]
Membandingkan dengan tahun hidup Puyang Gadis 1725-1815 dengan kepemimpinan Kesultanan Palembang. Maka Puyang Gadis hidup antara pemerintahan Sultan Mahmud Badaruddin I (1724-1758 Masehi. Kemudian Sultan Ahmad Najamuddin (1758-1756 Masehi). Kemudian semasa Pemerintahan Sultan Mahmud Baddaruddin II jilid satu (1776-1803 M).
Masuk Inggris dan meletus perang sehingga Sultan Mahmud Badaruddin II masuk ke pedalaman dan perang gerilya melawan Inggris. Pada tahun 1812-1813 Sultan Mahmud kembali ke Palembang dan kembali memimpin Kesultanan.[1]
Menurut hemat
saya pemberian tahun setidaknya diberikan catatan. Berupa papan nama yang menjelaskan alasan pemberian angka tahun. Agar masyarakat tidak gagal paham. Apakah angka tahun yang tertera adalah tahun hidup dari umur
Puyang Gadis atau tahun perkiraan kehidupan Puyang Gadis.
Seorang gadis juga
biasanya dibawah umur 25 tahun. Karena tentu ada pernikahan setelah lewat umur
tersebut. Kalau dia hidup sebatas umur gadis tentu sangat singkat apa bila pembandingan lama hidup yang hampir satu abad.
Seorang warga sedang mendoakan Puyang Gadis.
Oleh.
Joni Apero
Editor.
Desti, S. Sos.
Palembang,
18 Maret 2020.
Arti
Kata:
Rumah
Panggung Basepat: Ruman panggung yang lantai naik turun atau istilah undak.
Rumah
Panggung Malamban: Rumah panggung yang lantainya tidak naik turun tapi lurus
dari serambi depan sampai ke ruangan yang tengah. Biasanya lantai dapur
menurun.
Pemerintahan
Marga: Pemerintahan marga adalah bentuk pemerintahan otonomi daerah. Dimana
para pemimpin menjadi raja kecil di daerah mereka. Bersifat monarki dari
Kedatuan Sriwijaya sampai akhir Kesultanan Palembang. Pengakuan kedaulatan Raja
Sriwijaya dan Sultan Palembang berbentuk sumpah setia dan pengakuan legalitas terhadap
kekuasaan pemerintahan marga. Setelah masa Pemerintahan Kolonial Belanda sistem
Pemerintahan marga di pilih langsung oleh masyarakat (demokratis).
Daftar
baca:
K.
H. O. Gadjahnata dan Sri Edi Swasono. Masuk dan Berkembangnya Islam di
Sumatera Selatan. Jakarta: UI-Press, 1986.
Arlan
Ismail. Marga di Bumi Sriwijaya: Sistem Pemerintahan, Kesatuan Masyarakat
Hukum Daerah Uluan Sumatera Selatan. Palembang: Unanti Press, 2004.
[1]K. H. O.
Gadjahnata dan Sri Edi Swasono. Masuk dan Berkembangnya Islam di Sumatera
Selatan. Jakarta: UI-Press, 1986. h. 87-91.
By. Apero Fublic
Via
Sejarah Islam
Post a Comment